Anda di halaman 1dari 1

4 Contoh Cara Berpikir Sinkronis dalam Sejarah

Cara berpikir sinkronis dalam sejarah berarti berpikir yang meluas dalam ruang tetapi
terbatas dalam waktu. Cara berpikir ini menganalisa suatu kejadian di satu atau beberapa
tempat dalam satu waktu. Cara berpikir sinkronis penting dalam sejarah karena berfungsi
untuk menganalisis keadaan suatu tempat pada waktu tertentu. Sifatnya horizontal dan
menganalisis peristiwa sezaman. Berikut adalah beberapa contoh cara berpikir sinkronis dalam
sejarah.

1. Suasana di Jakarta Saat Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 194


Pembacaan Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah peristiwa yang paling bersejarah
dan paling penting bagi bangsa Indonesia. Peristiwa itu terjadi di Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56 (Sekarang Jalan Proklamasi). Pembacaan Proklamasi dihadiri oleh sekitar 500 orang
dari berbagai kalangan dengan membawa apapun yang bisa digunakan sebagai senjata.
Meskipun Jepang sudah dikalahkan oleh Sekutu, Balatentara Dai Nippon (Jepang) masih
berada di Jakarta. Suasana di Jakarta masih kondusif.

Awalnya Proklamasi akan dibacakan di Lapangan Ikeda, namun dipindahkan ke kediaman


Soekarno karena dikhawatirkan terjadi pertumpahan darah. Akibatnya, sekitar 100 anggota
Barisan Pelopor kembali berjalan dari Lapangan Ikeda ke kediaman Soekarno. Mereka datang
terlambat dan menuntut pembacaan ulang Proklamasi. Namun ditolak dan hanya diberikan
amanat singkat oleh Hatta.

2. Keadaan Ekonomi di Indonesia pada Tahun 1998

Keadaan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998 sangatlah terpuruk. Terjadi kerusuhan dimana-
mana. Bahkan sampai presiden Soeharto mengundurkan diri. Terdapat banyak hutang
perusahaan dan negara yang jatuh tempo pada tahun 1998 yang membuat banyak perusahaan
gulung tikar. Akibatnya angka pengangguran meningkat pesat. Pelemahan nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar Amerika Serikat hingga Rp 15.000 per Dolar Amerika Serikat membuat harga-
harga barang meningkat pesat. Akibatnya inflasi semakin tidak terkendali. Pendapatan per
kapita Indonesia juga menurun drastis dari 1.155 US$/kapita pada tahun 1996 menjadi 610
US$/kapita pada tahun 1998.

3. Suasana pada saat tragedi G30S/PKI

Tragedi G30S/PKI terjadi pada tanggal 1 Oktober. Pada saat itu, terjadi penculikan dan
pembunuhan 7 jendral tentara dan beberapa orang lainnya. Soeharto pada saat itu diperintah
untuk mengambil alih tentara dan menyelamatkan Soekarno. Soekarno berhasil menuju Istana
Presiden di Bogor. Soeharto bersama pasukan yang ia pimpin berhasil mengambil kontrol
semua fasilitas yang sebelumnya direbut oleh pelaku G30S/PKI.

4. Pembangunan pada era Orde Baru

Orde Baru adalah masa pemerintahan presiden Soeharto. Pembangunan di Indonesia pada
masa Orde Baru sangat pesat. Namun angka korupsi juga meningkat. Soeharto membuat
program pembangunan jangka pendek yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita). Repelita I berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3% menjadi
6,7% per tahun, meningkatkan pendapatan per kapita, dan menurunkan laju inflasi. Bahkan
pada tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras, padahal pada tahun 1970-
an Indonesia adalah negara pengimpor beras terbesar di dunia. Namun pada masa ini terjadi
kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah.

Anda mungkin juga menyukai