Anda di halaman 1dari 3

Kekurangan Fasilitas, Puluhan Siswa MTs Terpaksa Belajar Lesehan di Ruang

Setengah Terbuka

Para siswa di MTs dan Madrasah Alihay Al Faqihiyah, Desa Rancakole, Kecamatan Arjasari, Kabupaten
Bandung, terpaksa belajar lesehan di kelas setengah terbuka karena kekurangan fasilitas.

Berdasarkan pantauan Ayobandung.com, para siswa MTs Al Faqihiyah belajar secara lesehan
hanya beralaskan karpet di sebuah ruangan yang pada satu sisinya hanya memiliki dinding
setinggi kira-kira 1,2 meter.

Terdapat tiga ruang kelas di MTs yang juga menyatu dengan Madrasah Aliyah tersebut.
Kondisi pembelajaran lesehan dilakukan di satu ruangan, sementara dua ruangan lainnya
memiliki kelas yang tidak terlalu luas. Para siswa tersebut hanya menggunakan kursi untuk
belajar.

"Kondisinya memang kekurangan bangku dan ruang kelas," ujar Kepala Madrasah Al
Faqihiyah, Ahmad Taufik, Kamis 24 Agustus 2023.

Menurutnya terdapat 160 siswa MTs Al Faqihiyah, namun hanya memiliki kursi yang kurang
dari jumlah siswa. Sehingga satu rombel terpaksa harus belajar lesehan. Itu juga dilakukan di
ruangan yang hampir terbuka.

“Kursi ada, tapi tidak mencukupi bagi seluruh siswa. Makanya pembelajaran dilakukan
lesehan,” katanya.
Bagian dinding sebelah utara memang hanya setengah, karena pada mulanya bangunan tersebut
bukan diperuntukan bagi ruang pembelajaran. Namun, karena kekurangan ruangan akhirnya
digunakan siswa belajar.

Taufik melanjutkan, ketiga ruang kelas tersebut bukan hanya digunakan untuk pembelajaran
siswa MTs tetapi juga siswa MA Al Faqihiyah.

“Di sini memang ada MTs dan MA. Karena ruang kelasnya terbtas, jadi siswa MTs belajar
pagi dan MA siangnya,” imbuhnya.

Dia menjelaskan, pada mulanya Al Faqihiyah merupakan salah satu pesantren tertua di Desa
Rancakole. Seiring berkembangnya waktu, karena banyaknya santri yang mondok, pihak
yayasan mendirikan juga sekolah formal yakni MTs dan MA untuk memfasilitasi pendidikan
formal para santri.

Mendirikan MTs dan MA membuat pihak yayasan harus merelakan bangunan bekas asrama
atau kobong santri digunakan sebagai ruang kelas, karena keterbatasan biaya untuk proses
pembangunan.

“Setelah MTs dan MA berjalan, memang ada dana BOS, tapi hanya cukup untuk operasional.
Beberapa kali mengajukan proposal baik kepada Dinas maupun Kemenag, tapi belum juga ada
respon sampai sekarang,” ungkapnya.

Sebagian besar santri yang mondok juga siswa MTs dan MA berasal dari keluarga
tidak mampu, sehingga tidak mungkin dibebani dengan biaya sekolah.

Kondisi siswa yang membutuhkan ruang kelas juga fasilitas belajar, menjadikan
ada orang yang melakukan penggalangan dana melalui laman kitabisa.com
Itu yang membuat penggalangan dana di kitabisa kenalan saya,” katanya
Sumber : https://www.ayobandung.com/bandung-raya/799922836/kekurangan-
fasilitas-puluhan-siswa-mts-terpaksa-belajar-lesehan-di-ruang-setengah-terbuka?
page=2

Anda mungkin juga menyukai