Sebelum sekolah ini didirikan tahun 2017 dengan jumlah murid sekarang total 22
orang yang terdiri dari kelas 1 dan 2. Sebelumnya, murid-murid sekolah di sekolah induk
yaitu SD Masehi Mbatapuhu yang jaraknya 20km dari Desa Matawai Pandangu, selalu
banyak laporan soal persentase kehadiran murid-murid di SD Matawai Pandangu yang
sangat kecil. Mereka hanya masuk sekali atau dua kali dalam seminggu, sangat jarang
hadir di kelas bahkan untuk tiga kali dalam seminggu. Selain itu, tidak sedikit pula anak-
anak yang sesampainya di sekolah pingsan karena kelelahan dalam perjalanan menuju
sekolah, bahkan mereka seringkali berangkat tanpa sarapan terlebih dahulu karena
budaya sarapan masih belum lazim pada sebagian masyarakat Pulau Sumba ini, terlebih
lagi berangkat ke sekolah tanpa dibekali air minum sementara perjalanan yang dilalui
sangat jauh dan kondisi panas Sumba yang sangat menyengat.
Secara finansial, gaji guru honorer tersebut juga tidak pasti dan sangat minim.
Hanya berupa pungutan dari orangtua siswa, itu pun tidak semua mampu membayar di
waktu yang tepat. Selain itu, secara fisik bangunan kelas pun sangat mengkhawatirkan.
Satu bangunan hasil swadaya masyarakat berupa lantai tanah, dinding gedeg dan atap
ilalang yang kemudian dibagi menjadi ruangan kelas 1 dan 2 dengan kondisi kursi dan
meja yang tidak sesuai dengan standar belajar dan jumlah yang terbatas. Tidak ada
fasilitas lain di ruangan selain papan tulis kapur. Media belajar yang terbatas juga
menjadi kendala dalam mengajar.
B. Profil Daerah/Sekolah
Desa : Matawai Pandangu
Kecamatan : Haharu
Kabupaten : Sumba Timur
Provinsi : Nusa Tenggara Timur
Kondisi Geografis
Secara administratif Desa Matawai Pandangu berada di Kecamatan Haharu ini
berada pada ketinggian 50 – 150 meter diatas permukaan laut dengan morfologi
dataran yaitu didominasi oleh perbukitan. Perkampungan tidak tersentralisasi namun
menyebar di garis-garis kontur. Sama seperti umumya daearah-daerah di Sumba Timur
yaitu memiliki intensitas curah hujan yang rendah. Dalam satu tahun hanya terdapat 3
atau 4 bulan musim hujan sedangakan sisanya yaitu musim kemarau. Sekeliling desa
dikelilingi bukit dan sabana dan minim tanaman.
Desa ini belum dapat suplai listrik, beberapa rumah hanya mendapat tenaga
listrik dari solar panel kecil yang biasanya hanya cukup untuk menyalakan dua lampu
bertegangan rendah saja. Penduduk desa harus mengambil air dari lembah yang
jaraknya 3 kilo. Belum ada perlakuan khusus untuk mengalirkan air dari sungai ke
perkampungan.
Akses ke lokasi
Titik awal adalah Bandara Soekarno-Hatta tujuan Waingapu, Sumba Timur (Bandara
Umbu Mehang Kunda)
Jakarta Bali waktu tempuh 2 jam biaya relatif
Bali Waingapu waktu tempuh 1 jam 30 menit biaya relatif
Waingapu Kampung Matawai Pandangu dengan menggunakan kendaraan pribadi
(tidak tersedia transportasi umum) waktu tempuh 3 jam
“Kau hidup dengan menikmati nikmat pemberian dari Yang Maha, masakan tidak kau mau
untuk hidup memberi dengan sesamamu?” – Nofi Kristanti Ndruru -
GEDUNG SEKOLAH
1. SEMEN 40 SAK Rp 75.000 Rp 3.000.000,-
2. PASIR 2 RET Rp 500.000,- Rp 1.000.000,-
3. KERIKIL 2 RET Rp 500.000,- Rp 1.000.000,-
4. AIR 3 TANGKI Rp 500.000,- Rp 1.500.000,-
(UNTUK PROSES
PEMBANGUNAN,
DIKARENAKAN LOKASI
SULIT AIR)
5. SENG 100 LEMBAR Rp 50.000,- Rp 5.000.000,-
6. KAYU USUK (TIANG) 25 TIANG Rp 50.000,- Rp 1.250.000,-
7. PERALATAN Rp 2.000.000,- Rp 2.000.000,-
PERTUKANGAN
(SEKOP, SENDOK SEMEN,
PAKU, KAWAT, GERGAJI,
BESI UNTUK PONDASI,
DLL)
8. BIAYA ANGKUT Rp 2.000.000,- Rp 2.000.000,-
TOTAL Rp 16.750.000,-
TOTAL BIAYA KESELURUHAN Rp 41.415.000,-