1 Januari 2020
P-ISSN: 2339-2258 (Print) E-ISSN: 2548-821X (Online)
http://ejurnal.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/JPE
Abstract: Education in the foremost, remote, and rural (3T) regions in Indonesia is known for
its various complex problems. This research aims to look at the condition of students, teachers,
and learning resources in schools at the Pongok and Celagen islands. This research uses a
qualitative approach by case studies. This research involved all schools in the two islands. Data
collection techniques used in this researsh are documentation study techniques. The results of
this research revealed that very few graduates of High School at Pongok and Celagen went to
college, there were still quite a number of teachers with non-educational undergraduate
degrees, and there were almost no collections of educator manuals in the school library. The
problem must be a serious concern for stakeholders and the policy to be overcome gradually
and continuously.
Abstrak: Pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Indonesia terkenal
dengan berbagai permasalahan yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi
siswa, guru, dan sumber belajar pada sekolah di daerah kepulauan Pongok dan Celagen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Penelitian ini melibatkan
semua sekolah yang ada di kedua pulau tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
sangat sedikit lulusan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pongok dan Celagen yang
melanjutkan ke perguruan tinggi, masih terdapat cukup banyak guru yang berlatar belakang
pendidikan strata 1 non-kependidikan, dan hampir tidak ada koleksi buku panduan pendidik di
perpustakaan sekolah. Masalah tersebut harus menjadi perhatian yang serius bagi para
pemangku kepentingan dan kebijakan agar segera diatasi secara bertahap dan berkelanjutan.
PENDAHULUAN
Pendidikan di daerah terdepan, masih rendah (Yosada, 2017). Fakta ini
terluar, dan tertinggal (3T) Indonesia sebatas yang terjadi dalam lingkup kecil
terkenal unik dengan berbagai pada suatu kecamatan.
permasalahan kompleks. Seperti yang Pada skala yang lebih luas, Provinsi
terjadi di perbatasan Entikong Sanggau Kepulauan Riau mengalami berbagai
Kalimantan Barat, sebuah kecamatan yang kendala dalam pembangunan dunia
berbatasan langsung dengan Tebedu pendidikan dikarenakan; 1) sarana dan
Serawak Malaysia, yang mengalami prasaranan pendidikan yang belum
kurangnya tenaga pendidik dan memadai; 2) kondisi geografis yang terdiri
kependidikan, rendahnya kesejahteraan atas pulau-pulau dengan jarak yang jauh; 3)
guru, minimnya sarana dan prasarana, mahalnya biaya pendidikan; dan 4) jumlah
kurangnya kesempatan pemerataan guru yang sedikit dengan kualitas rendah
pendidikan, dan budaya pendidikan yang (Ginting, 2016). Baik dalam lingkup kecil
75
76 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Vol.7, No.1 Januari 2020
pada suatu kecamatan atau lingkup besar dan Buntu Mondong Enrekang (Suardi,
pada suatu provinsi, nampaknya terdapat Sulfasyah, & Nur, 2016), serta di daerah
kompleksitas masalah yang sama terkait kepulauan Pulau Nasi Aceh Besar (Adlim,
pendidikan di daerah yang termasuk dalam Gusti, & Zulfadli, 2016) dan kepulauan
wilayah 3T. Talaud Sulawesi Utara (Londa, 2016)
Khususnya terkait dengan guru, mendapatkan temuan serupa yang
terjadi fenomena unik yang disebut sebagai mengungkapkan bahwa kondisi dan
metrocentricity, yang didefiniskan oleh pengembangan pendidikan di daerah
Campbell dan Yates (2011) sebagai “a tersebut masih sangat terbatas, bahkan
personal trait inhibiting teachers from cenderung didiskriminasikan dan
considering country positions.” dimarjinalkan.
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, Kondisi pendidikan di Indonesia
didapati bahwa para guru cenderung suka secara umum juga tidak luput dari catatan
memilih-milih tempat untuk mengajar, buruk. Tujuh tahun silam, tepatnya pada
sedangkan mayoritas pilihannya adalah tahun 2012, berdasarakan pemetaan
mengajar di daerah perkotaan. Sangat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sedikit guru yang dengan sukarela mau terhadap 40.000 sekolah di Indonesia, 75%
mengajar di daerah pedesaan terpencil di antaranya tidak memenuhi standar layak
(rural/remote areas). Bahkan, terindikasi minimal pendidikan. Selain itu, hasil
bahwa para guru memiliki persepsi yang kompetensi guru terhadap 460.000 guru
negatif dan sedikit sekali memiliki persepsi mendapatkan nilai rata-rata 44,5 dengan
yang positif terhadap daerah terpencil. standar minimal yang diharapkan adalah 70
Motivasi siswa juga menjadi konsern (Baswedan, 2014). Kondisi tujuh tahun
tersendiri karena siswa di daerah terpencil yang lalu ini perlu dikonfirmasi kembali
memiliki motivasi yang rendah dalam untuk melihat progress pengembangan dan
belajar terutama pada mata pelajaran pembangunan dalam bidang pendidikan.
matematika dan secara gabungan pada Penelitian ini bermaksud untuk
semua mata pelajaran (Handre, Sullivan, & mengkonfirmasi beberapa temuan
Crowson, 2009). Para siswa tidak benar- penelitian sebelumnya dengan berfokus
benar mengatahui mengapa mereka harus pada komponen pembelajaran. Penelitian
pergi ke sekolah. Siswa memiliki motivasi ini merupakan penelitian pendahuluan yang
yang bervariasi terhadap suatu mata akan ditindaklanjuti dengan beberapa
pelajaran, namun kecenderungannya, penelitian lanjutan. Pembelajaran yang
motivasi mereka sangat rendah pada mata merupakan proses interaksi antara siswa
pelajaran matematika. Konteks penelitian dengan guru dan sumber belajar pada suatu
ini adalah 2 daerah terpencil di Amerika lingkungan belajar, menunjukkan bahwa
yang notabene merupakan negara maju, terdapat 3 komponen penting yang terlibat
hasil penelitian dengan variable yang sama dalam pembelajaran, yaitu siswa, guru, dan
akan sangat mungkin mendapatkan hasil sumber belajar. Sumber belajar memiliki
berbeda jika dilakukan pada daerah arti yang luas dan jenis yang sangat banyak,
terpencil di suatu negara berkembang. namun pada penelitian ini sumber belajar
Berbagai penelitian yang telah yang dilihat spesifik pada koleksi buku
dilakukan di daerah perbatasan Kayan Hulu perpustakaan.
Malinau (A’ing, 2015) dan Bintan Pesisir Penelitian dilakukan di daerah
Kepulauan Riau (Auldina, 2018), di daerah kepuauan terpencil bernama pulau Pongok
terpencil Loru Sigi Biromaru (Imran, 2014) dan Celagen. Kedua pulau tersebut
Rahmadi, Pendidikan di Daerah…..77
tergolong sebagai daerah 3T di bawah dengan laut dangkal yang bisa diseberangi
wilayah administrasi Kecamatan Kepulauan menggunakan perahu kecil dengan jarak
Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, tempuh kurang dari 5 menit. Apabila dilihat
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. pada peta, pulau Pongok memiliki nama
Pulau Pongok dan Celagen merupakan dua yang berbeda, yaitu Pulau Liat. Berikut ini
pulau yang berbeda namun lokasinya sangat gambaran lokasi kedua pulau tersebut.
berdekatan. Keduanya hanya dipisahkan
Gambar 1. Lokasi Pulau Pongok dan Celagen diambil dari Google Maps
Gambar 1. menunjukkan lokasi pulau kondisi siswa, guru, dan sumber belajar,
Pongok dan Celagen. Lokasi kedua pulau bagi para pemangku kepentingan dan
tersebut dilingkari pada gambar. Pulau kebijakan dalam dunia pendidikan.
Pongok dan Celagen berada tepat di antara Sehingga, diharapkan pengambilan
pula Bangka dan pulau Belitung. Lebih kebutusan untuk pengembangan kebijakan
tepatnya, kedua pulau tersebut diapit oleh pendidikan di daerah kepulauan terpencil
pulau Lepar dan pulau Mendanau. Pulau bisa lebih tepat sasaran dan sesuai dengan
Celagen tidak terlihat karena sebetulnya kebutuhan nyata di lapangan. Selain itu,
pulau tersebut sangat kecil dengan luas hasil penelitian ini semoga dapat
hanya 3,54 km2, sedangkan pulau Pongok menggugah kepedulian masyarakat luas
memiliki luas 48,35 km2 dengan penduduk terhadap kondisi pendidikan di daerah
berjumlah 5.377 jiwa (Badan Pusat Statistik kepulauan terpencil yang masih perlu untuk
Kabupaten Bangka Selatan, 2017). terus dikembangkan.
Perjalanan menuju pulau ini membutuhkan
waktu sekitar 8 jam jika dimulai dari pusat METODE PENELITIAN
kota Pangkalpinang dengan menempuh Penelitian merupakan suatu
perjalanan darat selama 3-4 jam dan penelitian pendahuluan menggunakan
perjalanan laut menggunakan perahu motor pendekatan kualitatif dengan metode studi
kayu selama 3-4 jam. kasus. Penelitian pendahuluan ini dilakukan
Hasil penelitian diharapkan dapat untuk mendapatkan gambaran kondisi nyata
memberikan gambaran nyata terhadap di lapangan yang mana setelah itu akan
kondisi pendidikan di daerah kepulauan dilakukan beberapa penelitian lanjutan yang
terpencil, khususnya yang berkaitan dengan sesuai dengan masalah dan kebutuhan nyata
78 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Vol.7, No.1 Januari 2020
Tabel 1. menunjukkan ringkasan pulau Pongok dan hanya satu sekolah yang
profil sekolah yang ada di pulau Pongok berada di pulau Celagen.
dan Celagen. Sekolah yang pertama
didirikan di Pongok adalah Sekolah Dasar 1 Siswa pada Sekolah di Daerah
(SD) pada tahun 1965. Ketiga SD dan Kepulauan Terpencil
Sekolah Menengan Pertama (SMP) sudah Berikut ini merupakan gambaran
didirikan sejak lama sebelum tahun 2000. kondisi siswa pada sekolah di daerah
Sekolah Menengah Atas (SMA) satu- kepulauan terpencil. Kondisi siswa
satunya sekolah yang didirikan setelah tergambar mulai dari jenis kelamin,
tahun 2000, tepatnya pada tahun 2008. pekerjaan orang tua, dan tempat tinggal.
Semua sekolah merupakan sekolah negeri Sayangnya, terdapat beberapa data yang
dengan jadwal masuk pada pagi hari. Hanya kosong karena sekolah tidak memiliki
SMA yang sudah menerapkan kebijakan dokumen tersebut, atau memilikinya namun
sekolah 5 hari, sedangkan yang lainnya tidak terdapat data yang detail dan
masih masuk selama 6 hari dalam terperinci.
seminggu. Hampir semua sekolah berada di
Rahmadi, Pendidikan di Daerah…..79
Tabel 2. Profil Peserta Didik berdasarkan Jenis Kelamin, Pekerjaan Orang Tua, dan Tempat Tinggal
Jenis
Laki-laki Perempuan Total
kelamin
SMA 74 (38.1%) 120 (61.9%) 194 (100%)
SMP 129 (53.3%) 113 (46.7%) 242 (100%)
SD 1 127 (46.4%) 147 (53.6%) 274 (100%)
SD 2 82 (57.7%) 60 (42.3%) 142 (100%)
SD 3 * * 162 (100%)
Total 412 (40.6%) 440 (43.4%) 1014 (100%)
Pekerjaan
PS PNS Petani Pedagang Nelayan Total
orang tua
SMA 10 (5.2%) 5 (2.6%) 30 (15.5%) 10 (5.2%) 100 (51.5%) 194 (100%)
SMP * * * * * 242 (100%)
SD 1 24 (8.8%) 8 (2.9%) 45 (16.4%) 33 (12.0%) 164 (59.9%) 274 (100%)
SD 2 * * * * * 142 (100%)
SD 3 0 (0.0%) 3 (1.9%) 0 (0.0%) 0 (0.0%) 159 (98.1%) 162 (100%)
16
Total 24 (2.4%) 1014 (100%)
(1.6%) 75 (7.4%) 43 (4.2%) 423 (41.7%)
Tempat
Pongok Celagen Total
tinggal
SMA * * 194 (100%)
SMP 192 (79.3%) 50 (20.7%) 242 (100%)
SD 1 274 (100%) 0 (0.0%) 274 (100%)
SD 2 142 (100%) 0 (0.0%) 142 (100%)
SD 3 0 (0.0%) 162 (100%) 162 (100%)
Total 608 (60.0%) 212 (20.9%) 1014 (100%)
Tabel 4. Profil Guru berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Latar Belakang Pendidikan
Jenis
Laki-laki Perempuan Total
kelamin
SMA 8 (53.3%) 7 (46.7%) 15 (100%)
SMP 10 (71.4%) 4 (28.6%) 14 (100%)
SD 1 11 (52.4%) 10 (47.6%) 21 (100%)
SD 2 4 (44.4%) 5 (55.6%) 9 (100%)
SD 3 5 (50.0%) 5 (50.0%) 10 (100%)
Total 38 (55.1%) 31 (44.9%) 69 (100%)
Usia <25 25-30 31-35 36-40 41-45 46-50 >50 Total
1 3 1 2 4 3 1 15
SMA
(6.7%) (20.0%) (6.7%) (6.7%) (26.7%) (20.0%) (6.7%) (100%)
2 1 3 2 3 1 2 14
SMP
(14.3%) (7.1%) (21.4%) (14.3%) (21.4%) (7.1%) (14.3%) (100%)
0 5 5 6 0 0 5 21
SD 1
(0.0%) (23.8%) (23.8%) (28.6%) (0.0%) (0.0%) (23.8%) (100%)
0 1 2 2 2 0 2 9
SD 2
(0.0%) (11.1%) (22.2%) (22.2%) (22.2%) (0.0%) (22.2%) (100%)
0 2 1 0 3 2 2 10
SD 3
(0.0%) (20.0%) (10.0%) (0.0%) (30.0%) (20.0%) (20.0%) (100%)
3 12 12 12 12 6 12 69
Total
(4.3%) (17.4%) (17.4%) (17.4%) (17.4%) (8.7%) (17.4%) (100%)
Pend. SMA D3 S1 S2 Total
SMA 2 (13.3%) 0 (0.0%) 13 (86.7%) 0 (0.0%) 15 (100%)
SMP 1 (7.1%) 2 (14.3%) 11 (78.6%) 0 (0.0%) 14 (100%)
SD 1 2 (9.5%) 0 (0.0%) 19 (90.5%) 0 (0.0%) 21 (100%)
SD 2 2 (22.2%) 0 (0.0%) 7 (77.8%) 0 (0.0%) 9 (100%)
SD 3 3 (30.0%) 1 (10.0%) 6 (60.0%) 0 (0.0%) 10 (100%)
Total 10 (14.5%) 3 (4.3%) 56 (81.2%) 0 (0.0%) 69 (100%)
Tabel 5. Profil Guru berdasarkan Status Kepegawaian, Pengalaman, Sertifikasi, dan Linieritas
Status GTT PNS Total
SMA 8 (53.3%) 7 (46.7%) 15 (100%)
SMP 7 (50.0%) 7 (50.0%) 14 (100%)
SD 1 8 (38.1%) 13 (61.9%) 21 (100%)
SD 2 2 (22.2%) 7 (77.8%) 9 (100%)
SD 3 5 (50.0%) 5 (50.0%) 10 (100%)
Total 30 (43.5%) 39 (56.5%) 69 (100%)
Pengalaman <5 5-10 11-15 16-20 >20 Total
SMA 3 (20.0%) 7 (46.7%) 3 (20.0%) 1 (6.7%) 1 (6.7%) 15 (100%)
SMP 4 (28.6%) 5 (35.7%) 1 (7.1%) 2 (14.3%) 2 (14.3%) 14 (100%)
SD 1 1 (4.8%) 9 (42.9%) 2 (9.5%) 4 (19.0%) 5 (23.8%) 21 (100%)
SD 2 0 (0.0%) 1 (11.1%) 4 (44.4%) 1 (11.1%) 3 (33.3%) 9 (100%)
SD 3 0 (0.0%) 2 (20.0%) 3 (30.0%) 3 (30.0%) 2 (20.0%) 10 (100%)
Total 8 (11.6%) 24 (34.8%) 13 (18.8%) 11 (15.9%) 13 (18.8%) 69 (100%)
Sertifikasi Belum Sudah Total
SMA 10 (66.7%) 5 (33.3%) 15 (100%)
SMP 11 (78.6%) 3 (21.4%) 14 (100%)
SD 1 12 (57.1%) 9 (42.9%) 21 (100%)
SD 2 6 (66.7%) 3 (33.3%) 9 (100%)
SD 3 4 (40.0%) 6 (60.0%) 10 (100%)
Total 43 (62.3%) 26 (37.7%) 69 (100%)
Linier Tidak Ya Total
SMA 6 (40.0%) 9 (60.0%) 15 (100%)
SMP 4 (28.6%) 10 (71.4%) 14 (100%)
SD 1 3 (14.3%) 18 (85.7%) 21 (100%)
SD 2 2 (22.2%) 7 (77.8%) 9 (100%)
SD 3 3 (30.0%) 7 (70.0%) 10 (100%)
Total 18 (26.1%) 51 (73.9%) 69 (100%)
Tabel 5. menunjukkan profil guru Lebih dari 60% atau tepatnya sejumlah 43
berdasarkan status kepegawaian, guru belum tersertifikasi. Terdapat 18
pengalaman, sertifikasi, dan linieritas. (26.1%) guru yang mengajar tidak sesuai
Terdapat 39 (56.5%) guru yang sudah dengan latar belakang pendidikannya.
berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS), sedangkan yang lain masih berstatus Sumber Belajar pada Sekolah di Daerah
sebagai Guru Tidak Tetap (GTT). Kepulauan Terpencil
Kebanyakan guru sudah memiliki Berikut ini tergambar kondisi sumber
pengalaman mengajar lebih dari 5 tahun. belajar pada sekolah di daerah kepulauan
Hanya 8 guru (11.6%) yang memiliki terpencil. Sumber belajar yang dimaksud di
pengalaman mengajar di bawah 5 tahun. sini berfokus pada koleksi buku
82 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Vol.7, No.1 Januari 2020
perpustakaan sekolah yang terbagi menjadi Semua sekolah memiliki data tentang
berbagai macam jenis, yaitu buku teks, koleksi buku perpustakaan yang lengkap.
buku pengayaan, buku referensi, buku
panduan pendidik, dan buku lainnya.
sudah tercukupi. Namun, hasil penelitian ini marjinalisasi pendidikan di daerah 3T sudah
mengungkap lebih jauh bahwa betul mulai berkurang secara perlahan. Kedepan,
kualitas guru rendah, yang disinyalir hal kualitas dan kuantitas pelaksanaan
tersebut dikarenakan masih banyak guru pendidikan di daerah 3T akan sama baiknya
yang memiliki latar belakang pendidikan dengan sekolah di perkotaan dan semuanya
strata 1 bukan dari jurusan kependidikan. akan sesuai dengan standar nasional
Sedikitnya lulusan sarjana pendidikan pendidikan.
didaerah Pongok dan Celagen membuat Pemerintah melalui Kementerian
banyaknya lulusan sarjana non-pendidikan Perencanaan Pembangunan Nasional atau
turut mengajar di sekolah untuk memenuhi Bappenas telah menggalakkan berbagai
kekosongan guru. Meskipun, sebetulnya, program untuk mengatasi kesenjangan antar
hal tersebut membawa masalah baru, wilayah dan ketertinggal suatu daerah yang
mengingat linieritas keilmuan sangat sampai saat ini mejadi isu yang harus
penting demi terjaganya kualitas diatasi sejalan dengan tujuan pembangunan
pembelajaran dan pendidikan. Selain itu, nasional (Bappenas, 2016). Kabar baiknya
banyak guru yang mendapat gelar sarjana adalah, bahwa jumlah daerah tertinggal di
pendidikan setelah mereka sudah mengajar Indonesia semakin tahun semakin
bertahun-tahun dengan megikuti program berkurang. Sudah semakin banyak daerah
perkuliahan jarak jauh. yang terentaskan dari ketertingalannya.
Dalam konteks pelaksanaan Pelayanan dasar di bidang pendidikan dan
pendidikan di Pongok dan Celagen, sarana kesehatan menjadi salah satu prioritas
dan prasarana yang ada sudah mencukupi dalam pembangunan kedepan.
termasuk koleksi buku perpustakaan.
Namun, terdapat satu jenis koleksi yang SIMPULAN
luput dari perhatian karena sebagain besar Potret pendidikan di pulau Pongok dan
perpustakaan sekolah tidak memilikinya, Celagen memiliki beberapa kemiripan
yaitu koleksi buku panduan pendidik. sekaligus perbedaan dengan kondisi
Padahal, koleksi tersebut dapat dikatakan pendidikan di daerah kepulauan atau pada
sangat penting sebagai referensi dan bahan wilayah 3T lainnya. Sedikitnya lulusan
belajar para guru untuk dapat terus SMA yang melanjutkan ke perguruan
meningkatkan kompetensinya dengan tinggi, masih terdapat cukup banyak guru
mandiri secara berkelanjutan. Apalagi, para yang berlatar belakang pendidikan strata 1
guru yang berada di pulau terpencil sangat non-kependidikan, dan hampir tidak adanya
susah mengakses toko buku dan mengikuti koleksi buku panduan pendidik pada
berbagai pelatihan terkait dengan sekolah di Pongok dan Celagen harus
peningkatan profesionalisme guru. menjadi perhatian yang serius bagi para
Secara keseluruhan, hasil penilitian pemangku kepentingan atau kebijakan
ini menunjukkan perlu adanya tinjauan terkait dengan dunia pendidikan di wilayah
kembali terhadap pelaksanaan pendidikan terkait. Penelitian yang hanya bersumber
di daerah terpencil atau daerah sejenis yang dari studi dokumentasi ini memiliki banyak
termasuk dalam wilayah 3T. Pemerintah keterbatasan, sehingga penelitian
pusat bersama dengan pemerintah daerah selanjutnya diharapkan dapat dilakukan
nampaknya terus berupaya meningkatkan menggunakan beragam metode penelitian
kualitas dan kuantitas pelaksanaan dan teknik pengumpulan data untuk
pendidikan di daerah 3T secara bertahap memperdalam hasil penelitian khususnya
namun berkelanjutan, sehingga yang berkaitan dengan motivasi siswa,
84 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Vol.7, No.1 Januari 2020