Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sofia Hidayati

NIM : 858794061
Kode MK : PDGK4302
Nama MK : Pembelajaran Kelas Rangkap

TUGAS I

1. Di era digital saat ini penting untuk belajar PKR, dikarenakan pendidikan di
Indoensia masih terdapat kendala-kendala yang menyebabkan terhambatnya proses
belajar mengajar jika tidak mengetahui PKR. Alasan dilakukannya Pembelajaran Kelas
Rangkap (PKR) tidak hanya karena faktor kekurangan guru. PKR juga sering diterapkan
karena alasan letak geografis yang sulit dijangkau, ruangan kelas terbatas, kekurangan
tenaga guru, jumlah siswa yang relatif sedikit, guru berhalangan hadir, atau mungkin
faktor keamanan seperti di daerah pengungsi.

Nyatanya di Era Digital ini, masih ada beberapa sekolah yang masih
menggunakan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) terutama di daerah daerah terpencil.
Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau. Dalam sistem
pendidikan, hal yang tidak dapat dihindari adalah penyebaran dan distribusi guru secara
merata, yang masih menjadi suatu tantangan yang harus diatasi.

Di banyak Sekolah Dasar berukuran kecil di Indonesia, mengelompokkan anak-


anak dari beberapa jenjang kelas ke dalam satu kelas bisa menjadi salah satu cara agar
pendidikan dapat tetap berjalan. Misalnya, menggabungkan kelas tiga dan empat dalam
satu kelas. Ini yang disebut dengan model pembelajaran kelas rangkap, yaitu situasi
ketika seorang guru harus mengajar lebih dari satu kelas di waktu dan tempat yang
bersamaan. Dalam hal ini, kemampuan guru dituntut mampu mengelola kelas dengan
baik dan menjadikan siswa aktif sehingga kondisi kelas tidak gaduh atau ada siswa tidak
belajar karena guru mengajar bergantian kelas.
Tak jarang sekolah yang memiliki banyak murid juga kekurangan kelas,
terbatasnya ruang kelas saat pembelajaran ini dapat diatasi dengan pembelajaran kelas
rangkap.

Contoh: Bertugas di daerah perkotaan sudah menjadi hal biasa, namun bagaimana jika mendapat
tugas mengajar di wilayah yang jauh dari perkotaan dan sulit diakses oleh transportasi. Hal itulah
yang dihadapi oleh Fathoni Hari Bintara, guru SM3T Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
yang ditempatkan di distrik Okhika, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Pegunungan Bintang adalalah salah satu kabupaten di Papua yang termasuk dalam daerah
terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Kabupaten ini berbatasan langsung dengan negara Papua
Nugini. Banyak gunung atau bukit yang tersebar layaknya bintang bertaburan di langit sehingga
kabupaten ini memiliki nama Pegunungan Bintang. Tidak ada jalan beraspal maupun alat
transportasi darat yang menjangkau seluruh wilayah selain di ibu kota kabupaten ini. Satu-
satunya alat transportasi adalah pesawat perintis, apabila bepergian antar distrik maupun ke
berbagai wilayah masyarakat cukup berjalan kaki.

Tidak semua distrik di kabupaten ini dijangkau oleh sinyal telefon seluler. Banyak pula distrik
yang belum dialiri listrik sepenuhnya.

“Kehidupan sederhana dan jauh dari hiruk pikuk kota menjadi pengalaman hidup yang sangat
berharga,” kata Fathoni seperti disitat dari laman UNY, Selasa (3/1/2017).

Bahkan Fathoni bisa merasakan udara segar, mendengar suara ayam berkokok, serta
pemandangan indah setiap pagi. Bahkan masyarakat yang ramah senantiasa membantu dan
memberi sesuatu yang mereka miliki.

Fathoni mengajar di SD Inpres Bakonaip dan SMPN Satu Atap Bakonaip. Kedua sekolah
tersebut terletak di kawasan yang sama. Awal mula mengajar, ia mendapat beragam tantangan,
salah satunya siswa yang sulit diatur dan cenderung tempramental.

“Penilaian awal saya terhadap siswa adalah siswa tersebut susah untuk diatur dan memiliki
temperamen yang keras,” ungkapnya.
Kendati demikian, ia wajar dan maklumi karena kondisi geografis dan lingkungan yang
membentuk kepribadian mereka. Menurutnya, yang harus dilakukan adalah mendidik afektif
agar mereka patuh dan taat terhadap nasihat guru walaupun guru tersebut berbeda latar belakang
kedaerahan dengan mereka.

Fathoni tidak hanya mengajar pelajaran semata namun juga menanamkan sikap dan sopan-santun
siswa kepada guru baik di dalam sekolah maupun di luar.

Alumni prodi pendidikan biologi FKIP UNS tersebut mengatakan pembelajaran tidak
sepenuhnya dilakukan dalam kelas. “Mata pelajaran biologi yang menjadi bidang utama saya
mengajar menunjang kegiatan belajar di luar kelas,” tuturnya.

Lingkungan sekitar sekolah yang masih asri berisi berbagai macam tumbuhan dan hewan
menjadi laboratorium terbesar. Materi keanekaragaman hayati, pola interaksi, pertumbuhan
perkembangan tumbuhan, anatomi-fisiologi tumbuhan dan lainnya sangat kontekstual apabila
siswa dibawa dalam lingkungannya yang nyata.

Selama mengabdi di SD-SMP Satap Bakonaip Fathoni juga merangkap sebagai guru dengan
beberapa mata pelajaran seperti biologi, penjaskes, bahasa Indonesia dan guru kelas rangkap III-
IV. Ketersedian guru yang sangat terbatas menuntutnya untuk mengajar beberapa mata pelajaran.

Ia lebih menekankan kemampuan calistung (baca, tulis, dan hitung) selama mengajar di jenjang
sekolah dasar. Sementara itu, siswa SMP diajar seperti pada umumnya dengan pemilihan materi
yang sekiranya mereka dapat menangkap dengan baik. Tidak semua materi disampaikan kepada
siswa selama setahun mengajar. Hal tersebut menjadi pertimbangan karena mengingat
kemampuan menyerap pelajaran mereka yang masih kurang. Pada sore hari diadakan pemberian
pelajaran tambahan selama mengabdi sejak pukul 16.00 sampai 17.30 WIT dengan jadwal yang
sudah diatur sebelumnya.

Siswa pedalaman tidak boleh dibandingkan atau disejajarkan dengan siswa yang bersekolah di
tempat maju. Mereka hidup dalam keterbatasan untuk mencapai pendidikan ini. Jarak rumah
siswa d1engan sekolah yang jauh tidak menyurutkan semangat mereka untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan. Kondisi jalanan di tepi lereng gunung yang berjurang menjadi tantangan mereka
untuk pergi ke sekolah.

Sungguh2 perjuangan yang harus disambut dengan pelayanan kepada mereka agar kelak bekal
ilmu pengetahuan yang didapat dapat bermanfaat seterusnya. “Semoga apa yang saya berikan
selama pengabdian berupa ilmu pengetahuan ini dapat memberikan manfaat kepada mereka,”
harap Fathoni.

Sumber: https://edukasi.okezone.com/read/2017/01/01/65/1580806/perjuangan-fathoni-
mengajar-siswa-siswi-di-pedalaman-papua

2. Prinsip- prinsip dalam PKR adalah ketentuan-ketentuan yang memandu dan


mengarahkan pikiran dan perilaku guru dalam menyikapi dan mengelola pembelajaran.
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) seperti pada umumnya memiliki prinsip-prinsip
umum baik yang bersifat psikologis-pedagogis maupun didaktik-metodik. Psikologis-
pedagogis berkenaan dengan perubahan perilaku siswa, sedangkan didaktik-metodik
berkenaan dengan strategi atau prosedur pembelajaran. Prinsip umum psikologis-
pedagogis antara lain:

 Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan perilakunya


menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya (Piaget dalam Bell-
Gredler:1986).
 Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari dalam diri siswa
(motivasi instrinsik) maupun yang datang dari luar diri siswa (motivasi instrumental).
Oleh karena itu pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan motivasi siswa agar
merasa butuh dan mau belajar. Bila sudah tumbuh, motivasi tersebut perlu dipelihara dan
malah ditingkatkan melalui berbagai bentuk penguatan (reinforcement). (Skinner dalam
Turney: 1977).
 Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun pengetahuan,
sikap, dan keterampilan melalui transformasi pengalaman. Proses tersebut dapat
dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman konkret (concrete experience),
pengamatan mendalam (reflective observation), pemikiran abstrak (abstract
conseptualization), dan percobaan atau penerapan secara aktif (active experimentation).
(Kolb: 1986).
 Belajar dari teman seusia (peer group) terutama mengenai sikap dan keterampilan sosial
dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang sengaja dirancang.
 Pencapaian dampak instruksional (instuructional effects) dan dampak pengiring
(nurturant effect)menuntut lingkungan dan suasana belajar yang memungkinkan sisswa
dapat melakukan kegiatan belajar yang dirancang dengan baik oleh guru dan terciptanya
suasana belajar secara kontekstual.

Sedangkan Prinsip khusus  yang dimiliki Pembelajaran Kelas Rangkap adalah:

(a)   Keserempakan kegiatan pembelajaran


Dalam PKR kegiatan belajar mengajar terjadi secara serempak atau bersamaan. Kegiatan
trsebut harus memiliki makna, artinya kegiatan itu harus sesuai dengan kebutuhan murid
dan mempunyai tujuan yang sesuai dengan kurikulim. Misalnya, Dari pukul 08.00-09.20
(2 jam pelajaran) menangani pembelajaran IPA untuk kelas V dan IPS kelas VI. Pada saat
itu siswa kelas V dan kelas VI dalam satu atau dua ruangan secara serempak belajar di
bawah bimbingan seorang guru.
(b)   Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA)
Perlu kita ketahui bahwa kualitas dan lamanya kegiatan pembelajaran berlangsung
menentukan tinggi rendahnya kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA). PKR tidak
member toleransi pada banyaknya WKA yang hilang karena guru tidak terampil
mengelola kelas. Oleh karena itu, guru PKR harus pandai – pandai dalam mengelola
kelas karena guru mengajar lebih dari satu tingkatan kelas. Misalnya dalam dua jam
pelajaran tersedia 2 x 40’ = 80’. Selama 15’ digunakan oleh guru untuk mengabsen,
mengatur kelompok, 65’ sisanya digunakan oleh siswa untuk berbagai kegiatan belajar.
Dalam 65’ itulah siswa benar-benar melakukan kegaitan belajar atau sering disebut juga
“on-task” (Flander:1972). Bila selama 65’ itu ternyata ada sebagian waktu yang
digunakan untuk ‘ngobrol’ selain materi pelajaran atau mungkin melamun misalnya
selama 10’ maka yang benar-benar dipakai belajar hanya 55’ on-task. Selama 10’ tersebut
para siswa tidak belajar atau sering sering disebut ‘off-task’ (Flander: 1972).
(c)    Kontak psikologis guru dan murid yang berkelanjutan
Guru PKR haru selalus berusaha menciptakan berbagai teknik atau cara untuk
membangkitkan motivasi muridnya dalam belajar dan memberikan perhatian kepada
muridnya. Kita ketahui bahwa guru PKR menghadapi dua kelas atau lebih pada saat yang
bersamaan. Peran guru disini adalah mampu meyakinkan muridnya bahwa guru selalu
berada bersama mereka. Oleh karana itu, guru PKR harus pandai melakukan tindakan
pengelolaan, seperti menunjukkan sikap tanggap dan peka, mengatur tempat duduk,
member petunjuk dengan jelas. Misalnya, interaksi guru-murid baik yang berupa
perhatian, pengarahan, bimbingan pembelajaran, dan monitoring menjadi suatu proses
akan berlangsung secara bervariasi dan terus menerus terutama PKR dengan satu
ruangan. Akan tetapi jika berada dalam ruangan yang berbeda, mungkin akan ada kontak
yang terputus saat guru meninggalkan kelas untuk mengecek kelas yang lain, akan tetapi
pemeliharaan perhatian harus tetap terjaga sehingga siswa terus merasa diperhatikan.
(d)   Pemanfaatan sumber secara efisien

Guru PKR harus pandai dalam memanfaatkan berbagai jenis sumber secara efisien.
Seperti, lingkungan belajar dan segala peralatan yang ada di sekolah. Guru juga dapat
menunjuk murid yang pandai sebagai tutor sebaya sehingga dapat menghasilkan Waktu
Keaktifan Akademik yang tinggi (WKA).

3. Model pembelajaran kelas rangkap 221 merupakan model pembelajaran kelas rangkap
dengan dua kelas, dua mata pelajaran dan berada pada satu ruangan. Sementara model
pembelajaran kelas rangkap 222 merupakan model pembelajaran kelas rangkap yang
dilakukan dengan dua kelas, dua mata pelajaran dan berada di dua ruangan. Berikut
contoh dari model pembelajaran kelas rangkap 221 dan 222.
1. Model PKR 221
Pada model PKR 221 ini, seorang guru mengajar dua kelas misalkan kelas 5 dan
kelas 6, dengan dua mata pelajaran IPS dan IPA, dalam satu ruangan. Langkah-langkah
pembelajaran pada model ini, dapat diperhatikan matrik berikut ini.
Kegiatan/waktu Kelas V (IPS) Kelas VI (IPS)
1. Pendahuluan(10’) Pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan;
penjelasan  skenario dan hasil belajar
2. Kegiatan Inti Tugas Individual Kerja Kelompok
1(20’)
3. Kegiatan Inti Kerja Kelompok Ceramah, Tanya
2(20’) jawab
4. kegiatan Inti Ceramah, kerja  Diskusi, Tanya
3(20’) kelompok jawab
5. Penutup (10’) Review, penguatan, komentar dan tindak lanjut.
Persiapan kegiatan belajar berikutnya.

Dalam penerapan model PKR ini, ikutilah petunjuk sebagai berikut.


a. Pada kegiatan pendahuluan, lebih kurang 10 menit pertama, guru memberikan pengantar
dan pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis dibagi
dua. Tuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas 5 dan kelas 6. Ikuti
langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan ditempuh selama pertemuan.
b. Pada kegiatan inti 1,2,3, lebih kurang 60 menit, terapkan aneka metode yang sesuai
dengan tujuan untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan berlangsung adakan
pemantapan, bimbingan, balikan sesuai dengan keperluan. Gunakan keterampilan dasar
mengajar yang sesuai.
c. Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir, berdirilah di depan kelas
menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviuw atas materi dan kegiatan yang baru
berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Kemudian berikan tindak
lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya atau
mungkin untuk hari berikutnya.

2. Model PKR 222


Pada model pembelajaran kelas rangkap 222, guru menghadapi dua kelas.
Misalnya kelas 5 dan kelas 6, untuk mengajar mata pelajaran matematika di kelas 5 dan
IPA di kelas 6. Topik yang diajarkan tidak memiliki saling keterkaitan. Proses
pembelajaran berlangsung dalam dua ruangan berdekatan yang berhubungan dengan
pintu. Langkah-langkah pembelajaran dapat diperhatikan matrik berikut ini.
Kegiatan/waktu Kelas V Kelas VI (IPA)
(Matematika)
1. Pendahuluan(10’) Pengantar dan pengarahan umum diberikan
secara bersama dalam dua ruangan yang
berhubungan, penjelasan skenario dan hasil
belajar
2. Kegiatan Inti Penjelasan guru Kegiatan
1(15’) Kegiatan individual individual
3. Kegiatan Inti Tanya jawab Kegiatan
2(15’) individual
4. kegiatan Inti Kerja individual  Tanya jawab
3(15’)
5. kegiatan Inti Kerja individual Tanya jawab
3(15’)
5. Penutup (10’) Review, penguatan, komentar dan tindak lanjut,
tugas. Persiapan kegiatan belajar berikutnya.

Untuk penerapan model ini, perlu diikuti petunjuk sebagai berikut.


a. Pada kegiatan pendahuluan lebih kurang 10 menit pertama, satukan murid kelas V dan
kelas VI dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan
pengarahan umum seperti dilakukan pada model PKR 221. Bila tidak mungkin bisa
menyatukan murid dalam satu ruangan, gunakan halaman/teras, dan bila tidak mungkin
lagi murid tetap di ruang masing-masing tetapi guru berada di pintu yang
menghubungkan antara dua kelas.
b. Pada kegiatan inti lebih kurang 60 menit berikutnya, terapkan aneka metode yang sesuai
untuk masing-masing kelas. Yang perlu diperhatiakn adalah jangan sampai pada saat guru
sedang menghadapi kelas yang satu, kelas yang lain tidak ada kegiatan sehingga murid
ribut. Atur kepindahan guru dari ruang ke ruang secara seimbang, artinya jangan banyak
menggunakan waktu di satu ruang. Ada saat dimana guru harus berdiri di pintu
penghubung.
c. Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir berdirilah di pintu penghubung
menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviuw umum mengenai materi dan kegiatan
belajar yang baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai dengan keperluan.
Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas untuk masing-masing kelas, kemudian
persiapan untuk jam pelajaran.
d. Sebaiknya untuk menerapkan model PKR 222 ini, aturlah tempat duduk murid
sedemikian rupa sehingga pandangan murid mengarah kedepan dan kearah pintu
penghubung

Anda mungkin juga menyukai