Abstract
This study aimed to describe the management of science teaching learning process of junior high
school in remote area of Indonesia called as ³3T´ area. This study was a qualitative research in the form of
case study. Informants involved were science teachers, students, and school principals. The focus of this
study were: 1) the management of science teaching learning process in junior KLJK VFKRRO ³=´, 2) the
obstacle management of science teaching learning process, and 3) the effort to overcome the obstacle in
the management of science teaching learning process. Data were collected by studying documents,
observation, field note, and interviews. The data was analyzed by interpretive analysis utilizing triangulation
technique of data resources. The research result revealed that the management of science teaching
OHDUQLQJ SURFHVV LQ MXQLRU KLJK VFKRRO ³Z´ KDV QRW UXQ RSWLPDOO\íscience teacher used a syllabus derived
from the local education board, lesson plan preparation and implementation were not in accordance with
the standards process of Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007, and the assesment of student achievement
was results-oriented only. The obstacle management of science teaching learning process were inadequate
teachers understanding of process standard, inadequate of increasing teacheU¶V SURIHVLRQDOLVP, teachers
receiving less guidance and training to prepare lessons, bad working climate of school, inadequate learning
facilities, a diverse student, low ability of students to use bahasa Indonesia, and low motivation of students
and parents.The effort done by teachers to overcome the obstacle in the management of science teaching
learning process were making a discussion of science teaching learning process with other teachers who
also had inadequate competence, selecting appropriate teaching methods with student characteristics,
making simple learning media and motivating students.
Kekurangan tenaga pendidik untuk beberapa dalam kurikulum mengalami banyak kendala.
mata pelajaran tertentu menyebabkan guru Akibatnya, sekolah belum mampu
harus mengajar mata pelajaran yang tidak melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu
sesuai dengan bidang yang diampunya yang didasarkan pada tema.
(mismatched). Khusus untuk mata pelajaran
IPA, kualifikasi akademik guru IPA (fisika dan Pengelolaan Pembelajaran IPA
biologi) di sekolah ini adalah D3. Guru IPA di Berdasarkan hasil observasi, dapat
sekolah ini sebenarnya memiliki keinginan dijelaskan bahwa guru IPA di sekolah ini tidak
untuk meningkatkan jenjang kualifikasi pernah menyusun atau mengembangkan
akademiknya, namun, kondisi sekolah tidak silabus pembelajaran. Silabus yang
memungkinkan karena keterbatasan jumlah digunakan berasal dari dinas pendidkan
guru IPA. Meskipun demikian, sekolah setempat. Hal ini disebabkan oleh sekolah
memberikan kesempatan kepada guru yang dan MGMP kurang memfasilitasi guru mata
ingin meningkatkan jenjang pendidikannya. pelajaran untuk menyusun dan
Kondisi ini jelas belum memenuhi Standar mengembangkan silabus pembelajaran IPA.
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Selain itu, minimnya dukungan fasilitas
Permendiknas RI No. 16 Tahun 2007 yang pembelajaran mempengaruhi kegiatan guru
menyatakan bahwa guru pada SMP/MTs, untuk mengembangkan silabus. Hasil
atau bentuk lain yang sederajat, harus wawancara dengan guru IPA mengenai cara
memiliki kualifikasi akademik pendidikan pengembangan silabus adalah sebagai
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana berikut.
(S1) program studi yang sesuai dengan mata Saya tidak menyusun silabus. Silabus yang ada
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan didapatkan dari dinas pendidikan yang biasanya
diadaptasi dari contoh/model silabus pemerintah.
diperoleh dari program studi yang (GF)
terakreditasi. Temuan ini mengindikasikan Silabus disediakan oleh dinas pendidikan setempat.
pula bahwa salah satu penyebab persoalan (GB)
penyelenggaraan pendidikan di daerah 3T Kegiatan pengembangan silabus pembelajaran IPA di
sekolah ini dan MGMP tidak pernah dilakukan. (GF)
adalah kualifikasi guru di bawah standar Silabus tersebut tidak dikembangkan biasanya
(under qualification) (Kemendikbud, 2012). langsung digunakan oleh guru mata pelajaran. (GB)
Berdasarkan hasil observasi dan Pengembangan silabus jarang dilakukan. Biasanya
catatan lapangan, didapatkan bahwa diberikan kewenangan kepada guru masing-masing
pembelajaran IPA di SMP Negeri ³Z´ terbagi untuk mengembangkannya. (KS)
menjadi dua mata pelajaran, yaitu: biologi Jika dibandingkan dengan temuan
dan fisika. Artinya, pembelajaran IPA di penelitian Wiratha (2010) tentang
sekolah ini dilakukan secara terpisah. pengelolaan pembelajaran Fisika di SMA
Padahal, pada Permendiknas RI No. 22 Negeri 2 Amlapura, maka seharusnya
Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan penyusunan dan pengembangan silabus
bahwa substansi mata pelajaran IPA pada dilakukan oleh guru mata pelajaran bersama
603 07V PHUXSDNDQ ³,3$ 7HUSDGX´ GHQJDQ MGMP sekolah. Selain itu, Standar Proses
jam pembelajaran untuk setiap mata Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007
pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera menyatakan bahwa silabus dikembangkan
dalam struktur kurikulum IPA SMP/MTs yaitu oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar
4 Jp. Namun, dalam KTSP 2006, mata Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
pelajaran IPA hanya merupakan (SKL), serta panduan penyusunan KTSP
penggabungan bidang kajian fisika, biologi, 2006. Hal ini menjadi indikasi bahwa
dan kimia. Secara struktur organisasi berupa pelaksanaan KTSP 2006 terutama dalam
SK dan KD masih terpisah disesuaikan penyusunan dan pengembangan silabus
dengan kompetensi bahan kajian masing- belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru-
masing. Selain itu, kebanyakan guru yang guru IPA. Temuan ini semakin mempertegas
mengajar di SMP masih merupakan guru gambaran belum optimalnya pemahaman
lulusan Pendidikan Fisika, Biologi, dan Kimia sekolah-sekolah, khususnya di daerah 3T
yang terpisah, sehingga dalam praktiknya dalam mengimplementasikan KTSP 2006,
pembelajaran IPA Terpadu yang dimaksud khususnya dalam hal pengembangan silabus.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
sumber belajar, media, dan sarana dengan mengecek kesiapan siswa dan
penunjang pembelajaran lainnya. memberikan beberapa pengarahan terkait
Temuan di atas disebabkan oleh kedisiplinan siswa, memberikan pertanyaan,
pemahaman guru IPA terhadap Standar menyampaikan SK, KD, acuan, dan tujuan
Proses Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 pembelajaran, serta memotivasi siswa.
masih sangat kurang. Sampai saat ini, guru Pada kegiatan pendahuluan, biasanya
IPA belum mengenal dan memahami Standar guru IPA melakukan kegiatan apersepsi
Proses Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. dengan cara memberikan pertanyaan.
Artinya, sosialisasi terkait dengan delapan Pertanyaan yang diberikan adalah
standar nasional pendidikan, khususnya menyangkut materi sebelumnya yang
standar proses sangat minim di sekolah ini. diajarkan atau materi baru yang akan
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil dipelajari siswa. Guru IPA lebih memilih
wawancara berikut ini. menggunakan pertanyaan pada kegiatan
Saya hanya pernah mendengar standar proses apersepsi dikarenakan pertanyaan dapat
saja. Namun, saya belum pernah melihat apalagi membuka wawasan pemikiran siswa lebih
membacanya. (GF)
Saya tidak mengenal dan memahami standar luas dan mempersiapkan siswa secara fisik
proses secara mendetail. (GB) dan mental untuk menerima pelajaran. Dalam
Temuan di atas mengindikasikan kegiatan pendahuluan, guru IPA selalu
bahwa kemampuan guru IPA dalam mencoba mengaitkan materi pelajaran yang
merencanakan pembelajaran masih rendah. dipelajari dengan kondisi nyata kehidupan
Padahal, perencanaan pembelajaran memiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
peran penting dalam memandu guru untuk dilakukan guru IPA untuk memotivasi dan
melaksanakan tugas sebagai pendidik. meningkatkan pemahaman siswa terhadap
Perencanaan merupakan langkah awal materi pelajaran. Pembelajaran IPA juga
sebelum proses pembelajaran berlangsung. akan menjadi lebih kontekstual. Berikut
Hal senada disampaikan oleh Sudjana (2007) adalah hasil observasi kegiatan pendahuluan
yang mengemukakan bahwa perencanaan guru IPA selama tiga kali observasi.
pembelajaran adalah kegiatan Tabel 1. Kegiatan Guru IPA dalam Kegiatan
memproyeksikan tindakan apa yang akan Pendahuluan
Guru I Guru II
dilaksanakan dalam suatu pembelajaran yaitu Aspek
Ya Tidak Ya Tidak
dengan mengkoordinasikan (mengatur dan Mengecek kehadiran
merespon) komponen-komponen — —
siswa
pembelajaran, sehingga arah kegiatan Mengecek
(tujuan), isi kegiatan (materi), cara perlengkapan — —
penyampaian kegiatan (metode dan teknik) pembelajaran
Melakukan kegiatan
serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) — —
apersepsi
menjadi jelas dan sistematis. Memberikan motivasi
¥ ¥
Berdasarkan hasil observasi dan pembelajaran
catatan lapangan, proses pelaksanaan Menyampaikan tujuan
— —
pembelajaran IPA belum sesuai dengan pembelajaran
Menyampaikan
perencanaan pembelajaran yang dibuat. cakupan materi dan
Artinya, terdapat kesenjangan antara RPP penjelasan uraian — —
yang dibuat dengan implementasi kegiatan sesuai
pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran silabus
semestinya merupakan implementasi dari Berdasarkan temuan di atas, dapat
perencanaan pembelajaran yang tertuang dilihat bahwa kegiatan pendahuluan yang
dalam RPP. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru IPA memiliki pola yang hampir
dilakukan oleh guru IPA terdiri dari kegiatan sama, yaitu: melaksanakan absensi (khusus
pendahuluan, inti, dan penutup. guru IPA (biologi), menyiapkan peserta didik,
Berdasarkan hasil observasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan
wawancara dapat diketahui bahwa kegiatan kompetensi dasar, serta memberikan
pendahuluan guru IPA dimulai dengan pertanyaan. Dari kegiatan pendahuluan yang
mengucapkan salam. Kemudian, dilanjutkan dilakukan oleh guru IPA, terlihat bahwa guru
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
IPA di sekolah ini berupaya untuk diberikan yang mengarah pada student
melaksanakan kegiatan pendahuluan yang centered dengan memperhatikan perbedaan
dapat membangkitkan motivasi dan tiap individu siswa. Artinya, kondisi sekolah
memfokuskan perhatian peserta didik untuk merupakan faktor penting dalam menunjang
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran IPA. Lebih jauh, Permendiknas
pembelajaran. Beberapa kegiatan RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar
pendahuluan yang dilakukan guru IPA telah Proses Pelaksanaan Pembelajaran
sesuai dengan apa yang tertuang pada menyatakan bahwa kegiatan inti
Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang menggunakan metode yang disesuaikan
Standar Proses Pelaksanaan Pembelajaran. dengan karakteristik peserta didik dan mata
Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 pelajaran, yang dapat meliputi proses
dinyatakan bahwa dalam kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Setiap
pendahuluan guru hendaknya menyiapkan metode pembelajaran, pendekatan
peserta didik secara psikis dan fisik, pembelajaran, strategi pembelajaran, dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang taktik pembelajaran senantiasa dibingkai oleh
mengaitkan pengetahuan sebelumnya, model pembelajaran.
menjelaskan tujuan pembelajaran atau Berdasarkan hasil observasi dan
kompetensi dasar yang akan dicapai, dan wawancara, guru IPA di sekolah ini
menyampaikan cakupan materi dan menggunakan model pembelajaran yang
penjelasan uraian sesuai dengan silabus. berbeda. Model pembelajaran IPA yang
Pada kegiatan inti, guru IPA biasanya digunakan adalah model pembelajaran
menggunakan metode ceramah yang langsung (direct instruction) dan model
diselingi tanya jawab dan diskusi kelompok. pembelajaran inovatif. Temuan ini sejalan
Guru IPA menyampaikan metode dengan hasil penelitian Rukmi (2011) tentang
pembelajaran yang digunakan dalam pengelolaan pembelajaran IPA (Fisika) di
pembelajaran sebagai berikut. SMPN 1 RSBI Kota Magelang yang
Metode ceramah lebih mudah diterapkan dalam menemukan bahwa model pembelajaran
pembelajaran IPA di sekolah ini. (GF) yang digunakan guru bervariasi yakni model
Saya menggunakan metode diskusi. Selain karena
tuntutan kurikulum, metode diskusi kelompok pembelajaran langsung dan inovatif. Temuan
bersifat universal. Jadi, metode tersebut bisa ini mengindikasikan bahwa model
digunakan untuk materi apapun. Namun, saya akui pembelajaran yang digunakan dalam
siswa di sekolah ini sulit untuk diajak berdiskusi. pembelajaran harus disesuaikan dengan
(GB)
karakteristik dan kondisi sekolah. Namun, jika
Temuan di atas menunjukkan bahwa
menilik hakikat IPA, seharusnya sekolah dan
metode pembelajaran yang digunakan guru
guru IPA mencoba mengembangkan model-
IPA di sekolah ini berbeda atau cukup
model pembelajaran inovatif. Hal ini
bervariasi. Namun, sayangnya metode
dikarenakan dengan hadirnya Kurikulum
pembelajaran yang dipilih tidak didasarkan
KTSP 2006, berarti menuntut
pada karakteristik dan kebutuhan siswa. Akan
diimplementasikannya pembelajaran inovatif.
tetapi, lebih pada tuntutan kurikulum.
Hasil observasi menunjukkan guru
Akibatnya, metode pembelajaran yang
IPA memulai kegiatan inti dengan
digunakan di kelas tidak sesuai dengan apa
memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat
yang dituliskan oleh guru pada RPP. Hal ini
kepada siswa. Misalnya, guru bertanya
disebabkan oleh kondisi sekolah yang tidak
tentang pengertian bunyi dan contoh-contoh
mendukung kegiatan pembelajaran untuk
bunyi. Pertanyaan-pertanyaan ini digunakan
melaksanakan diskusi kelompok sesuai
untuk menggali pengetahuan awal siswa
tuntutan KTSP 2006. Temuan ini sangat
tentang materi yang akan dipelajari. Namun,
berbeda jauh dengan hasil temuan Rukmi
kegiatan eksplorasi ini tidak sesuai dengan
(2011) tentang pengelolaan pembelajaran apa yang dituliskan guru pada RPP. Pada
IPA Fisika di SMP Negeri 1 Magelang bahwa
RPP, guru IPA menuliskan siswa melakukan
proses pembelajaran IPA (Fisika)
eksplorasi melalui diskusi kelompok.
menggunakan metode dan strategi yang
Berdasarkan hasil observasi, kegiatan
berbeda-beda untuk setiap materi yang
eksplorasi siswa tidak berjalan optimal. Hal ini
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
disebabkan oleh beragam faktor, antara lain: dalam penilaian pembelajaran IPA adalah
fasilitas pembelajaran yang tidak memadai, sebagai berikut.
kondisi sekolah, iklim kerja kurang Dukungan dari sekolah, fasilitas pembelajaran,
mendukung, kemampuan siswa, disiplin, dan kondisi siswa terutama kemampuan siswa dan
kemampuan saya pribadi masih kurang. (GF)
motivasi rendah, karakteristiik siswa Saya tidak melakukan penilaian proses. Hal ini
beragam, dan kemampuan serta dikarenakan rubrik penilaian, pedoman penskoran,
pengetahuan guru kurang. Beragam faktor dan kelengkapan lainnya tidak disediakan pihak
penghambat ini mempengaruhi guru dalam sekolah. (GB)
Saya kurang paham tentang bentuk, jenis, dan
merencanakan, melaksanakan, dan menilai teknik penilaian. Selain itu, saya kesulitan untuk
pembelajaran IPA. mengadakan penilaian unjuk kerja karena fasilitas
Hambatan yang dialami guru dalam laboratorium kurang memadai. (GF & GB)
perencanaan pembelajaran IPA adalah Berdasarkan temuan di atas,
fasilitas pembelajaran kurang memadai, seharusnya guru memiliki pengetahuan yang
kondisi sekolah dan iklim kerja yang tidak luas terkait pengelolaan pembelajaran karena
kondusif, karakteristik siswa beragam, guru merupakan ujung tombak
pengetahuan guru dan dukungan pihak pengembangan SDM peserta didik. Selain itu,
sekolah yang minim terutama dalam pengelolaan pembelajaran merupakan proses
penyusunan perangkat pembelajaran. Hal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hakim
tersebut dijelaskan guru IPA dalam (2008) menyatakan bahwa untuk mencapai
wawancara berikut ini. tujuan pembelajaran diperlukan proses
Fasilitas pembelajaran tidak mendukung. Dukungan panjang yang dimulai dengan perencanaan,
dari pihak sekolah juga sangat minim. Seharusnya, pelaksanaan dan evaluasi.
pihak sekolah memfasilitasi hal ini. (GF)
Saya tidak memahami secara detail cara menyusun
RPP terutama apa yang harus dicantumkan pada Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi
setiap komponen-komponennya.(GB) Hambatan Pengelolaan Pembelajaran IPA
Hambatan dalam pelaksanaan Berdasarkan hambatan yang muncul
pembelajaran IPA adalah minimnya fasilitas dalam pengelolaan pembelajaran IPA, upaya
pembelajaran, motivasi belajar dan yang dilakukan guru dan sekolah masih
pemahaman bahasa Indonesia siswa rendah sangat minim. Beberapa upaya sederhana
dan minimnya pemahaman serta yang dilakukan oleh guru IPA dalam
pengetahuan guru tentang metode dan model pengelolaan pembelajaran IPA adalah
pembelajaran. Guru menyampaikan melakukan diskusi penyusunan perangkat
hambatan pelaksanaan pembelajaran IPA dan penilaian pembelajaran dengan guru
sebagai berikut. lainnya yang juga memiliki kompetensi belum
Fasilitas pembelajaran yang kurang mendukung memadai, penyesuaian strategi atau metode
membuat saya sulit untuk mengembangkan proses
pembelajaran di kelas. Selain itu, karakteristik siswa
pembelajaran, pembuatan media
sangat beragam.(GF) pembelajaran sederhana, dan memotivasi
Sulit memilih metode pembelajaran. Karena siswa. Belum adanya upaya signifikan yang
fasilitas, kondisi sekolah, dan siswa tidak dilakukan oleh guru IPA disebabkan oleh akar
mendukung. (GB) dari hambatan pengelolaan pembelajaran IPA
Biasanya anak-anak dan orang tua cenderung
memiliki motivasi belajar yang rendah. (GF) adalah pihak sekolah dan pengetahuan guru.
Disiplin siswa dan sekolah yang kurang, Sementara, dilain pihak guru IPA di SMP
kemampuan siswa rata-rata rendah, kemampuan Negeri ³Z´ jarang mendapat kesempatan
bahasa Indonesia anak-anak kurang dan kurangnya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan terkait
pengetahuan guru tentang pemilihan metode
pembelajaran. (GB)
dengan penyusunan, pelaksanaan, dan
Hambatan dalam penilaian penilaian pembelajaran IPA. Guru IPA
pembelajaran IPA adalah kurangnya menyampaikan upaya yang dilakukan guntuk
pengetahuan guru dalam merancang alat mengatasi hambatan pengelolaan
penilaian pembelajaran IPA, dukungan dari pembelajaran IPA adalah sebagai berikut.
Saya belum melakukan upaya apapun.
pihak sekolah dan fasilitas pembelajaran Permasalahan ini menyangkut pula pihak sekolah
yang minim, serta kondisi siswa yang kurang terutama fasilitas pembelajaran. Kami jarang
mendukung. Guru menyampaikan hambatan mendapatkan informasi terkait dengan bagaimana
melakukan pengelolaan pembelajaran IPA yang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)
baik dan benar. Namun, jika memungkinkan saya berorientasi hasil. 2) Hambatan dalam
mencoba membuat alat-alat sederhana. (GF) pengelolaan pembelajaran IPA di SMP
Saya melakukan diskusi dengan teman-teman
untuk perencanaan pembelajaran. Namun, tetap Negeri ³Z´, antara lain: pemahaman guru
saja kita tidak memahami secara mendetail. Hal ini tentang standar proses kurang, layanan
dikarenakan kita jarang mendapat pelatihan untuk peningkatan profesionalisme guru kurang,
menyusun perangkat pembelajaran. (GB) guru kurang mendapat bimbingan dan
Temuan di atas menggambarkan pelatihan untuk mempersiapkan perangkat
bahwa upaya yang dilakukan guru IPA dalam pembelajaran, iklim kerja sekolah yang
mengatasi hambatan pengelolaan kurang kondusif, fasilitas pembelajaran
pembelajaran IPA masih sangat minim. kurang memadai, karakteristik siswa
Selain itu, sekolah belum mampu menjadi beragam, kemampuan siswa berbahasa
fasilitator dalam menyediakan fasilitas Indonesia rendah, dan motivasi siswa serta
pembelajaran, iklim kerja yang kondusif, dan orang tua rendah. 3) Upaya yang dilakukan
layanan peningkatan profesionalisme guru, oleh guru IPA untuk mengatasi hambatan
khususnya dalam pembelajaran IPA. dalam pengelolaan pembelajaran IPA sangat
IPA sebaga salah satu mata pelajaran minim. Beberapa upaya tersebut, di
pada jenjang pendidikan SMP/MTs memiliki antaranya: melakukan diskusi tentang
keunikan dibanding mata pelajaran lain, baik pembelajaran dengan guru lainnya yang juga
dari segi karakteristik materinya maupun dari memiliki kompetensi belum memadai,
segi proses pembelajarannya. Materi mata memilih metode pembelajaran yang sesuai
pelajaran IPA tidak dapat dipisahkan dari dengan karakteristik siswa, membuat media
keterampilan proses sains. Oleh karena itu, pembelajaran sederhana, dan memotivasi
inovasi dalam perencanaan proses siswa.
pembelajaran sangat dibutuhkan agar Berdasarkan pembahasan dan
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian IPA simpulan di atas, saran yang dapat diajukan
dapat berlangsung secara bermakna bagi adalah sebagai berikut. (1) Guru hendaknya
peserta didik. mengoptimalkan pengembangan diri terkait
Implikasi penelitian ini adalah pengelolaan pembelajaran IPA; (2) Sekolah
pengelolaan pembelajaran yang meliputi hendaknya melakukan optimalisasi forum
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pertemuan guru dengan memberikan alokasi
pembelajaran seharusnya didesain dan waktu dan fasilitas pendukung; (3) Sekolah
dilaksanakan dengan optimal. Jika serta pemerintah daerah hendaknya
pengelolaan pembelajaran IPA didesain menyediakan fasilitas pembelajaran IPA yang
dengan baik, maka akan memudahkan guru memadai; dan (4) Kepada instansi yang
dalam melaksanakan dan menilai terkait diharapkan untuk mengadakan
pembelajaran. Dengan pengelolaan pembinaan kepada guru agar dapat
pembelajaran yang baik akan memudahkan meningkatkan kompetensi guru dalam
siswa dalam memahami materi pelajaran. melaksanakan pengelolaan pembelajaran
IPA.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang dapat ditarik dari UCAPAN TERIMAKASIH
penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Penulis mengucapkan terimakasih
Pengelolaan pembelajaran IPA di SMP kepada semua pihak yang mendukung
Negeri ³Z´ belum berjalan optimal. Kondisi ini penelitian ini, khususnya kepada kepala
tampak pada beberapa hal, antara lain: (a) sekolah, responden penelitian, guru dan
guru IPA menggunakan silabus yang berasal siswa SMP Negeri ³=´ 3URYLQVL 1XVD
dari dinas pendidikan setempat; (b) Tenggara Timur.
penyusunan RPP dan pelaksanaan
pembelajaran IPA belum sesuai dengan DAFTAR RUJUKAN
standar proses. Guru IPA kesulitan Arini, 2011. Kesenjangan Pendidikan Antar
menentukan strategi pembelajaran dan model Daerah. Makalah Seminar
pembelajaran IPA; dan (c) penilaian Pendidikan. Universitas Sebelas
pembelajaran IPA yang dilaksanakan hanya Maret Surakarta.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Administrasi Pendidikan
(Volume 4 Tahun 2013)