Berdasarkan hasil Global Education Monitoring (GEM) Report UNESCO 2016, mutu
pendidikan di Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang, dan survei
Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2018 menunjukkan bahwa
peringkat kualitas pendidikan Indonesia tetap rendah, yaitu peringkat 72 dari 78 negara, dengan
tren stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. Pentingnya peran pendidikan dalam meningkatkan
kualitas hidup di Indonesia, khususnya dalam konteks pengajaran dan kompensasi dosen yang
masih rendah, menjadi fokus perhatian pemerintah. Sebagai alat efektif untuk mengatasi
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan, pendidikan di Indonesia perlu mengembalikan
budaya tanah air dan memperbaiki administrasi atau manajemen pendidikan, sesuai dengan
semangat Pembukaan UUD 1945 dan prinsip-prinsip yang telah dirancang dalam Sistem
Pendidikan Nasional 2003.
PSB secara umum memiliki fungsi layanan sumber belajar, pelatihan, dan
pengembangan pembelajaran inovatif. Ketiga fungsi ini menjadi fokus utama dari
pendayagunaan TIK untuk pendidikan di daerah 3T. Infrastruktur yang disediakan untuk
mendukung model PSB di daerah 3T ini terdiri dari; panel surya sebagai sumber energi listrik,
antene parabola plus perangkat perekam siaran televisi edukasi, serta perangkat PSB, komputer
dan jaringan. Konten PSB sendiri sama dengan koleksi buku di perpustakaan. Semakin banyak
koleksi buku pada sebuah perpustakaan maka semakin besar layanan yang dapat diberikan oleh
perpustakaan tersebut. Salah satu kelebihan PSB berbasis TIK adalah meskipun memiliki
ribuan judul konten, namun tidak memerlukan ruang yang besar. Meski berbasis TIK, tetap saja
SDM adalah komponen penting dalam program ini, karena PSB bukan saja perlu dikelola oleh
SDM yang kompeten, namun PSB ditujukan untuk meningkatkan kompetensi SDM itu juga.
PSB dikembangkan berdasarkan prinsip empowering (pemberdayaan), button up (tumbuh dari
bawah), dan sustainability (keberlangsungan). Oleh karena itu, pengelolaan PSB sepenuhnya
diserahkan kepada sekolah.
Sektor pendidikan menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia. Dalam pembangunan negara, optimalisasi fungsi pendidikan dianggap
krusial untuk memaksimalkan produktivitas sumber daya manusia. Fokus pada kualitas
pendidikan melibatkan perhatian terhadap sarana, prasarana, dan jumlah guru, yang semuanya
berperan penting dalam keberhasilan pendidikan unggul di Indonesia. Peran guru dianggap
kunci dalam proses belajar mengajar, namun distribusi guru yang tidak merata dan kualitas
pengajar yang menjadi permasalahan. Pelatihan pengembangan profesional dianggap sebagai
solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sementara partisipasi aktif guru dianggap
penting. Guru yang memiliki empat keterampilan - pedagogik, pribadi, sosial, dan profesional
- dianggap lebih mampu dalam mengajar. Namun, kondisi sulit akses di daerah perbatasan,
ekstra provinsi, dan daerah tertinggal menimbulkan kesenjangan dalam alokasi guru di
Indonesia.