Pada daerah perbatasan Terdapat berbagai isu penting yang terjadi salah satunya adalah
isu pendidikan. masalah pendidikan merupakan masalah dasar dan prioritas dalam pembangunan
daerah perbatasan. Namun Pada kenyataannya pendidikan dikawasan perbatasan kondisinya
sangat memprihatinkan. Sebagai gerbang terdepan Indonesia pendidikan didaerah perbatasan
keadaannya jauh dari kata ideal. Padahal Ini merupakan wilayah khusus yang menjadi prioritas
Negara dalam membangan bangsa yang berkeadilan.
Di Indonesia sistem pendidikan yang ada sudah cukup maju, namun tidak diimbangi pemerataan
mutu pendidikan di setiap daerah. Oleh karena itu terjadi suatu kesenjangan antara pendidikan di
daerah satu dengan daerah lainya. Contohnya pendidikan di daerah perkotaan dinilai lebih maju
dengan adanya fasilitas-fasilitas yang memadai daripada pendidikan di daerah perbatasan yang
mutu pendidikanya masih rendah dan masih minim fasilitas yang tersedia Contohnya saja di
Pulau Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia. Di pulau-pulau tersebut
kondisi dan kualitas pendidikan masih sangat minim. Seperti akses untuk mencapai ke sekolah
mengharuskan para siswa berjalan lebih kurang 1-2 jam dengan jarak sampai 5-6 kilometer.
Dengan kondisi seperti ini, banyak orang tua yang memilih menyekolahkan anaknya di negera
tetangga dengan alasan lebih dekat jarak tempuhnya.
Kondisi perbatasan yang cukup memperehatinkan ini, tentunya membutuhkan perhatian serius
dalam mengembangkan model-model pendidikan berbasis kondisi dan kebutuhan lokal. Oleh,
karenanya dibutuhkan strategi dan pemikiran kreatif-inovatif bagi setiap sekolah yang berada di
wilayah tersebut.
Landasan hukum
UUD 1945 pasal 34 dimana setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan
pengajaran. Merupakan kewajiban bagi Negara untuk memastikan bahwa masayarakt yang
berada di daerah pekotaan dan wilayah perbatasan memiliki kesamaan hak dalam memperoleh
pendidikan yang layak.
Namun, siswa yang berSekolah diTapal Batas, ini juga memiliki kesulitan tersendiiri
yang mana untuk menuju sekolah ini butuh perjuangan ektra, mereka harus berurusan dengan
polisi penjaga perbatasan Malaysia-Indonesia karena setiap hari para siswa ini berjalan lintas
negara Indonesia– Malaysia tanpa dilengkapi dengan dokumen yang lengkap. Bahkan, para
siswa harus berangkat ke sekolah jam 5 pagi karena jarak tempuh ke sekolah yang begitu jauh
ditambah dengan infrastruktur jalan di Pulau Sebatik yang tidak mendukung.
Pulau Sebatik juga sering digunakan sebagai jalur keluar masuk TKI dan menjadi tempat para
anak TKI mendapatkan akses penddikan.