Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sarana Prasarana Wilayah Kota
Dosen Pengampu :
Dr. A Gima Sugiama, SE., MP
Tiafahmi Angestiwi, SST., MT
Oleh:
Alifa Mugia Nugraha Sutisna
NIM: 195244003
Reni menilai, SDN 1 Tulus Rejo dari dari sisi guru dan kurikulum sudah cukup memadai.
Sekolah yang telah berdiri dari tahun 1960 ini tetap menggunakan Kurikulum KTSP.
Sehingga, sisi standar nasional pendidikan, terkait dengan kurikulum dan guru sudah
terpenuhi. “Tetapi gedung sekolahnya sudah sangat tidak memadai. Bangunan sudah sangat
lama, karena dibangun pada 1960. Dan hingga sekarang sekolah itu belum direvitalisasi,”
kata dia. Sementara untuk SMPN 2 Batanghari Nuban, Reni melihat ada yang mubazir dalam
penggunaan gedung. Karena dari lebih dari lima ruang kelas yang ada, hanya terisi 3 ruang
kelas. Menghadapi situasi seperti ini, perlu adanya regrouping dalam rombongan belajar
(rombel). “Jadi sebaiknya sekolah ini di re-grouping dengan sekolah di sekitarnya. Sehingga
gedung yang ada itu bisa digunakan untuk sekolah lainnya, misalnya untuk tingkat SMK.
Apalagi lahan kosongnya juga masih cukup luas,” kata Reni. Untuk SMAN 1 Sukadan, Reni
mengkritisi laboratorium komputer yang sudah ketinggalam zaman. Akibatnya, sekolah tidak
dapat menjalankan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Padahal, sekolah ini juga
terletak di ibukota kabupaten. “Sekolah ini berada di jantung ibu kota kabupaten, dan SMA
ini sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi. Tahun depan SMA ini harus
melaksanakan UNBK,” dorong politisi asal dapil Jawa Barat itu.
Melihat berbagai kondisi sarpras pendidikan di Lampung Timur yang cukup memprihatinkan,
Reni meminta adanya perhatian dari Pemerintah Daerah, agar fokus terhadap proses
pendidikan. Karena tanggung jawab pendidikan, sepenuhnya ada di Pemerintah Daerah.
“Saya kira hal ini harus menjadi fokus perhatian kita. Kenapa demikian, karena sebagus
apapun proses pembelajaran, dan sebaik apapun kurikulum diberikan, jika sarpras penunjang
ini tidak memadai, akan berefek tidak bagus,” khawatir Reni. Ke depannya melalui Panja
Sarana dan Prasarana Komisi X, ia akan merekomendasikan kepada pemerintah terkait Dana
Alokasi Khusus (DAK) yang sebesar 70 persen untuk fisik dan 30 persen untuk mutu
pendidikan, agar diprioritaskan untuk sekolah-sekolah yang sudah mendesak untuk diberikan
bantuan.
TANGGAPAN