Anda di halaman 1dari 3

TANGGAPAN STUDI KASUS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sarana Prasarana Wilayah Kota
Dosen Pengampu :
Dr. A Gima Sugiama, SE., MP
Tiafahmi Angestiwi, SST., MT

Oleh:
Alifa Mugia Nugraha Sutisna
NIM: 195244003

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ASET


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
STUDI KASUS

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Anggota Komisi X DPR Reni Marlinawati meminta


pemerintah fokus untuk membenahi sarana dan prasarana (sarpras) pendidikan. Sebab, di
banyak daerah masih banyak ditemui sarpras yang kurang memadai, sehingga memerlukan
perbaikan. Demikian dikemukakannya usai meninjau beberapa sekolah di Lampung Timur,
Lampung, pekan lalu. Sekolah yang ditinjau dalam rangka kunjungan kerja Komisi X DPR
ini diantaranya SDN 1 Tulus Rejo Pekalongan, SMPN 2 Batanghari Nuban, dan SMAN 1
Sukadana. “Setelah mengunjungi tiga sekolah ini, saya melihat tiga hal penting. Pertama,
masih adanya kekurangan dari sisi infrastruktur, kurang fokusnya pada pemeliharaan mutu
pendidikan, dan ada permasalahan dari sisi akses,” kata Reni.

Reni menilai, SDN 1 Tulus Rejo dari dari sisi guru dan kurikulum sudah cukup memadai.
Sekolah yang telah berdiri dari tahun 1960 ini tetap menggunakan Kurikulum KTSP.
Sehingga, sisi standar nasional pendidikan, terkait dengan kurikulum dan guru sudah
terpenuhi. “Tetapi gedung sekolahnya sudah sangat tidak memadai. Bangunan sudah sangat
lama, karena dibangun pada 1960. Dan hingga sekarang sekolah itu belum direvitalisasi,”
kata dia. Sementara untuk SMPN 2 Batanghari Nuban, Reni melihat ada yang mubazir dalam
penggunaan gedung. Karena dari lebih dari lima ruang kelas yang ada, hanya terisi 3 ruang
kelas. Menghadapi situasi seperti ini, perlu adanya regrouping dalam rombongan belajar
(rombel). “Jadi sebaiknya sekolah ini di re-grouping dengan sekolah di sekitarnya. Sehingga
gedung yang ada itu bisa digunakan untuk sekolah lainnya, misalnya untuk tingkat SMK.
Apalagi lahan kosongnya juga masih cukup luas,” kata Reni. Untuk SMAN 1 Sukadan, Reni
mengkritisi laboratorium komputer yang sudah ketinggalam zaman. Akibatnya, sekolah tidak
dapat menjalankan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Padahal, sekolah ini juga
terletak di ibukota kabupaten. “Sekolah ini berada di jantung ibu kota kabupaten, dan SMA
ini sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi. Tahun depan SMA ini harus
melaksanakan UNBK,” dorong politisi asal dapil Jawa Barat itu.

Melihat berbagai kondisi sarpras pendidikan di Lampung Timur yang cukup memprihatinkan,
Reni meminta adanya perhatian dari Pemerintah Daerah, agar fokus terhadap proses
pendidikan. Karena tanggung jawab pendidikan, sepenuhnya ada di Pemerintah Daerah.
“Saya kira hal ini harus menjadi fokus perhatian kita. Kenapa demikian, karena sebagus
apapun proses pembelajaran, dan sebaik apapun kurikulum diberikan, jika sarpras penunjang
ini tidak memadai, akan berefek tidak bagus,” khawatir Reni. Ke depannya melalui Panja
Sarana dan Prasarana Komisi X, ia akan merekomendasikan kepada pemerintah terkait Dana
Alokasi Khusus (DAK) yang sebesar 70 persen untuk fisik dan 30 persen untuk mutu
pendidikan, agar diprioritaskan untuk sekolah-sekolah yang sudah mendesak untuk diberikan
bantuan.
TANGGAPAN

Pendidikan di negeri Indonesia sendiri masih minim dalam pelaksanaan


pembelajarannya terutama pada sarana dan prasarana yang dapat menunjang Pendidikan
negeri lebih baik. Tidak hanya sarana dan prasarana, pembangunan sekolah di Indonesia
sendiri masih tidak merata seperti contoh pada daerah-daerah yang terpencil. Begitupun
dengan pelayanan deberikan masih kurang baik pada setiap kasus sekolah.
Banyak artikel-artikel mengenai rusaknya sarana prasarana, seperti banya kursi dan
meja yang rusak. Taman sekolah yang tidak terpelihara, atap kelas bocor, dan lain-lainnya
yang banyak ditemukan di banyak sekolah terutama di daerah terpencil. Tenaga pengajar
untuk menunjang Pendidikan di negeri ini juga masih banyak dtitemukan yang belum
professional. Dengan kasus diatas, minimnya sarana, prasarana, dan layanan yang diberikan
bagi masyarakat dan peserta didik masih minim, maka dapat mempengaruhi penilaian Good
Governance. Karena setiap Pendidikan di Indoneisa harus memiliki fasilitas yang memadai
dan sesuai dengan pembukaan UUD 1945 aline ke empat yang berbunyi “Mencerdaskan
kehidupan bangsa”.
Maka dari itu demi mewujudkan tujuan negeri dan meningkatkan nilai good
governance, diperlukannya pembangunan sarana, prasarana yang merata dan sesuai apa yang
dibutuhkan peserta didik, maupun entitas Pendidikan namun tetap menjunjung efektif dan
efisien. Kejujuran dan rencana yang strategis terhadap manajemen keuangan pendidikan,agar
pendidikan saat ini teroptimalkan dan meningkatkan fasilitas dan bakat minat siswa didik
menjadi lebih baik.dan pemerintah perlu adanya peningkatan fasilitas yang ada di
sekolah,sehingga peserta didik dapat belajar dengan nyaman atas adanya fasilitas yang
memadai tersebut. Sebaiknya juga pemerintah melakukan tindak lanjut mengenai oknum-
oknum yang tidak menyampaikan wewenang dengan baik agar mereka dapat menyadari
betapa pentingnya pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai