Anda di halaman 1dari 21

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

LAPORAN PENGAMATAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH (MBS) DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI
SMA NEGERI 19 KABUPATEN TANGERANG

Disusun Oleh

Afif Adani (2223160098)

Siti Septia Awalya (2223160113)

Ahmad Solihin (2223160012)

Andrew Kurniawan (2223160057)

Kelas 4thB

Dr. John Pahamzah, M.Hum

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan di Indonesia pada awalnya menerapkan sistem sentralisasi
yaitu melimpahkan seluruh urusan pendidikan kepada pemerintah pusat. Dalam
sistem tersebut sekolah tidak diberikan wewenang yang lebih luas untuk
mengambil keputusan. Dengan menganut sistem sentralisasi tersebut pendidikan
di Indonesia dinilai sangat kaku dan sentralistik. Hal inilah yang menjadi
hambatan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Seperti
yang dikemukakan oleh Sri Minarti bahwa: “Faktor-faktor penyebab kekurang
berhasilan upaya peningkatan kualitas pendidikan antara lain karena strategi
pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat inputoriented dan
pengelolaan pendidikan yang sentralistik dan macro-oriented, diatur oleh jajaran
birokrasi di tingkat pusat.” Maka dari itu pemerintah berupaya untuk mengubah
sistem pendidikan di Indonesia dari sentralisasi menjadi desentralisasi di bidang
pendidikan. Sistem desentralisasi di bidang pendidikan telah memberikan
peluang kepada sekolah untuk meningkatkan kemandirian dalam mengelola
sumber daya yang dimiliki.
Kelahiran UU. No. 22 Tahun 1999, yang kemudian disempurnakan
menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, telah mengakhiri
era sentralisasi, dan kini telah lahir era desentralisasi dan otonomi daerah.
Satuan pendidikan sekolah yang dalam era sentralisasi sering disebut sebagai
sebuah institusi yang berada pada level paling bawah yang mengurus dunia
pendidikan untuk anak-anak bangsa. Kini satuan pendidikan sekolah harus dapat
bertanggung jawab untuk dapat mengurus dirinya sendiri, melalui mekanisme
yang dikenal dengan Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS). Namun
pada kenyataannya banyak sekolah yang mengalami kendala dalam
melaksanakan manajemen sekolah.
Salah satu permasalahan utama rendahnya mutu pendidikan disebabkan
kurang terampilnya sekolah dalam mengelola manajemen sekolahnya, baik itu
mengelola tenaga SDM nya, kurikulum, sarana dan prasarana maupun
mengelola pembiayaan pendidikan. Tanggung jawab sekolah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari memperbaiki sistem
manajemen sekolah. Salah satu cara untuk memperbaiki buruknya sistem
manajemen sekolah yaitu dengan mengimplementasikan MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah). MBS merupakan salah satu jawaban pemberian otonomi
daerah di bidang pendidikan dan telah diundang-undangkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 51 ayat (1) yang
berbunyi: “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.”
Pergeseran dari manajemen berbasis pusat (sentralistik) menuju
manajemen berbasis sekolah memerlukan peninjauan kembali terhadap aturan
sekolah, peran unsur-unsur sekolah, kebiasaan bertindak, dan hubungan antar
unsur-unsur sekolah. Aturan sekolah perlu dirumuskan kembali agar sesuai
dengan tuntutan manajemen berbasis sekolah yaitu otonomi, fleksibilitas, dan
partisipasi. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu wujud
dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik. Otonomi dalam
manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para
staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.
Implementasi MBS diharapkan mampu menemukan solusi terbaik dalam
mengatasi permasalahan. Warga sekolah yang meliputi kepala sekolah, tenaga
pendidik, tenaga kependidikan harus bergerak aktif untuk mengatasi masalah
yang ada di sekolah. Selain itu, partisipasi orangtua maupun masyarakat sekitar
juga harus terlibat secara aktif dalam membantu pelaksanaan manajemen
sekolah. Jika kegiatan manajemen sekolah berjalan dengan baik secara terus
menerus tentu akan berdampak posistif bagi warga sekolah dan juga
meningkatnya mutu pendidikan di sekolah. Sebelum diterapkannya MBS, SMA
NEGERI 19 KABUPATEN TANGERANG mengalami kesulitan untuk menjadi
sekolah yang unggul di berbagai bidang. Hal ini dikarenakan masih belum
optimalnya pelaksanaan manajemen sekolah. Maka dari itu, untuk memperbaiki
sistem manajemen sekolah, SMA NEGERI 19 KABUPATEN TANGERANG
mulai menerapkan MBS. SMA NEGERI 19 KABUPATEN TANGERANG
menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada tahun 2013. Tujuan
mengimplementasikan MBS tentunya untuk mengembangkan sekolah atau
meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kondisi sekolah dengan
mengoptimalkanya melalui kekuatan atau kelebihan sekolah. Dengan adanya
MBS, ingin menciptakan suasana dan kondisi sekolah yang mandiri, transparan,
akuntabel, dan memiliki hubungan kerjasama yang kuat baik secara internal dan
eksternal. Dalam hal ini, sekolah memiliki komitmen yang tinggi dalam
penerapan manajemen berbasis sekolah. Kendatipun MBS telah diterapkan di
sekolah, namun kenyataannya belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini dikarenakan terdapat beberapa hambatan dalam menerapkan Manajemen
Berbasis Sekolah. Adapun hambatannya yakni keterbatasan waktu meliputi
warga sekolah, komite dan masyarakat dalam mensosialisasikan program-
program sekolah. Kemudian partisipasi orang tua peserta didik dan masyarakat
(komite sekolah) belum sepenuhnya berperan aktif untuk ikut dalam
melaksanakan program sekolah. Kendala lainnya yakni lemahnya pemahaman
warga sekolah (guru dan karyawan) dalam menerapkan prinsip-prinsip MBS
yang menekankan pada aspek kemandirian, kerjasama atau kemitraan,
transparansi dan akuntabilitas sekolah, kemudian kurang konsistensinya tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tupoksi, yang akan
mengakibatkan kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan program sekolah. Di
sisi lain terdapat dampak positif dari implementasi MBS yang sudah
dilaksanakan oleh sekolah yaitu banyaknya prestasi yang diraih sekolah baik
dari prestasi akademik maupun non akademik. Selain itu, banyak juga lulusan -
lulusan (output) yang diterima dan mampu bersaing di perguruan tinggi. Dengan
mengimplentasikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diharapkan mampu
meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, meningkatkan
partisipasi warga sekolah dan masyarakat (komite sekolah), adanya hubungan
kemitraan yang kuat antar stake holders dan juga terciptanya sekolah yang
transparan dan akntabel dalam penyelenggaraan program sekolah.

B. Tempat dan Waktu Pengamatan


Penelitian ini dilaksanakan di SMA NEGERI 19 KABUPATEN
TANGERANG, yang terletak di Jl. Raya Kresek, Km. 1.5, Balaraja, Kabupaten
Tangerang, Banten, Indonesia. Sedangkan waktu pengamatan dilaksanakan pada
tanggal 22 Mei 2018.

C. Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara (Interview), Dalam penelitian ini dilakukan dengan pihak-pihak
yang terkait dalam permasalahan penelitian ini seperti Kepala Sekolah,
Wakasek Kurikulum, Kepala Tata Usaha, Wakasek Sarana dan Prasarana,
Wakasek Humas, dan 3 orang guru di SMAN 19 Kab. Tangerang.
2. Observasi (Pengamatan) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
observasi untuk melakukan pengamatan langsung dan pencatatan terkait data
atau informasi yang berkaitan dengan kondisi lingkungan sekolah, sarana
dan prasarana sekolah, kegiatan rapat dengan komite sekolah dan data
lainnya yang berhubungan dengan implementasi MBS dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan.
BAB II
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang


1. Sejarah Singkat SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang

SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang dimulai sebagai SMA Negeri 2


Balaraja, yang didirikan pada tahun 2006, tepatnya sesuai dengan SK Bupati
Tangerang tanggal 26 April 2006, berdiri diatas tanah kurang lebih 1 Ha. Dan
baru menempati gedung sendiri pada tahun 2008 tepatnya tanggal 29 Januari
2009. Pada usianya yang ke-4 SMAN 2 Balaraja sudah meluluskan 2
angkatan:

 Angkatan Pertama Tahun 2008/2009 dengan jumlah lulusan sebanyak


137 siswa
 Angkatan ke-2 tahun 2009/2010 sebanyak 139 siswa,

Pada tahun ajaran 2010/2011 nama SMAN 2 Balaraja berubah menjadi


SMAN 19 Kabupaten Tangerang, dan jumlah siswa sudah mencapai 808
siswa dengan 20 Rombel. Kebanyakan siswa lebih mengenalnya dengan
sebutan Nebal 2 atau Neca.

Profil Sekolah

Nama Sekolah : SMAN 19 KAB. TANGERANG

NPSN : 20613465

Kode Pos : 15610

Desa/Kelurahan : Saga

Kecamatan : Balaraja

Naungan : KEMENDIKBUD

No. SK. Pendirian : 421/KEP-134-HUK/2006

Akreditasi :A

Luas Tanah : 9,100 M2


Jumlah Tenaga Pendidik : 57
Jumlah Tenaga kependidikan : 12
Program Jurusan : IPA dan IPS
Adapun fasilitas yang terdapat di SMAN 19 Kab.Tangerang, fasilitas
tersebut adalah sebagai berikut :

- Lab. Komputer

- Lapangan Sepak Bola

- Lapangan Volly

- Lapangan Badminton

- Masjid Sekolah

- Kantin Berwawasan Alam

- Lahan Parkir

- Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah)

- Koperasi Siswa

- Laboratorium IPA

- Kelas Ber-AC

- Perpustakaan

- Ruang Bimbingan Konseling

- Taman

- Hot Spot Area

VISI DAN MISI 

Visi : “ Unggul dalam Imtaq, Prestasi dan terampil serta tanggap terhadap
perkembangan Iptek”.
Misi :
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa .
2. Mengoptimalisasikan pembelajaran, pelatihan dan bimbingan secara
efektik terhadap siswa.
3. Mengoptimalisasikan sarana dan prasarana pendidikan.
4. Mengoptimalisasikan pelayanan peserta didik dalam upaya mengantarkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan memasuki dunia kerja. 
5. Meningkatkan lingkungan yang bersih, nyaman, sejuk dan kekeluargaan
antar warga. 
6. Meningkatkan managemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah.

B. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Upaya Peningkatan


Mutu Pendidikan di SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, SMA NEGERI 19
KABUPATEN TANGERANG mengikuti era otonomi pendidikan dengan
mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dalam
penerapannya manajemen berbasis sekolah menekankan pada 5 prinsip yakni
kemandirian sekolah, kerjasama atau kemitraan, adanya partisipasi, transparansi
dan akuntabilitas sekolah.
1. Kemandirian Sekolah
Implementasi manajemen berbasis sekolah menuntut sekolah harus
mandiri dalam mengelola sumber daya yang tersedia. Dalam prinsip
kemandirian sekolah, akan difokuskan pada 2 indikator yaitu: kewenangan
dalam mengelola tenaga pendidik dan kependidikan, dan pemenuhan sarana
dan prasarana sekolah.
a. Kewenangan dalam Memenuhi Ketersediaan Tenaga Pendidik dan
Kependidikan
Penerapan manajemen berbasis sekolah memberikan sekolah
kewenangan dalam memenuhi ketersediaan SDM nya yang meliputi
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Namun dalam memenuhi
tenaga pendidik dan kependidikan tentu harus memperhatikan peraturan
atau standar yang berlaku dan menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
Ketersediaan tenaga pendidik di SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
sudah memenuhi standar kualifikasi yang telah ditetapkan, Tenaga
pendidik berkualifikasi S1 ada 30 orang, dan 14 orang sudah S2, guru
yang S1 sekarang menyambil kuliah pasca sarjana ada 13 orang. Jadi
70% sudah memenuhi kualifikasi S1. Hal ini dipertegas di dalam
“Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pada BAB VI, Standar Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pasal 29 ayat 4 yang berbunyi: Pendidikan pada
SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma IV atau sarjana (S1)”.
b. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sekolah
Kemandirian sekolah dalam memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana sekolah merupakan salah satu upaya dalam memenuhi sumber
daya sekolah. Implementasi manajemen berbasis sekolah sangat
memberikan kewenangan sekolah dalam mengelola sarana dan
prasarananya namun disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 19
Kabupaten Tangerang sudah lengkap baik itu sarana dan prasarana untuk
menunjang pembelajaran, dan juga untuk menunjang pekerjaan pegawai.
hal ini dipertegaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
No.24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA, bahwasannya “sebuah SMA/MA sekurang-
kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: ruang kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang laboratorium komputer,
ruang lab.bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang
beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan,
jamban, gudang kesiswaan, jamban, gudang, dan tempat
bermain/olahraga”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa secara
keseluruhan SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang sudah baik dalam
menerapkan prinsip kemandirian sekolah untuk memenuhi sumber
dayanya baik dalam memenuhi ketersediaan tenaga SDM, serta sarana
dan prasarana sekolah. Untuk tenaga pendidik dan kependidikan di SMA
Negeri 19 Kabupaten Tangerang dapat dikatakan sudah memenuhi
standar kualifikasinya, dan profesional di bidangnya. Kemudian
ketersediaan sarana dan prasarana juga cukup baik, hal ini dilihat dari
kelengkapan sarana dan prasarana sekolah sudah memenuhi standar yang
berlaku. Dalam teori yang tertera pada buku Manajemen Sekolah
karangan Rohiat, dijelaskan bahwa salah satu karakteristik manajemen
berbasis sekolah yaitu sekolah memiliki kewenangan (kemandirian).
Untuk menjadi mandiri, sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup
untuk menjalankan tugasnya. Senada dengan teori yang dikemukakan
oleh Rohiat, Husaini Usman di dalam bukunya Manajemen Teori, Riset
dan Praktik Pendidikan, mengemukakan bahwa salah satu indikator
bahwa MBS sudah berhasil di sekolah ditunjukkan adanya kemandirian
sekolah/madrasah yang kuat.
2. Kemitraan atau Kerjasama Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah memiliki salah satu prinsip yang harus
diterapkan sekolah yakni adanya kerjasama atau kemitraan yang kuat baik
itu kerjasama internal maupun eksternal. Wakil Kepala Sekolah Bagian
Humas SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang program kerja dalam upaya
membangun kemitraan baik secara internal maupun eksternal. Target
program kerja Wakil Kepala Sekolah urusan Hubungan Masyarakat adalah
mampu untuk menjembatani keterlibatan seluruh anggota masyarakat
sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, lingkungan, perguruan tinggi, dan
lembaga pemerintah dan swasta untuk ikut peduli dalam mengoptimalkan
kemampuan dan kerjasama sesuai dengan kemampuannya masing-masing,
dan membantu kepala sekolah dalam kegiatan pengelolaan sekolah.
Adapun tujuan dari program kerja Wakil Kepala Sekolah urusan hubungan
masyarakat adalah: 1) Meningkatkan kerjasama antar warga sekolah, 2)
meningkatkan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat sekitar sehingga
masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab atas keberadaan
sekolah, 3) meningkatkan kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat,
komite sekolah untuk bersama-sama berperan aktif dalam memajukan
sekolah, 4) menjalin kerjasama dengan alumni 5) menjaga keharmonisan
hubungan dengan masyarakat sekitar sehingga keamanan sekolah dapat
terpelihara dengan baik, 6) meningkatkan dan menumbuh kembangkan jiwa
persaudaraan, kebangsaan, dan persatuan, 7) bersama dengan BP/BK
menjalin hubungan dengan perguruan tinggi untuk meningkatkan wawasan
pendidikan peserta didik.
Sasaran yang ingin dicapai program ini adalah terjadinya hubungan baik
antar anggota masyarakat sekolah, masyarakat umum, lingkungan, komite,
perguruan tinggi, tokoh masyarakat, alumni, dan media massa sehingga
terciptanya hubungan yang harmonis dan terjalin baik serta saling pengertian
pada tahun pelajaran 2016/2017.
Komunikasi yang dijalin antar guru-guru dan karyawan di SMA Negeri
19 Kabupaten Tangerang sangat teratur dan terprogram. Maksud dari teratur
dan terprogram itu sebelum masuk awal tahun ajaran guru-guru dan
karyawan berkumpul bersama mengadakan rapat kerja, dan briefing. Selain
bertatapan langsung di sekolah, untuk meningkatkan hubungan komunikasi
antar guru maupun karyawan tentu memanfaatkan kecanggihan teknologi
atau media sosial salah satunya dengan membuat group Whats App. Dengan
adanya group tersebut telah memudahkan hubungan komunikasi secara tidak
langsung, dan memudahkan guru-guru untuk saling berbagi informasi.
Upaya lain yang dilakukan SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang untuk
memperkuat hubungan internal sekolah yaitu dengan mengadakan gathering
agar kebersamaan antar guru maupun karyawan sekolah tetap terjaga.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah sangat menekankan pada
sekolah untuk menjalin kemitraan dengan pihak eksternal sekolah. Tujuan
menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait, tentu untuk membantu
pelaksanaan program-program sekolah yang sudah direncanakan. Melalui
Wakil Kepala Sekolah Bagian Humas, SMA Negeri 19 Kabupaten
Tangerang selalu berusaha dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal
seperti komite sekolah, dinas pendidikan, lembaga swasta, Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Pengelolaan sekolah
tingkat SMA sekarang ini di bawah kendali Dinas Pendidikan Provinsi
Banten. Dalam upaya meningkatkan hubungan komunikasi dan kemitraan
dengan pihak dinas pendidikan provinsi, sekolah melakukannya melalui
kegiatan rapat dinas. Dikarenakan jarak yang jauh antara dinas pendidikan
provinsi dengan SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang maka pihak sekolah
menjalin komunikasi melalui media sosial seperti membuat gruoup Whats
App, hal ini dilakukan tentu untuk mendapatkan informasi dengan cepat
yang bersumber dari pihak dinas. Kemudian pihak sekolah juga terbantu
dengan keberadaan pihak pengawas dari dinas pendidikan provinsi dan juga
kepala sekolah yang bertugas sebagai pengawas dari dinas pendidikan
provinsi. Maka dari itu informasi-informasi yang bersumber dari dinas,
pihak sekolah selalu menerima informasi yang cepat dan selalu update.
Selain itu, untuk memudahkan sekolah dalam menjalin komunikasi
dengan pihak dinas pendidikan provinsi, dilakukan melalui Kantor Cabang
Dinas (KCD). Kantor Cabang Dinas didirikan oleh pihak dinas pendidikan
provinsi untuk memudahkan sekolah-sekolah yang aksesnya cukup jauh
untuk berurusan langsung dengan dinas pendidikan provinsi. SMA Negeri
19 Kabupaten Tangerang sangat terbantu adanya KCD tersebut, karena
memudahkan dalam mengurusi pemberkasan sekolah ke pihak dinas.
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa SMA Negeri 19 Kabupaten
Tangerang sudah baik dalam menjalin kemitraan dengan pihak dinas
pendidikan provinsi, hal ini dikarenakan beberapa upaya selalu dilakukan
pihak sekolah untuk mendapatkan informasi yang bersumber dari dinas
yakni dengan cara rapat dinas, dan media sosial. Kemudian sekolah juga
terbantu dengan adanya Kantor Cabang Dinas karena memudahkan sekolah
untuk mengurus pemberkasan ke dinas.
Selain bekerjasama dengan pihak dinas pendidikan dan komite sekolah,
SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang juga menjalin kemitraan dengan
pihak perusahaan atau lembaga swasta. Menjalin kemitraan dengan pihak
tersebut ditujukan untuk membantu penyelenggaraan program sekolah baik
itu mencakup proses pembelajaran peserta didik, pelatihan guru dan
karyawan, dan pemanfaatan lulusan. Melihat banyaknya lembaga yang
menjalin kerjasama dengan pihak SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
tentu tidak mudah dalam mempertahankan hubungan kerjasama yang telah
disepakati.
Kendala utama yang dialami sekolah dalam menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak luar yaitu tidak adanya sarana gedung aula untuk melakukan
pertemuan-pertemuan dengan pihak-pihak terkait. Kemudian, terdapat
kegiatan-kegiatan sekolah yang kurang direncanakan dengan baik sehingga
lembaga-lembaga tidak bisa langsung membantu pelaksanaan kegiatan
sekolah yang sedang dilaksanakan. Secara keseluruhan, SMA Negeri 19
Kabupaten Tangerang sudah baik dalam menjalin kemitraan dengan pihak
eksternal, hal ini dilihat sekolah telah memperluas jaringan kemitraannya
dengan berbagai pihak eksternal seperti dengan dinas pendidikan provinsi,
komite sekolah, dan lembaga/perusahaan juga ikut manjalin kemitraan
dengan sekolah. Untuk meningkatkan hubungan kemitraan dengan pihak
tersebut juga dibuktikan dengan adanya nota kesepemahaman atau biasa
disebut MoU. Maka dapat dikatakan, prinsip MBS terkait kemitraan dengan
pihak internal dan eksternal yang dibangun sudah berhasil dilaksanakan.
3. Bentuk Partisipasi Sekolah
Sebelum diterapkannya MBS di SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang,
partipatif dari stakeholder belum berperan aktif dalam penyelenggaraan
pendidikan. Peran stakeholder sekolah dinilai masih minim kontribusinya
dalam mengembangkan sekolah. Hal ini dikarenakan masih rendahnya rasa
memiliki dan peduli terhadap sekolah. Untuk membantu meningkatkan
partisipatif dari stakeholder maka SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
berupaya meningkatkan partisipatif stalkeholders dalam mengelola proram-
program sekolah. Dengan adanya partisipasi dari seluruh warga sekolah,
komite sekolah, kemudian dukungan dari lembaga pemerintah/swasta tentu
akan memudahkan sekolah dalam melaksanakan program-programnya. MBS
diharapkan menjadikan sekolah lebih mandiri baik dalam memberdayakan
sumber dayanya dan menyelesaikan permasalahannya. Dalam hal ini, akan
difokuskan 3 indikator yakni adanya dukungan dana, dukungan fasilitas, dan
dukungan tenaga.
a. Adanya Dukungan Dana

Dukungan dana yang diterima oleh SMA Negeri 19 Kabupaten


Tangerang berasal dari tiga sumber yaitu dalam bentuk BOSNAS yang
berasal dari pemerintah pusat, kemudian BOSDA yang berasal
pemerintah daerah, dan dana komite sekolah berupa SPP.

Dukungan dana yang berasal pemerintah pusat disalurkan dalam


bentuk BOSNAS, bantuan dana BOSNAS tersebut diberikan kepada
pihak sekolah selama triwulan sekali atau tiga bulan sekali. Dukungan
dana tersebut digunakan untuk seluruh kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan kesiswaan seperti kegiatan ekstrakurikuler, program kegiatan
belajar mengajar, dan lain sebagainya. Selain itu, dana BOSNAS juga
dapat digunakan untuk investasi sekolah. Dana BOSNAS tersebut tidak
dapat digunakan untuk membayar gaji atau honor untuk guru maupun
karyawan di sekolah. Maka dari itu, dana BOSNAS yang tidak dapat
dipergunakan untuk pembayaran tertentu maka sekolah akan
menggunakan dana alternatif yaitu melalui dana komite sekolah. Selain
dana BOSNAS, bantuan dana juga diberikan oleh pihak pemerintah
daerah melalui bantuan dana BOSDA. BOSDA digunakan untuk
operasional keadministrasian misalnya dokumen KBM, kemudian
workshop-workshop yang berkaitan dengan peningkatan manajemen,
peningkatan mutu pembelajaran.

Selanjutnya, untuk melengkapi dana bantuan dari pemerintah


pusat dan pemerintah daerah, SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
mendapatkan dukungan dana dari orang tua peserta didik atau komite
sekolah dalam bentuk SPP.

b. Adanya Dukungan Fasilitas


Adanya dukungan fasilitas tentu sangat dibutuhkan dalam
pelaksanaan program sekolah. Berdasarkan pernyataan di atas, dukungan
fasilitas yang berasal dari pemerintah berupa koleksi bahan pustaka atau
buku-buku baik buku fiksi maupun non fiksi. Bantuan buku-buku
tersebut untuk memenuhi koleksi buku-buku di perpustakaan SMA
Negeri 19 Kabupaten Tangerang. Kemudian fasilitas seperti kamera
CCTV, lemari untuk menyimpan arsip, dan alat-alat lainnya yang
digunakan untuk menunjang pekerjaan guru maupun karyawan di
sekolah.
Selain dukungan fasilitas dari pemerintah, SMA NEGERI 19
KABUPATEN TANGERANG juga mendapatkan dukungan fasilitas
dari warga sekolah (guru dan peserta didik), dukungan fasilitas yang
diberikan dari guru seperti menyediakan fasilitas berupa bahan ajar untuk
pembelajaran siswa di kelas. Kemudian dari peserta didik juga
memberikan fasilitas berupa sumbangan buku-buku untuk melengkapi
koleksi buku di perpustakaan.
Selanjutnya dukungan fasilitas juga diberikan dari pihak komite
sekolah. Bahwasannya dukungan fasilitas yang diberikan komite sekolah
untuk sekolah seperti fasilitas untuk penunjang pekerjaan guru dan
karyawan, kemudian juga fasilitas untuk penunjang pembelajaran seperti
meja sekolah, kipas angin, LCD In Focus, dan fasilitas lainnya.
c. Adanya Dukungan Tenaga
Dukungan tenaga sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan program
sekolah. Adapun dukungan tenaga yang diberikan dari warga sekolah,
komite, kemudian pemerintah ataupun lembaga swasta lainnya.
Dukungan tenaga dari warga sekolah meliputi guru dan karyawan yang
melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan
program-program sekolah yang dilaksanakan. Dukungan-dukungan
tenaga yang diberikan warga sekolah dalam upaya pelaksanaan program
sekolah dengan menjalankan tugas, fungsi, dan kewajibannya masing-
masing. Jika pelaksanaan tugas dan fungsi berjalan baik maka
pelaksanaan program sekolah tentu juga baik. Selain itu, dukungan
tenaga juga diberikan melalui kepanitiaan. Pihak sekolah selalu
melibatkan guru dan karyawannya dalam pelaksanaan kegiatan atau
acara yang dilaksanakan sekolah. Hal ini juga merupakan salah satu
upaya sekolah dalam memberdayakan potensi SDM yang dimiliki.
Kemudian dukungan tenaga juga diberikan dari komite sekolah,
dukungan tenaga yang diberikan dalam bentuk kepanitiaan dalam suatu
acara yang dilaksanakan sekolah. Dukungan tenaga orangtua cukup baik
misalnya kemarin acara perpisahan kelas XII di gedung pusdiklat TNI
semua panitia orangtua, dalam pencarian dana, panggung, tempat,
dekorasi semuanya tenaga dari orangtua dan kita membantu pelaksanaan
acaranya saja.
Kerjasama yang dilakukan SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
dengan lembaga-lembaga swasta tentu mendapatkan dukungandukungan
dalam bentuk tenaga dari pihak lembaga/instansi. Pihak - pihak tersebut
bersedia menjadi narasumber untuk memberikan pengetahuan kepada
peserta didik dalam suatu acara atau event yang dilaksanakan pihak
sekolah. Kemudian ada juga dari pihak mahasiswa/i yang ikut terlibat
dalam memberikan informasi seputar dunia kampus. Dalam hal ini,
dukungan yang diberikan pihak lembaga-lembaga sangat bermanfaat
bagi sekolah terutama peserta didik. Manfaat lainnya yaitu pihak
lembaga tersebut dapat menjadikan objek sekolah sebagai sarana
promosi.
Dari beberapa uraian di atas, menjelaskan bahwa SMA Negeri 19
Kabupaten Tangerang sangat terbantu dengan adanya partisipasi atau
dukungan yang diberikan oleh pihak warga sekolah (guru dan siswa),
dinas pendidikan, komite sekolah dan lembaga-lembaga. Hal ini dilihat
banyaknya dukungan yang diberikan baik itu berupa dukungan dana,
fasilitas, dan tenaga dalam upaya melaksanakan dan mengelola program
sekolah.
4. Transparansi Sekolah
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah sangat menjunjung tinggi
pelaksanaan sekolah yang transparan, yaitu transparan dalam menyampaikan
infromasi terkait keuangan sekolah maupun program sekolah. Untuk
meningkatkan transparansi sekolah, SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
berupaya melibatkan seluruh warga sekolah yang meliputi guru dan
karyawan serta komite dalam penyusunan anggaran dan program sekolah.
Dalam mensosialisasikan program dan keuangan sekolah, SMA Negeri
19 Kabupaten Tangerang melaksanakannya melalui kegiatan rapat bersama
komite. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kepedulian dan sense of
belonging seluruh stakeholder sekolah dalam mengelola program-program
sekolah.
Rasa antusiasme orangtua peserta didik sudah cukup baik, hal ini dilihat
dari jumlah persentase yang menghadiri kegiatan rapat tersebut melebihi
angka 50%. Maka dari itu, SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang mampu
menggerakan dan mendorong partisipasi seluruh stakeholdernya dalam
mengelola program sekolah. Dengan melibatkan seluruh para pemangku
kepentingan dalam kegiatan rapat, SMA NEGERI 19 KABUPATEN
TANGERANG ingin menerapkan keterbukaan sekolah dalam
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan program dan anggaran yang
sudah direncanakan sekolah.
Melalui kegiatan rapat-rapat tersebut, SMA Negeri 19 Kabupaten
Tangerang berupaya meningkatkan keterbukaannya kepada para pemangku
kepentingan, agar sekolah terbuka dan para stake holders mengetahui secara
detail dan jelas terkait anggaran maupun program sekolah. Secara
keseluruhan, SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang sudah berhasil dalam
melaksanakan strategi implementasi MBS yaitu dengan melaksanakan
transparansi kepada seluruh stakeholdernya, hal ini dilihat upaya sekolah
mengikutsertakan warga sekolah, dan komite dalam penyelenggaraan
program sekolah.
5. Akuntabilitas Sekolah
Salah satu strategi dalam pelaksanaan MBS yang baik yakni dengan
menekankan pada akuntabilitas sekolah. Penerapan akuntabilitas di SMA
Negeri 19 Kabupaten Tangerang dilihat melalui laporan
pertanggungjawaban sekolah atas pelaksanaan program sekolah yang telah
dilaksanakan, kemudian dilihat juga tanggung jawab guru dan karyawan
dalam memenuhi tanggung jawabnya. Akuntabilitas sekolah dalam
pengelolaan program dan keuangan dibuat dalam laporan bentuk tertulis
seperti laporan pertanggungjawaban terkait sumber dana yang diterima
sekolah, kemudian besar kecilnya anggaran yang digunakan dalam
melaksankan program kegiatan. Laporan pertanggungjawaban sekolah yang
telah disusun akan dilaporkan kepada stakeholder sekolah.
Bahwa akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran sekolah dilakukan
melalui pembuatan laporan pertanggung jawaban (LPJ). Untuk laporan dana
BOSNAS itu dilaporkan ke pihak Dinas Pendidikan Pusat dan Dinas
Pendidikan Provinsi Banten. Kemudian untuk BOSDA dilaporkan ke pihak
Dinas Pendidikan Provinsi saja. Selain dana BOSNAS dan BOSDA, tentu
dana komite sekolah juga dilaporkan melalui rapat komite yang diadakan
sekolah. Bahkan, terkait laporan keuangan komite sekolah juga diperiksa
langsung oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Untuk laporan
pertanggung jawaban sekolah yang lebih jelasnya dapat dilihat di bagian
lampiran.
Selain dari laporan pertanggungjawaban sekolah, akuntabilitas sekolah
juga dilihat dari tanggung jawab kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,
dan karyawan dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.
Akuntabilitas SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang cukup baik, hal ini
dilihat dalam pertanggungjawaban yang dilakukan sekolah melalui
pembuatan laporan-laporan atas pelaksanaan kegiatan sekolah, dan upaya
warga sekolah dalam menjalankan tupoksinya sebagai wujud dari penerapan
MBS yang efektif.
Dampak implementasi manajemen berbasis sekolah dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang yang
diperoleh yaitu:
1. Sekolah memiliki kemandirian dalam pengembangan SDM. SMA Negeri
19 Kabupaten Tangerang sudah baik dalam melakukan pengembangan
SDM nya yaitu dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru dan
karyawan melalui pelatihan internal dari sekolah, dan pelatihan eksternal
yang diadakan oleh dinas pendidikan, lembaga swasta, dan lain
sebagainya.
2. Penumbuhan rasa tanggung jawab tenaga pendidik dan kependidikan
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Implementasi MBS di SMA
Negeri 19 Kabupaten Tangerang memberikan dampak terhadap
akuntabilitas sekolah baik dari akuntabilitas dalam pembelajaran maupun
akuntabilitas dalam keuangan sekolah. hal ini dilihat akuntabilitas dalam
pembelajaran, guru-guru selalu menjalankan pekerjaan sesuai dengan
tupoksinya dan melakukan monitoring kepada peserta didik. Kemudian
akuntabilitas keuangan dilakukan dengan membuat laporan bentuk
tertulis melalui laporan pertanggung jawaban sekolah.
3. Berkembangnya kreativitas sekolah dalam melaksanakan program SMA
Negeri 19 Kabupaten Tangerang memiliki Program English Club untuk
unggul dalam bahasa internasional terutama Bahasa Inggris. Salah satu
upaya agar pelaksanaan program tersebut berjalan efektif, pihak sekolah
mengundang pengajar asing dengan dibantu guru Bahasa Inggris untuk
memberikan pengetahuan terkait bahasa Inggris kepada siswa dan
guruguru di sekolah. Kemudian SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
menjalin kemitraan dengan lembaga swasta yang berkutat di bidang
bahasa asing salah satunya yaitu @America.
4. Pencapaian prestasi yang diraih sekolah. Dampak implementasi MBS
yang efektif dapat meningkatkan prestasi sekolah. Hal ini dibuktikan
pada tahun 2015 SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang meraih gelar
kejuaraan sebanyak 10 kali, sedangkan pada tahun 2016 meraih gelar
kejuaraan sebanyak 12 kali. Prestasi tersebut diraih dengan berbagai
macam kompetisi yang dilombakan baik dalam bidang akademik
maupun non akademik.
5. Sekolah memiliki akuntabilitas dalam meningkatkan lulusan yang
terserap di PTN dan PTS. Implementasi MBS memiliki dampak pada
akuntabilitas sekolah dalam meningkatkan mutu outputnya. Mutu lulusan
dapat dilihat dari besar jumlahnya lulusan yang terserap di PTN maupun
PTS unggulan. SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang selama 2 tahun
terakhir sudah mengalami peningkatan dalam menyalurkan lulusannya
ke beberapa perguruan tinggi.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) telah terlihat secara kuat pada
peningkatan mutu pendidikan di SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang, hal
ini terbukti sebagai berikut:
1. Kemandirian sekolah dalam memenuhi ketersediaan tenaga pendidik
dan kependidikan sudah tercukupi, dan kemandirian sekolah dalam
memenuhi ketersediaan sarana dan prasarana sudah tercukupi dan
memadai. Kemitraan/kerjasama sekolah sudah baik, hal ini dilihat
hubungan internal sekolah sudah terjalin dengan baik melalui raker,
brifieng dan MGMP. Kemitraan dengan pihak eksternal, sekolah
sudah menjalin dengan 13 lembaga dengan dibuktikan MoU. Bentuk
Partisipasi, bentuk partisipasi dilihat melalui dukungan dana, fasilitas
dan tenaga dari stakeholder dalam penyelenggaraan program sekolah.
Transparansi sekolah sudah baik, hal ini dilihat dari keterbukaan
sekolah dalam menyampaikan informasi melalui kegiatan rapat,
papan pengumuman sekolah maupun website sekolah. Akuntabilitas
sekolah dilihat dari akuntabilitas keuangan yang dilakukan dengan
membuat laporan pertanggungjawaban sekolah (LPJ sekolah). Hasil
laporannya dilaporkan kepada pihak dinas pendidikan pusat, dinas
pendidikan provinsi, komite sekolah, serta BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan).
2. Dampak yang ditimbulkan adanya implementasi manajemen berbasis
sekolah di SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang antara lain: 1)
Sekolah memiliki kemandirian dalam mengembangkan SDM. 2)
Menumbuhkan rasa tanggung jawab warga sekolah dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. 3) Berkembangnya kreativitas
sekolah dalam melaksanakan program. 4) Prestasi yang dicapai
sekolah, berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dari
tahun 2015 ke 2016 SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
mengalami peningkatan prestasi baik akademik maupun non
akademik. 5) Sekolah memiliki akuntabilitas dalam meningkatkan
lulusan yang terserap di PTN dan PTS.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan
saran sebagai berikut: 1. Sekolah hendaknya meningkatkan pemahaman
seluruh elemen sekolah dalam implementasi manajemen berbasis sekolah 2.
Sekolah lebih meningkatkan lagi keterlibatan atau partisipasi seluruh elemen
sekolah dalam implementasi MBS 3. Sekolah hendaknya melakukan
monitoring dan evaluasi dari implementasi MBS.

Anda mungkin juga menyukai