Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HUKUM KETATANEGARAAN BELANDA

DISUSUN OLEH: (KELOMPOK 1)

JOSHUA JULISTIO 010001900302


R ANDHIKA PRAMESWARA 010001900490
ILHAM NANDAMAS A 010001900267

PROGRAM STUDI SARJANA HUKUM FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS TRISAKTI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah rakyat, dan

mempunyai kekuasaan berdaulat. Setiap negara memiliki sistem politik (political

system) yaitu pola mekanisme atau pelaksanaan kekuasaan. Sedang kekuasaan

adalah hak dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu.

Pengelolaan suatu negara inilah yang disebut dengan sistem ketatanegaraan.

Sistem ketatanegaraan dipelajari di dalam ilmu politik. Menurut Miriam

Budiardjo (1972), politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu negara

yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari negara itu dan

melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Untuk itu, di suatu negara terdapat

kebijakan-kebijakan umum (public polocies) yang menyangkut pengaturan dan

pembagian atau alokasi kekuasaan dan sumber-sumber yang ada.

Di Indonesia pengaturan sistem ketatanegaraan diatur dalam Undang- Undang

Dasar 1945, Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah.

Sedangkan kewenangan kekuasaan berada di tingkat nasional sampai kelompok

masyarakat terendah yang meliputi MPR, DPR, Presiden dan Wakil Presiden,

Menteri, MA, MK, BPK, DPA, Gubernur, Bupati/ Walikota, sampai tingkat RT.
Lembaga-lembaga yang berkuasa ini berfungsi sebagai perwakilan dari suara dan

tangan rakyat, sebab Indonesia menganut sistem demokrasi. Dalam sistem

demokrasi, pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara adalah rakyat. Kekuasaan

bahkan diidealkan penyelenggaraannya bersama-sama dengan rakyat.

Dengan dasar tersebut, maka kami mengganggap ketatanegaraan sangat penting

dipahami, sehingga kami akan membandingkan sistem ketatanegaraan Negara

Belanda dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam hal ini yang mejadi pokok masalah dalam makalah ini adalah

sebagai berikut :

a) Bagaimana Bentuk Ketatanegaraan (Konstitusi, Suprastruktur, dan


Sistem Pemerintahan) Belanda?
b) Bagaimana Perbandingan Ketatanegaraan Belanda dengan
Ketatanegaraan NKRI?
BAB II

PEMBAHASAN

A. KETATANEGARAAN BELANDA

1. Konstitusi Belanda

Konstitusi belum dikenal di Belanda pada Abad Pertengahan. Penguasa memiliki

kekuasaan penuh dan tidak perlu menyesuaikan diri pada hukum. Beberapa waktu

kemudian, sebagian orang tertentu memperoleh hak yang diberikan oleh

penguasa, tetapi baru pada Abad ke-18 setiap orang tanpa kecuali mempunyai hak

dan bahwa setiap lembaga negara berkewajiban melaksanakan tugasnya sesuai

dengan hukum yang berlaku. Hal ini ditetapkan dalam Konsitusi di Belanda pada

tahun 1798. "Konstitusi Kerajaan Belanda" yang masih berlaku sampai sekarang

dirancang pada tahun 1815.

Konstitusi tidak mudah dirubah-rubah seperti peraturan yang lain. Namun

demikian, perubahan yang signifikan terhadap Konstitusi pernah terjadi di

Belanda. Pada tahun 1848 Raja William II setuju untuk merubah Konstitusi yang

menyatakan bahwa kekuasaan monarki dikurangi dan kekuasaan rakyat menjadi

lebih besar. Perubahan ini begitu dramatisnya sehingga "Konstitusi 1848", yang

dirancang oleh ahli hukum konstitusional Thorbecke, dianggap sebagai awal dari

lahirnya demokrasi di Belanda. Namun baru pada tahun 1917 hak untuk memilih

dalam pemilu diperluas mencakup semua pria, sedangkan kaum wanita diberi

hak pasif untuk


pertamakalinya. Pada tahun 1922, hak aktif untuk memilih bagi kaum wanita

akhirnya ditetapkan dalam Konstitusi walaupun sudah diusulkan sejak tahun

1919.

Konstitusi yang berlaku di belanda adalah Konstitusi 1848 , dirancang oleh

ahli hukum konstitusional Thorbecke, konstitusi belanda menitikberatkan pada

kekuasaan rakyat. Perubahan konstitusi kerajaan Belanda terjadi beberapa kali

yaitu pada tahun 1814, 1848, dan 1972. Masalah perubahan konstitusikerajaan ini

diatur dalam Bab (Hoofdstak) XIII dan terdira dari 6 pasal yaitu pasal 193 (210

lama) sampai pada pasal 198 (215 lama). Cara yang dilakukan dalam rangka

perubahan itu adalah dengan memperbesar jumlah anggota staten general

parlemen sebanyak dua kali lipat. Keputusan tentang perubahan atau penambahan

tersebut adalah sah apabila disetujui sejumlah suara yang sama dengan dua pertiga

dari yang hadir, akan tetapi dalam Grondwet (undan-undang dasar) Belanda tahun

1815 prosedur di atas diperberat, yaitu memenuhi kuorum yakni sekurang-

kurangnya setengah dari anggota sidang staten general ditambah satu (UU 1814

pasal 144).

Dengan demikian perubahan undang-undang dasar adalah sah apabila

dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah oleh jumlah anggota staten general

yang telah dijadikan dua kali lipat ditambah satu.1

1
http://serenityyuria.blogspot.com/2012/01/kekuasaan-legislatif-eksekutif-dan.html diakses
tanggal 27-10-2013
2. Suprastruktur Negara Belanda

a) Kekuasaan Eksekutif

Menurut UUD Belanda, kekuasaan eksekutif ada di tangan Raja/Ratu. Karena

Raja/Ratu tidak dapat diganggu gugat (onschendbaar), maka kekuasaan

Pemerintah diletakkan di tangan kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri dan

menteri-menterinya yang bertanggung jawab pada parlemen. Para Menteri

mengundurkan diri sehari sebelum pemilu yang diadakan setiap empat tahun

sekali. Raja/Ratu hanya bertindak atas nasehat Raad van Staten (Council of State),

juga dapat meminta nasehat dari ketua parlemen, ketua ketua fraksi dalam

parlemen, ketua ketua partai, dan kalangan non politik. Perdana Menteri diangkat

oleh Raja/Ratu dan para Menteri diangkat oleh Raja/Ratu atas rekomendasi

Perdana Menteri.

Pemerintah Provinsi terdiri dari 3 organ, yaitu :

 Provinciale Staten (Dewan Perwakilan Provinsi), Anggota-anggota


Provinciale Staten dipilih secara langsung oleh rakyat di provinsi tersebut
untuk masa empat tahun. Provinciale staten berwenang dalam pembuatan
peraturan daerah dan mempunyai wewenang pengawasan terhadap satuan
– satuan pemerintahan yang lebih rendah yang pelaksanaannya diserahkan
kepada Gedeputeerde Staten dan komisi – komisi. Provinciale staten
dikepalai orang gubernur. Gubernur ini tidak merangkap sebagai anggota.
 Gedeputeerde Staten (Badan Pengurus Harian Provinsi) Gedeputeerde
Staten anggotanya dipilih oleh Provinciale Staten. Gedenputeerde Staten
merupakan badan pimpinan dan pelaksana harian pemerintah provinsi.
Gedeputeerde Staten mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan keputusan Gedeputeerde Staten dan
mengawasi Gemeente (Kota Madya). Dengan demikian
anggaran/keuangan Gemeente dan lain-lain harus mendapat persetujuan
Gedeputeerde Staten.
 Commissaris der Koning/Koningin (Gubernur) Commissaris der
Koning/Koningin diangkat oleh Raja/Ratu dan menjadi Ketua
Gedeputeerde Staten.

Pemerintah Gemeente (Kota Madya) mempunyai 3 organ :

 Gemeenteraad (Dewan Kota Madya), Dipilih oleh warga yang tinggal di


kota tersebut baik penduduk asli, maupun penduduk warga negara asing.
Gemeenteraad berwewenang untuk membuat peraturan daerah.
 College van Burgemeester en Wethouders (Wali Kota dan pelaksana
pemerintahan Kota Madya), Merupakan kerjasama kolegial antara
walikota dengan dewan kota. Badan ini merupakan badan yang
menyelenggarakan pemerintahan sehari – hari. Badan ini mempunyai
wewenang antara lain : melaksanakan keputusan dewan, memutuskan
perselisihan yang timbul dalam melaksanakan keputusan dewan,
mengumumkan dan mengundang keputusan dewan.

b) Kekuasaan Legislatif

Dalam kekuasaan legislatif Belanda, Raja/Ratu menunjuk seorang wakil untuk

menjalankan kekuasaan legislatif tersebut. Wakil yang ditunjuk tersebut yaitu

sebagai anggota Tweede Kamer (Majelis Rendah). Mereka mempunyai hak

inisiatif untuk mengajukan rancangan undang - undang. Fungsi mereka hampir

sama dengan fungsi legislatif di Indonesia.

Suatu RUU, setelah mendapat persetujuan Tweede Kamer, harus diajukan

kepada Eerste Kamer (Majelis Tinggi) untuk mendapatkan persetujuan. Oleh

karena tidak memiliki hak amandemen terhadap suatu RUU, Eerste Kamer hanya

dapat menyetujui atau menolaknya. RUU dapat


pula diajukan oleh Menteri. RUU yang telah disetujui mulai berlaku diundangkan

dalam lembaran negara (staatsblad)

c) Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan Yudikatif mempunyai kedudukan yang bebas dari dua kekuasaan

lainnya. Raja/Ratu hanya memiliki wewenang untuk mengangkat anggota-anggota

yudikatif. Di Belanda terdapat empat tingkat badan pengadilan, yaitu :

 Canton,
 Rechtbank,
 Gerechtschof,
 Hoge Raad.

Anggota-anggota Hoge Raad diangkat oleh Raja/Ratu dari calon-calon yang

diajukan oleh Tweede Kamer.2

3. Bentuk Dan Sistem Pemerintahan Belanda

a) Bentuk Pemerintahan Belanda

Belanda adalah sebuah negara kesatuan. Negara kesatuan adalah negara berdaulat

yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah pusat

adalah yang tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnya hanya menjalankan

kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan.

Bentuk pemerintahan kesatuan diterapkan oleh banyak negara di dunia.

2
http://serenityyuria.blogspot.com/2012/01/kekuasaan-legislatif-eksekutif-dan.html diakses
tanggal 27-10-2013
Ratu merupakan Kepala Negara yang melambangkan persatuan Belanda.

Ratu terikat pada konstitusi dan fungsinya lebih banyak bersifat seremonial,

namun juga memiliki beberapa kewenangan yang merupakan kelanjutan dari

tradisi the House of Orange.

b) Sistem Pemerintahan Belanda

Belanda adalah sebuah negara monarkhi konstitusional. Monarki konstitusional

adalah sejenis monarki yang didirikan di bawah sistem konstitusional yang

mengakui raja (atau kaisar) sebagai kepala negara. Monarki konstitusional yang

modern biasanya menggunakan konsep trias politica, atau politik tiga serangkai.

Ini berarti raja adalah hanya ketua simbolis cabang eksekutif. Belanda adalah

sebuah negara monarkhi konstitusional. Ratu merupakan Kepala Negara yang

melambangkan persatuan Belanda. Ratu terikat pada konstitusi dan fungsinya

lebih banyak bersifat seremonial, namun juga memiliki beberapa kewenangan

yang merupakan kelanjutan dari tradisi the House of Orange. Ratu dalam hal ini

menunjuk formatur yang akan membentuk Dewan Menteri (Council of Ministers)

setelah dilakukan pemilihan umum. Pemerintah negara pada dasarnya terdiri dari

tiga institusi utama, yaitu; Ratu, Dewan Menteri, dan Parlemen (States General).

Dewan menteri merencanakan dan melaksanakan kebijakan pemerintahan. Ratu

bersama-sama dengan Dewan Menteri disebut dengan the Crown.


Sistem Pemerintahan Kerajaan Belanda adalah parlementer. Sistem pemerintahan

parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki

peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki

wewenang dalam mengangkat perdana menteri. Parlemen juga dapat menjatuhkan

pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya.3

B. KETATANEGARAAN NRI

1. Konstitusi NRI

Konstitusi bangsa Indonesia secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

adalah Negara Hukum (Rechtstaats). Menurut pemikiran Friedrich Julius Stahl,

salah satu unsur yang dimiliki oleh negara hukum adalah pemenuhan akan hak-

hak dasar manusia (basic rights/fundamental rights). Indonesia yang notabene

adalah negara hukum. Negara hukum berarti setiap warga negara harus tunduk

dan taat kepada hukum sebagai sarana “problem solving” masyarakat. Hukum di

negara hukum harus menjadi panglima apabila negeri ini ingin hidup tertib dan

terjamin perlindungan hak-hak setiap warganya.

Agar dapat selalu mengikuti perkembangan dan pemenuhan akan hak-hak

dasar manusia, maka sebuah konstitusi haruslah mempunyai aspek yang dinamis

dan mampu menangkap fenomena perubahan sejarah

3
Syafiie, Inu Kencana, Andi Azikin, 2007. Perbandingan Pemerintahan. Bandung: PT. Refika
Aditama
(historical change), sehingga dapat menjadikannya sebagai suatu konstitusi yang

selalu hidup (living constitution).

Konstitusi sebagai hukum dasar yang utama dan merupakan hasil

representatif kehendak seluruh rakyat, haruslah dilaksanakan dengan sungguh-

sungguh di setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,

prinsip yang timbul adalah setiap tindakan, perbuatan, dan/atau aturan dari semua

otoritas yang diberi delegasi oleh konstitusi, tidak boleh bertentangan dengan

basic rights dan konstitusi itu sendiri. Dengan kata lain, konstitusi harus

diutamakan, dan maksud atau kehendak rakyat harus lebih utama daripada wakil-

wakilnya.

Mahkamah Konstitusi yang kini melembaga dalam salah satu struktur

lembaga hukum di Indonesia berawal dari fakta reformasi nasional tahun 1998,

dan kemudian hal itu telah membuka peluang perubahan mendasar atas Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (kemudian akan kita sebut

UUD RI 1945) yang disakralkan oleh Pemerintah Orde Baru untuk tidak direvisi.

Setelah reformasi, konstitusi Indonesia telah mengalami perubahan dalam

satu rangkaian empat tahap, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002 (UUD

RI 1945). Salah satu perubahan dari UUD RI 1945 adalah dengan telah diadopsi

prinsip-prinsip baru dalam sistem ketatanegaraan antara lain prinsip pemisahan

kekuasaan dan ‘checks and balances’ sebagai pengganti sistem supremasi

parlemen.
Dalam Pasal 24C hasil perubahan ketiga UUD RI 1945, dimasukkannya

ide pembentukan Mahkamah Konstitusi kedalam konstitusi negara kita sebagai

organ konstitusional baru yang sederajat kedudukannya dengan organ konstitusi

lainnya. Fungsi Mahkamah Konstitusi telah dilembagakan berdasarkan Undang-

undang Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU No. 24, 2003),

sejak tanggal

13 Agustus 2003. Amandemen yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR) pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pasal

24 ayat (21) pasal 24c dan pasal 7b Undang-undang Dasar 1945 hasil perubahan

ketiga yang disahkan pada tanggal 9 November 2001.

Hal ini disahkan dengan adanya ketentuan Pasal 24C ayat (6) UUD RI

1945 yang menentukan: “Pengangkatan dan pemberhentian Hakim Konstitusi,

hukum acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan

undang-undang.” Oleh karena itu, sebelum Mahkamah Konstitusi dibentuk

sebagai mestinya, Undang-undang tentang Mahkamah Konstitusi terlebih dahulu

ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 13 Agustus 2003 dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4316.

Pembentukan Mahkamah Konstitusi telah dilakukan dengan proses

rekruitmen calon hakim menurut tata cara yang diatur dalam Pasal 18 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 yang berbunyi “Hakim


Konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang oleh Mahkamah Agung, 3 (tiga)

orang oleh DPR, dan 3 (tiga) orang oleh Presiden, untuk ditetapkan dengan

Keputusan Presiden”.

Mahkamah Konstitusi secara resmi dibentuk dengan adanya Undang- undang

Nomor 24 tahun 2003 dan setelah pelantikan dan pengucapan sumpah tanggal 16

Agustus 2003, maka kewenangan transisi Mahkamah Agung yang dibebani tugas

oleh pasal III Aturan Peralihan UUD RI 1945, untuk melaksanakan segala

kewenangan Mahkamah Konstitusi telah berakhir. Untuk itu akan dibahas

kewenangan mahkamah konstitusi sebagai alat untuk melaksanakan peranannya

sebagai penjaga konstitusi seperti yang diatur dalam UUD RI 1945 dengan

meninjau keberadaannya dalam tatanan hukum di Indonesia.4

2. Sistem Pemerintahan NKRI

Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan. Indonesia

pernah menganut sistem kabinet parlementer pada tahun 1945 – 1949. kemudian

pada rentang waktu tahun 1949 – 1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan

parlementer yang semu. Pada tahun 1950

– 1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer dengan

demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Sedangkan pada

4
Titik Triwulan Tutik, S.h, M.H, Konstruksi HTN Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, 2008,
Kencana:Jakartahal 107.
tahun 1959 – 1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan secara demokrasi

terpimpin.

Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti sampai disitu

saja. Karena terjadi perbedaan pelaksanaan sistem pemerintahan menurut UUD

1945 sebelum UUD 1945 diamandemen dan setelah terjadi amandemen UUD

1945 pada tahun 1999 – 2002. Berikut ini adalah perbedaan sistem pemerintahan

sebelum terjadi amandemen dan setelah terjadi amandemen pada UUD 1945.

 MPR menerima kekuasaan tertinggi dari rakyat


 Presiden sebagai kepala penyelenggara pemerintahan
 DPR berperan sebagai pembuat Undang – Undang
 BPK berperan sebagai badan pengaudit keuangan
 DPA berfungsi sebagai pemberi saran/pertimbangan kepada
presiden / pemerintahan
 MA berperan sebagai lembaga pengadilan dan penguki aturan yang
diterbitkan pemerintah Kekuasaan legislatif lebih dominan.
 Presiden tidak dapat membubarkan DPR
 Rakyat memilih secara langsung presiden dan wakil presiden
 MPR tidak berperan sebagai lembaga tertinggi lagi
 Anggota MPR terdiri dari seluruh anggota DPR ditambah anggota DPD
yang dipilih secar langsung oleh rakyat.

Dalam sistem pemerintahaan presidensiil yang dianut di Indonesia, pengaruh rakyat

terhadap kebijaksanaan politik kurang menjadi perhatian. Selain itu, pengawasan

rakyat terhadap pemerintahan juga kura begitu berpengaruh karena pada dasarnya

terjadi kecenderungan terlalu kuatnya


otoritas dan konsentrasi kekuasaan yang ada di tangan presiden. Selain itu,

terlalu sering terjadi pergantian pejabat di kabinet karena presiden mempunyai

hak prerogatif untuk melakukan itu.

C. PERBANDINGAN KETATANEGARAAN BELANDA DENGAN NRI

Secara garis besar Perbandingan Ketatanegaraan Belanda dengan Negara

Kesatuan Repubklik Indonesia adalah sebagai berikut :

PERBEDAAN INDONESIA BELANDA


Konstitusi UUD 1945 Konstitusi 1848
Suprastruktur Eksekutif : Eksekutif : Ratu
Presiden dan
Wakil Presiden
Legislatif : DPR, Legislatif : Tweede Kamer
DPD (Majelis Rendah)
Eeerste Kamer (Majelis Tinggi)

Yudikatif : MA, Lembaga Yudikatif :


MK 1) Canton
2) Rechtbank
3) Gerechtschof
4) Hoge Raad

Eksaminatif :
BPK, KPK

Lembaga Bantu
Negara : Komisi
Yudisial
Sistem Presidensial Parlementer
Pemerintahan (Demokrasi Monarki Konstitusional
Multipartai)

Bentuk Negara Republik Kerajaan


Kepala Presiden Perdana Menteri
Pemerintahan

Kepala Negara Presiden Raja/Ratu


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Negara Belanda atau yang disebut juga Koninkrijk der Nederlanden memiliki arti

secara harfiah adalah Kerajaan Tanah. Negara Belanda berada di bagian Eropa

barat laut. Di sebelah timur negara ini berbatasan dengan negara Jerman, di

sebelah selatan berbatasan dengan Belgia dan di sebelah berbatasan dengan Laut

Utara. Ibukota belanda terdapat di Amsterdam, Den Haag.

Pemerintahan negeeri Belanda menganut sistem monarki konstitusional, dimana

pemerintahan didirikan di bawah sistem konstitusional yang mengakui raja (atau

kaisar) sebagai kepala negara. Monarki konstitusional yang modern biasanya

menggunakan konsep trias politica atau politik tiga serangkai. Ini berarti raja

adalah hanya ketua simbolis cabang eksekutif. Jika seorang raja mempunyai

kekuasaan pemerintahan yang penuh, ia disebut monarki mutlak atau monarki

absolut.

Karena negara Belanda menganut sistem pemerintahan monarki konstitusional

maka proses pemerintahan ini memiliki suatu dampak yaitu adakalanya datang

dari raja itu sendiri karena ia takut dikudeta atau adakalanya proses konstitusional

itu berlaku karena adanya revolusi rakyat terhadap raja.


Pemerintahan Belanda dipegang oleh ratu Beatrix Wilhelmina Armgard sejak

tahun 1980 sampai sekarang. Ratu berhak menunjuk seorang wakil untuk

menjalankan kekuasaan legislatif, yaitu sebagai anggota Majelis Rendah. Mereka

mempunyai hak inisiatif mengajukan rancangan undang- undang. Dan demikian

yang dapat kami tulis, semoga bermanfaat, dan mohon maaf atas kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Lubis, M. Solly, Hukum Tata Negara,Bandung, Mandar Maju:1992

Syafiie, Inu Kencana, Andi Azikin, 2007. Perbandingan Pemerintahan.

Bandung: PT. Refika Aditama

Tutik, Titik Triwulan.2008.Konstruksi HTN Indonesia Pasca Amandemen

UUD 1945, 2008, Jakarta:Kencana

Undang-undang Dasar Tahun 1945 Amandemen IV

Internet :

www.dpr.go.id / K1_kunjungan_Kunjungan_Kerja_Komisi_I_ke_Belanda

diakses tanggal 25-10-2013

http://mjieschool.blogspot.com/2008/10/sistem-pemerintahan-pertemuan- 1.html

diakses tanggal 25-10-2013

http://ampi.wordpress.com/2009/06/03/sistem-parlementer-dan-sistem-

presidensial/ diakses tanggal 28-10-2013

http://serenityyuria.blogspot.com/2012/01/kekuasaan-legislatif-eksekutif-

dan.html diakses tanggal 28-10-2013

Anda mungkin juga menyukai