Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jembatan adalah struktur konstruksi yang sangat penting untuk


menghubungkan dua bağan jalan yang terputus oleh adanya rintangan -
rintangan seperti sungai, jurang, mas jalan tidak sebidang dan lain
sebagainya. Sehingga memungkinkan kendaraan, maupun pejalan kaki
melintas dengan lancar dan aman.

Steel Box Girder Jembatan box girder (juga dikenal sebagai Box
Section Bridge) adalah jembatan yang balok utamanya terdiri dari
gelagar bentuk kotak berongga (Nugraha, W. 2018). Jembatan steel box
girder. biasanya digunakan untuk jalan raya jalan layang dan untuk
struktur laying modern dari rel ringan mengangkut. Meskipun biasanya
jembatan box girder adalah bentuk Jembatan Balok, gelagar kotak juga
dapat digunakan pada jembatan cable-stayed dan bentuk lainnya. Struktur
utama bangunan atas pada jembatan umumnya dapat menggunakan balok
“I” girder atau box girder yang terbuat dari beton maupun baja. Salah
satu struktur yang mulai berkembang penggunaannya adalah box girder.
Jembatan box girder mulai dipertimbangkan untuk dibuat menjadi
struktur gelagar pada konstruksi jembatan dikarenakan daya tahan box
girder yang tinggi. (Nugraha, W. 2018).

Metode Erection Steel Box Girder Erection merupakan suatu


proses pemasangan segmen precast atau girder yang dimulai dari remove
hingga remove alat kembali dan keduanya dinyatakan dalam satuan
waktu.(Sumaidi, 2020). Dengan kata lain erection girder adalah suatu
kegiatan pemasangan balok girder ke atas tumpuannya. Titik tumpu yang
umum digunakan pada konstruksi jembatan berupa rubber bearing atau
yang lebih dikenal dengan nama elastomeric bearing pad.
Membangun suatu jembatan perlu dilakukan perencanaan dan
teknik pelaksanan pemasangan jembatan. Hal ini penting demi
kelancaran pelaksanaan, keefektifan, dan mutu yang dihasilkan. Dalam
membangun suatu jembatan diperlukan proses atau metode pelaksanaan
yang merupakan dasar dalam menentukan konstruksi jembatan yang akan
dilaksanakan baik dalam pembuatan awal maupun penentuan bahan yang
akan digunakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan sesuai dengan bidang


konsentrasi yang dipilih di program studi S-1 Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Krisnadwipayana maka penulis mermbuat Laporan
Kerja Praktek yang berjudul : Metode Pelaksanaan Erection Steel Box
Girden Pada Proyek Jembatan Callender Hamilton Daerah Karang
Sambung Cirebon Jawa Barat.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dilaksanakan kerja praktik pada proyek pembangunan Jembatan


Tol Kayu Agung-Palembang-Betung Seksi II ini adalah:

1. Mengetahui prosedur pelaksanaan pekerjaan Erection steel Box


Girder pada pembangunan Jembatan Callender Hamilton-Karang
Sambung-Cirebon-Jawa barat.

2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi di lapangan


selama pekerjaan Erection steel Box Girder pada pembangunan
Jembatan Callender Hamilton-Karang Sambung-Cirebon-Jawa
barat.

1.3 Batasan Masalah

Proyek pembangunan jembatan Callender Hamillton dengan


metode Erection Steel Box Girder memiliki tiga faktor utama yang
harus menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan erection steel box
girder, yaitu waktu yang sesuai rencana, biaya yang realistis sesuai
dengan anggaran dan mutu serta juga faktor keamanan dalam metode
kerja yang akan digunakan serta dapat dipertanggungjawabkan.
Faktor tersebut dipengaruhi oleh penggunaan sumber daya dalam
proyek yang meliputi yaitu biaya, tenaga kerja, material, metode
kerja, dan alat berat (Muhammad Fadly, 2018). Dalam proses
mencapai tujuan dari suatu proyek konstruksi, ada batasan yang harus
dipenuhi yaitu besar biaya anggaran yang dialokasikan didalam
jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Salah satu unsur manajemen
konstruksi yang mempengaruhi pencapaian tujuan atau sasaran
proyek adalah metode kerja yang digunakan. Dengan banyaknya
pekerjaan tersebut maka pada Laporan Kerja Praktek ini penulis
membatasi masalah pada pekerjaan :

1. Pekerjaan pemasangan rangka jembatan mulai dari :


pekerjaan perancah, pemasangan cross girder / balok
silang, pemasangan stringer / balok, pemasangan rangka
utama (bottom chord / profil bawah — diagonal - top chord
/ profil atas), pemasangan end portal, pemasangan bracing /
tali angin, pamasangan plate deck / steel deck (bekesting
bawah lantai jembatan), pemasangan Pedestrian,
pemasangan railing.

2. Pekerjaan lantai beton bertulang mulai dari : pekerjaan bekesting,


pekerjaan bekisting,pekerjaan pengecoran lantai
jembatan.

1.4 Ruang Lingkup

Secara umum, pembangunan Jembatan Karang Sambung Kota Cirebon


ini sangat luas dan berlangsung lama sedangkan waktu yang diberikan
untuk kerja praktik ini sangat terbatas. Hal ini menyebabkan tidak
memungkinkan untuk meninjau keseluruhan pelaksanaan proyek tersebut
sampai selesai. Ruang lingkup permasalahan pada penulisan ini dibatasi
pada pelaksanaan pekerjaan erection steel box girder , yaitu berupa
teknik pelaksanaan struktur box girder di lapangan beserta analisa
metode pelaksanaan pada proyek pembangunan Jembatan Karang
Sambung,Cirebon,Jawa barat.

1.5 Metode Penulisan Data

Data - data yang digunakan dalam penyusunan Laporan Kerja


Praktek ini berdasarkan data yang diperoteh dari beberapa metode
pengumpulan data, yaitu:

l. Metode Pengamatan

Metode Pengamatan adalalah dengan mengadakan


pengamatan secara langsung di lapangan terhadap
pelaksanaan pekerjaan. Sehingga diharapkan dapat
mengetahui proses pembangunannya secara nyata.

2. Metode Wawancara Langsung

Metode wawancara langsung adalah dengan melakukan Tanya


jawab dengan pihak yang berkompeten seperti
pelaksana,mandor,tukang,pegawai-pegawai yang terkait pada
proyek jembatan Callender Hamilton

3. Studi Pustaka

Studi Pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan cara


mempelajari atau mengadakan studi penelahaan terhadap literatur-
literatur yang relevan,buku- buku,catatan-catatan,laporan serta
penelitian yang sejenis.

4. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi yaitu metode yang diiakukatž pengambitast


gambar setiap pengamatan saat Keria Praktek.
1.6 Sistematika Penulisan

Garis besar sistematika penukisan laporan ketfia praktek ini adalah


sebagai beriküt:

1.6.1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, maksud dan tujuan penulisan,


ruang lingkup penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan laporan.

1.6.2 BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Pada bab ini berisi tentang latar belakang proyek, lokasi


proyek, data proyek, lingkup pekerjaan proyek, manajemen
proyek, pengawasan dan pengendalian proyek.

1.6.3 BAB III PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Pada bab ini berisi uraian tentang persiapan alat dan bahan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan pemasangan jembatan
rangka dan pekerjaan lantai beton bertulang.

1.6.4 BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pada bab ini berisi uraian tentang tahap pekerjaan pembongkaran


jembatan dan proses pengecoran pondasi jembatan callender
Hamilton.

1.6.5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi pokok-pokok pekerjaan dalam pembongkaran


jembatan dan pekerjaan pengecoran pondasi yang sudah dilakukan
pada proyek ini, disertai saran agar pekerjaan tersebut lebih
cepat,efisien dan efektif.

BAB II

TINJAUAN UMUM PROYEK


2.1 Latar Belakang Proyek

PT. Bukaka Teknik Utama Tbk melalui anak usaha PT. Baja Titian
Utama mendapat kepercayaan dari Kementerian Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) untuk mengerjakan proyek penggantian atau duplikasi
jembatan callender Hamilton yang terletak di desa
karangsambung,kabupaten Cirebon,provinsi jawa barat. Proyek ini
dimulai sejak bulan juni 2022. Proyek ini berlokasi di jalur pantura
Cirebon. Penandatanganan perjanjian KPBU dilaksanakan di kantor
kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),
perjanjian KPBU ini memiliki 12 tahun, dengan 2 tahun awal masa
konstruksi dan 10 tahun awal masa layanan. Proyek penggantian atau
duplikasi jembatan callender Hamilton tersebut dilaksanakan di 37 lokasi
yang terletak di Provinsi Banten,Jawa Barat,Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Dan pembangunan jembatan callender hamilton di desa
karangsambung salah satu proyek yang di kerjakan.

2.2 Lokasi Proyek

Lokasi rencana jembatan yang dikelola oleh PT. Bukaka Teknik Utama
terletak di Desa Karangsambung,Kecamatan Arjawinangun,Kabupaten
Cirebon,Provinsi Jawa Barat. Lokasi terletak kurang lebih 10 kilometer
dari stasiun kereta api Cirebon dan dapat dicapai dengan menggunakan
sepeda motor atau mobil dalam waktu 20 menit perjalanan.
Gambar letak lokasi proyek

2.3 Data Proyek

2.3.1 Data Umum

Pemilik Proyek : PT. Baja Titian Utama

Alamat : JL. Raya Pasar Minggu 18 Jakarta Selatan,


Dki Jakarta

Kontraktor : PT. Bukaka Teknik Utama

Alamat : JL. Raya Narogong Km.19 Cileungsi,Jawa


Barat

Konsultan Perencana : PT. Maratma Cipta Mandiri

Alamat : JL. Cingised No.48B Kota Bandung,Jawa


Barat

2.3.2 Data Teknis


Nama Proyek : Perencanaan Teknik (DED) Jembatan
Proyek Pengganti dan/atau Duplikasi
Jembatan Callender Hamilton (CH).

Panjang Jembatan : 35 Meter

Tipe Jembatan : Box Girder

Baja Tulangan : D < D13 BJTP – 280 Fy,

D > D13 BJTS – 420A Fy

Pelat lantai Jembatan : Fc’ 30 Mpa

Abutmen : Fc’ 30 Mpa

Kepala Pilar : Fc’ 30 Mpa

Pilar : Fc’ 30 Mpa

Wingwal : Fc’ 30 Mpa

Lean Concrete : Fc’ 10 Mpa

Pelat Injak : Fc’ 30 Mpa

Parapet : Fc’ 20 Mpa

Kerp : Fc’ 20 Mpa

Trotoar : Fc’ 15 Mpa

BORE PILE

Beton : Self- Compacting Concrete (SCC) Fc’ 30


Mpa

Diameter : 1000 mm

Steel Box Girder : SM – 490


2.4 Lingkup Pekerjaan Proyek

2.4.1 Persiapan

Tahap pertama pekerjaan persiapan dimulai dari pemeriksaan letak


lokasi dan muka air banjir, pekerjaan pengukuran dan pematokan,
pekerjaan mutual check, dan pekerjaan pendukung lainnya

2.4.2 Pekerjaan Pondasi dan bangunan bawah

Tahapan pekerjaan ini dimulai dari pekerjaan pondasi tiang pancang,


pekerjaan pondasi sumuran, pekerjaan Pile Cap, pekerjaan pilar, dan
pekerjaan Abutment

2.4.3 Pekerjaan bangunan Atas (Jembatan)

Tahapan pekerjaan ini dimulai dari pekerjaan perancah, pekerjaan


pemasangan rangka jembatan, pekerjaan lantai jembatan, dan pekerjaan
Finishing

2.5 Manajemen Proyek

Suatu struktur organisasi merupakan bagian dari manajemen atau


pengelolaan suatu proyek. Manajemen adalah suatu cara untuk
mengelola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu. Manajemen dalam
proyek konstruksi merupakan suatu sistem yang mengkoordinasi
seluruh kegiatan yang yang berhubungan dalam proyek konstruksi.
Dimana pada tiap bagiannya memiliki hak dan kewajibannya masing
masing.
Owner
KEMENTERIAN PUPR

Konsultan Konsultan Kontraktor


Perencana Pengawas Pelaksana
PT. Maratama Cipta PT. Baja Titian PT. Bukaka Teknik Utama
Mandir Utama
i

Gambar 2.4. Struktur organisasi proyek pembangunan Jembatan


Callender Hamilton

2.5.1 Pemilik Proyek

Suatu badan hukum (lembaga pemerintah/swasta) atau perorangan yang


mempunyai keinginan untuk mendirikan bangunan dengan kemampuan
dana yang dimilikinya dan bertindak sebagai pemberi kerja kepada
kontraktor dan konsultan. Tugas dan kewajiban sebagai berikut:

1. Menyediakan atau membayar sejumlah biaya Yang diperlukan untuk


terwujudnya suatu pekerjaan bangunan.

2. Menerima pekerjaan apabila telah selesai dan menyetujuinya.

3. Menentukan pilihan dan mengambil keputusan atas rencana yang


dikemukakan oleh konsultan pengawas.

4. Menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan


proyek, agar kontraktor dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada
waktunya, antara Iain surat izin yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan dan keterangan Iain yang diperlukan. Pemilik proyek, baik dari
perseorangan maupun kelompok yang menanamkan modalnya.

2.5.2 Konsultan Pengawas

Pemilik proyek akan menunjuk perwakilan baik dari internal


perusahaan maupun pihak konsultan pengawas, yang diberi wewenang
untuk mewakili pemilik proyek. Tugas dan tanggung jawab konsultan
pengawas secara umum adalah :

l. Mengadakan pengawasan langsung di lapangan selama


pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh pelaksana kontraktor.

2. Memberikan petunjuk-petunjuk teknis pada kontraktor guna


menjaga hasil pelaksanaan proyek sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.

3. Memberikan instruksi dan koreksi pada kontraktor bila ada


penyimpangan pelaksanaan pekerjaan.

4. Memberikan saran serta turut memecahkan masalah kesulitan


teknis yang mungkin terjadi selama pelaksanaan
pekerjaan.

5. Menyetujui atau menolak perubahan pekerjaan dan pemakaian


bahan bangunan yang tidak sesuai dengan design yang
disetujui.

6. Menyerahkan berita acara realisasi kemajuan fisik proyek


kepada pemilik proyek.

7. Membuat laporan teknis mengenai kemajuan fisik dan


hambatan Yang terjadi di lapangan, berupa laporan harian,
mingguan dan bulanan kepada pernilik proyek.
8. Memberikan pernyataan telah selesainya proyek kepada
pemberi tugas.

2.5.3 Pelaksana / Kontraktor

Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima dan


menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang telah
tersedia dan melaksanakan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat
serta gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaannya kontraktor dapat menunjuk sub-sub kontraktor untuk
membantunya dalam pekerjaan tertentu dengan sepengetahuan pemberi
tugas.

Tugas dan tanggung jawab kontraktor secara umum adalah •

l. Melaksanakan pekerjaan yang diberikan dengan mematuhi


peraturan dalam dokumen kontrak yang berkaitan dengan
penyelenggaraan bangunan berupa gambar-gambar kerja.

2. Mengadakan perhitungan kembali ukuran-ukuran yang dianggap


meragukan dalam membuat gambar detail pelaksanaan (shop
drawing),

serta perbaikan gambar kerja dan gambar akhir pekerjaan (as


built drawing) yang disetujui oleh konsultan pengawas sesuai
dengan pelaksanaan di lapangan, sehingga akan mempermudah
dalam pelaksanaan dan pengawasan di lapangan.

3. Menyediakan tenaga kerja, peralatan kerja dan bahan-bahan


sesuai dengan yang diisyaratkan.

4. Membayar semua biaya pelaksanaan, misalnya upah buruh, sewa


alat dan peralatan kerja yang lainnya.

5. Membuat laporan kemajuan pekerjaan yang harus disetujui dan


diserahkan kepada konsultan pengawas disertai keterangan
mutu bahan, alat dan hasil test laboratorium.

6. Selalu berkonsultasi dan memberitahukan masalah yang timbul


di lapangan kepada pemilik proyek dan pengawas.

7. Menerima sejumlah biaya pelaksanaan proyek seperti yang telah


ditetapkan dalam dokumen kontrak.

8. Mengikuti atau menghadiri rapat-rapat koordinasi yang


diselenggarakan oleh pemilik proyek secara berkala.

9. Memilih serta mengawasi sub kontraktor untuk melaksanakan


pekerjaan tertentu dengan persetujuan konsultan
pengawas.

10. Melakukan perbaikan atas kerusakan atau tidak sempurnanya


pekerjaan akibat kelalaian selama pelaksanaan dan semua
biaya ditanggung oleh kontraktor.

11. Menyelesaikan dan menyerahkan hasil pekerjaan.

12. Menjamin dan menjaga keamanan, ketertiban selama


pelaksanaan proyek.

Tugas Struktural Organisasi kontraktor


1. Project Manager, yaitu orang yang ditunjuk untuk menggerakan
organisasi proyek dan memimpinnya dalam mencapai keberhasilan
suatu proyek. Project Managerbertanggung jawab atas laporan
proyek yang kemudian diberikan kepada direktur utama.

2. Site Manager, yaitu orang yang bertugas untuk menggantikan


Project Manager di lapangan. Site Manager wajib memberi laporan
dan bertanggung jawab kepada Project Manager.

3. HSE atau K3 Konstruksi mempunyai tugas dan tanggung jawab


terhadap keselamatan dan keamanan para pekerja dengan
memberikan safety induction, safety talk, tool box meeting, dan
rambu - rambu sekitar proyek. K3 Konstruksi bertanggung jawab
kepada Site Manager atas keselamatan seluruh pekerja lapangan.

4. Supervisi bertugas untuk mengontrol pekerjaan dilapangan supaya


sesuai dengan kontrak kerja dan perjanjian yang ada. Supervisi
bertanggung jawab secara langsung mengenai hal-hal yang terjadi
dilapangan.

5. Quality Control bertugas memantau pelaksanaan pengendalian mutu


dalam proses produksi dan melakukan perbaikan kualitas.

Bertanggung jawab dan memberi laporan kepada Site Manager.

6. Administrasi & Logistik

Administrasi mempunyai tugas dan kewajiban untuk memperbarui


atau menjaga informasi,serta mempersiapkan surat menyurat dengan
staff maupun sub kontraktor.

Logistik Mempunyai tugas dan kewajiban untuk membuat jadwal


pengadaan bahan berdasarkan waktu penggunaannya. Bertanggung
jawab memberi laporan kepada Site Manager dan Supervisi.
7. Engeneering, mempunyai tugas untuk membuat gambar pelaksanaan,
menyesuaikan gambar rencana dengan lapangan, dan membuat
gambar akhir pekerjaan,

8. Surveyor, mempunyai tugas dan kewajiban untuk melakukan


pengukuran lapangan dengan peralatan seperti theodolit, total
station, waterpass untuk kebutuhan engeneering dan supervisi
lapangan.

2.6 Pengawasan dan Pengendalian Proyek

Dalam suatu proses prodüksi, tahap pengcndalian (controlling)


mutlak hanıs dilakukan, agar diperoleh hasil yang optimal baik dari segi
kualitatif, maupun waktu pelaksanaan dan tentunya pekerjaan hanıs
sesuai dengan rencana prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam
pelaksanaan sehingga masingmasing pihak dapat bekerja sesuai dengan
tanggung jawabnya masing-masing. Tiga hal yang perlu dikendalikan
dalam pelaksanaan proyek yaitu pengendalian mutu, waktu, dan biaya.

2.6.1 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu merupakan suatu peristiwa yang dilakukan


dengan cara mengontrol kualitas bahan agar bisa mendapatkan
mutu yang berkualitas . Dalam proyek pembangunan jembatan
Sungai kelay, banyak hal yang dilakukan untuk menjaga mutu
dari bahan yang digunakan, antara lain .

I. Work Permit (Ijin Pekerjaan)

Ijin pekerjaan diajukan oleh PT. Bukaka Utama Teknik dan


disetujui oleh pengawas PUPR

2. Mock Up (Acuan)

Suatu standart bentuk dan kualitas hasil pekerjaan yang akan


dijadikan acuan pelaksanaan suatu pekerjaan, Mock Up ini
diajukan oleh PT, Bukaka Utama Teknik berdasar spesifikasi
teknis.

3. Uji kekencangan baut

Kekencangan baut atau torsi yang pas hanıs diberikan pada


sebuah baut unluk menjaga agar baut tersebut tidak kehilangan
tegangan dalam menahan atııu menyambung dua atau lebih
komponen struktur baja, Baut hanıs dikencangkan sesuai beban
aman maksimum yang dapat diberikan tanpa menyebabkan
perubahan benttik, misalnya bengkok. Metode yang dilakukan
adalah mengecek beberapa baut secara random menggunakan
kunci momen. Besar momen torsinya terlebih dahulu disetting
sesuai dengan diameter baut,

4. Slump Test

Pada proyek ini untuk pengendalian terhadap kualitas beton,


dilakukan uji slump terlebih dahulu sebelum melakukan
pengecoran Kegunaan uji slump ini untuk mengetahui nilai
slump test, yang diambil dari tingkat kekentalan pada beton
tersebut. Ketentuan dari nilai slump berkisar antara 8-12 cm,
jika nilai yang dihasilkan kurang dari 8 cm maka beton tersebut
menandakan terlalu padat sedangkan untuk nilai slump yang
dihasilkan lebih dari 12 cm maka beton tersebut menandakan
terlalu cair. Dalam pengujian di lapangan sebelum dilakukan
pengecoran hasil uji slump test yaitu 10 cm, berarti campuran
yang digunakan memiliki mutu yang baik.

5. Uji Kuat Tekan Beton

Uji kuat tekan beton dilakukan guna memastikan mutu beton


yang digunakan. Sampel diambil sebelum melakukan
pengecoran dan dimasukan kedalam tabung silinder dengan
diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm Sampel beton yang
berumur 7 hari, 14 hari, dan 21 hari akan dites dilaboratorium
untuk mengetahui kuat tekan beton. Hasil dari tes akan dilihat
pola retakan dan hasil kuat tekannya. Pengunjian kuat tekan
beton dilakukan di UPT Laboratorium Bahan Kontruksi
Pemerintah Kabupaten Berau. Pengendalian kualitas beton
dilaksanakan oleh team Quality Control dengan acuan-acuan
yang telah ditetapkan, dimana team ini akan mengawasi dan
memastikan setiap tahapan pelaksanaan dalam metode
pengecoran dilaksanakan dengan benar oleh para pelaksana
pekerjaan. Pengendalian kualitas beton berdasarkan aturan yang
berlaku sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-
2847-2002).

Frekuensi pengambilan sampel beton dan Evaluasi serta


penerimaan mutu beton berdasarkan kebutuhan dari pemilik
pekerjaan (refer to Owner Specification). Berikut ini tabel
pengendalian kualitas beton pada proyek pembangunan
Jembatan Callender Hamilton :

Tabel 2.1. Pengcndalian kualitas beton

Deskripsi SNI 03-2874-2002


Frekuensi pengambilan sampel I pasang sampel per 120 m3 beton, jumlah total benda uji
beton minimal 5 buah per mutu beton

Evaluasi dan penerimaan mutu - Rata-rata dari 3 nilai kuat tekan uji yang berurutan tidak
beton boleh ada yang kurang dari nilafc '

- Rata-rata dari 2 nilai kuat tekan uji yang berurutan tidak


boleh kurang dari nilaifc '-3,5 Mpa)

- Ketentuan untuk mutu beton dari benda uji yang dirawat


dilapangan, adalah tidak boleh kurang dari 85% kuat tekan
atau mutu beton yang dirawat di laboratorium

Tindakan jika mutu beton tidak Tindakan yang diambil jika terjadi hasil evaluasi terhadap uji
memenuhi syarat kuat tekan benda uji menunjukkan mutu beton tidak
memenuhi syarat :

- Analisis untuk menjamin bahwa tahanan swktur dalam


memikul beban masih dalam batas aman (analisa
kemampuan beban layan aktual)

- Jika analisis menunjukkan bahwa struktur berkurang


kekuatannya secara signifikan, dilakukan uji contoh beto
uji (coring) pada lokasi yang bermasalah, sebanyak
minimal 3 contoh uji beton inti pada tiap nilai yang
bermasalah.

Penerimaan mutu beton dari pengujian beton inti (coring),


dianggap memenuhi syarat apabila :

- tidak ada nilai hasil pengujian dengan beton inti yang


kurang dari (75%fc')

- tidak ada nilai kuat tekan rata-rata dari 3 sampel beton


inti yang kurang dari (85%fc')
Jika hasil dari pengujian beton inti (coring) masih tidak
memenuhi syarat, maka langkah yang bisa dilakukan :

- dilaksanakan Ilji beban jika diperintahkan oleh Pengawa


atau Perencana yang diatur dalam pasal 22 SNI 03-
28472002

- ditambah perkuatan pada struktur yang bermasalah, jika


memungkinkan dan diijinkan oleh Pengawas

- Struktur yang bermasalah dibongkar dan dicor ulang.

Sumber : PT. Bukaka Utama Teknik

2.6.2 Pengawasan Pekerjaan

Pengawasan pada proyek jembatan sungai kelay dilakukan


dengan melihat di lapangan apakah jumlah, ukuran ,dan panjang
besi sesuai dengan rencana dan melihat apakah kondisi
sambungan sudah benar terkait pekerjaan pembesian ini
dikerjakan oleh pelaksana lapangan pekerjaan pembesian inipun
dilakukan dekat dengan lokasi proyek, sehingga pekerjaan bisa
lebih cepat.

2.6.3 Laporan Pelaksanaan

Laporan didapat dari hasil pekerjaan harian yang telah


dilaksanakan. Biasanya laporan berisi tentang jumlah pekerja
alat yang dipakai dan bahan yang digunakan serta kemajuan
fisik proyek. Selain laporan harian ada juga laporan mingguan
dan bulanan. Laporan tersebut akan diserahkan ke pemilik
proyek untuk mengetahui progress proyek.

2.6.4 Rapat /Meeting


Rapat dihadiri Oleh kontraktor, konsultan pengawas dan pemilik
proyek. Biasanya rapat rutin diadakan seminggu sekali, bisa
juga diadakan rapat khusus (jika diperlukan) dengan tujuan
untuk mendiskusikan keputusan apabila terjadi suatu perubahan
dilapangan dan meminta persetujuan dari pemilik proyek.

2.6.5 Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya pada proyek bertujuan mengatur anggaran


yang dibutuhkan dalam suatu proyek supaya pengeluaran tidak
melebihi anggaran. Untuk menekan besarnya pengeluaran pada
proyek ada empat aspek yang perlu dilakukan pengawasan yaitu
bahan, alat, tenaga kerja dan waktu pelaksanaan pekerjaan (time
schedule) yang sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Aspek-
aspek tersebut sangat krusial dampaknya terhadap berjalannya
suatu proyek.

1. Bahan

Pemakaian bahan pada proyek diusahakan memanfaatkannya


seoptimal mungkin supaya tidak ada yang terbuang secara
cumacuma seperti contoh dalam pembuatan tulangan,
pemotongan dan pembengkokan dilakukan dengan efısien dan
diusahakan agar besi tidak ada yang tersisa.

2. Alat
Dalam pemakaian alat hanıs digunakan sebaik-baiknya supaya
alat tersebut tidak berhenti prodüksi dan hanıs disesuaikan
dengan pekerjaan yang ada. di proyek pembangunan jembatan
sungai kelay. pemakaian alat sudah optimal karena setiap alat
digunakan dengan baik pada saat jam kerja dan tidak ada alat
yang tidak beroperasi pada saat jam kerja.

3. Tenaga Kerja

Pemakaian tenaga kerja hanıs disesuaikan dengan volume


pekerjaan sehingga dapat dicapai kondisi yang optimal.Pada
proyek ini sudah ditinjau bahwa jumlah tenaga kerja yang
dipakai sesuai dengan pekerjaan yang dibuktikan dengan
ketepatan waktu pekerja saat maşuk, istirahat, dan tidak libur
saat hari kerja.

4. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Pengendalian waktu pada proyek ini adalah bagian dari


pengendalian proyek yang berupa penjadwalan pelaksanaan
pekerjaan supaya proyek tersebut bisa selesai tepat waktu,
supaya bisa melihat pekerjaan yang sudah terselesaikan maka
dibuat time schedule.Tjme schedule merupakan perencanaan
waktu tiap pekerjaan, yang berfungsi sebagai alat untuk
mengontrol pelaksanaan pekerjaan sehingga suatu pekerjaan
dapat diketahui waktu untuk memulai, menyelesaikan, dan
durasi waktu yang (libutuhkan pada pekerjaan serta pekerjaan
yang dapat dikerjakan secara bersamaan.

2.6.6 Kurva S

Kurva S dibuat agar dapat mengetahui situasi dan kondisi


perkembangan fisik proyek dan juga dapat mengetahui
pekerjaan yang mengalami keterlambatan atau kemajuan, baik
dari segi kedatangan material, alat, dan lain — lain. Kurva S ini
dibuat oleh kontraktor.

2.6.7 Permasalahan dan Pemecahan

Dalam sebuah proyek pasti mengalami masalah baik di lapangan


maupun di kantor. Hal ini dapat berdampak pada hasil pekerjaan
yang dilakukan, Beberapa masalah yang terjadi diproyek
adalah :

1. Cuaca

Cuaca merupakan faktor yang sangat menentukan pekerjaan


dapat berjalan atau tidak. Apabila hujan maka segala kegiatan di
lapangan berhenti, hal ini dikarenakan kondisi jalan di lapangan
tidak bisa dilewati karena licin. Karena selama proyek berjalan
sering terjadi hujan, maka pekerjaan sering dihentikan dan
akibatnya ada keterlambatan, berdasarkan hasil monitoring
cuaca, bisa diusulkan untuk tambahan waktu pelaksanaan.

2. Kerusakan Alat

Alat berat menjadikan semua pekerjaan jadi lebih cepat. Akan


tetapi kerusakan alat beratjuga akan menghambat pekerjaan.

3. Keselamatan Pekerja

keselamatan pekerja harus diperhatikan, hanya beberapa pekerja


yang menggunakan helm proyek,sepatu safety, sedangkan
pekerja ynng lainnya tidak menggunakan helm proyek, tidak
menggunakan rompi, tidnk menp,gunaknn seputu safety. Solusi
yang harusnya ambil yaitu dengan memperhatikan keselamatan
pekerja sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginknn
dalam pengerjaan proyek.
BAB III

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

3.1 Persiapan Alat

Alat merupakan salah satu faktor penting dalam berlangsung


proyek dengan adanya alat berat maka pekerjaan akan lebih mudah dan
cepat sehingga menghemat waktu dan biaya.

3.1.1 Persiapan Alat Pekerjaan Pemasangan Rangka Jembatan

1. Mobile Crane (Truck Crane)

Mobile Crane (Truck Crane) adalah crane yang terdapat


langsung pada mobile (Truck) sehingga dapat dibawa langsung
pada pada lokasi kerja tampa harus menggunakan kendaraan
(trailer). Crane ini memiliki kaki (pondasi/tiang) yang dapat
dipasangkan ketika beroperasi, ini dimaksukkan agar ketika
beroperasi crane menjadi seimbang.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 3.1 Mobile Crane

2. Lifting Gear
Lifting Gear adalah komponen atau peralatan yang
digunakan antara alat pengangkat dan beban atau untuk
memegang beban, Seperti Webbing Sling, Wire Rope Sling,
Chain Sling, Hook, Shackle, Lever Block, Chain Block, dll.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 3.2. Lifting Gear

3. Excavator

Excavator bcrfungsi sebagai penggcruk tanah, juga


mempunyai fungsi Iain yaitu dapat membantu mengangkat
atau menarik material yang lain. Excavator scndiri
mempunyai peran yang sangat vital dalam membantu proses
pelaksanaan proyek dan sangat serbaguna.
Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 3.3 Excavator

4. Winch

Winch adalah alat atau sebuah piranti yang digunakan untuk


menank beban secara horizontal. Winch mampu menarik beban
yang berbobot ratusan kilogram hingga puluhan ton.

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.4 Winch 10 ton

5. Truk

Truk disini berfungsi mengangkut material komponen jembatan


rangka baja dan juga komponen pendukung pekerjaan lainnya.
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 3.5 truck

6. Mesin Las

Mesin Las adalah mesin yang dapat menyambung besi menjadi


satu rangkaian utuh sehingga dapat membentuk sebuah bentuk
yang di inginkan atau butuhkan. Prinsip kerjanya adalah
dengan cara membakar besi atau menyambung dua bagian
logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.

7. Blender Potong

Blender potong adalah alat yang digunakan untuk memotong


besi, alat ini terdiri dari tabung lpg, tabung oksigen, cutting
torch, dan selangnya.

8. Tools erection

Tools erection adalah berbagai macang kunci dan alat untuk


membantu pemasangan rangka jembatan seperti : Kunci Shock
(M 20)

9. Hydraulic Jack

Hydraulic Jack adalah alat pendongkrak hidrolik yang dapat


mengangkat segala apa yang (lidongkraknya. Dcngan cara
mengumpulkan angin dan mcnckan cairan pada tabungnya.
Schingga membuat tabung dongkrak kcluar dcngan kapasitas
angkat tertentu.
10. Kunci Momen

Fungsi dari kunci momen ini adalah untuk mengukur


kekencangan baut / mur sesuai dengan spesifikasi kekencangan
yang telah ditentukan berdasarkan mułu atau kualitas mur dan
baut, sehingga baut / mur yang dikencangkan tadi tidak
kendor, tidak menyebabkan ulir menjadi dol maupun baut
menjadi patah. Pengaplikasian kunci momen ini biasanya ada
di tahap akhir dari proses mengencangkan baut setelah
sebelumnya dikencangkan dengan menggunakan kunci pass
maupun ring dengan menggunakan tangan biasa.

11. Total Station

Fungsi dari alat ini adalah untuk mengecek elevasi dari suatu
titik sebelum pekerjaan tersebut dilakukan. Total station
mampu bergerak secara horizontal dan juga secara vertikal ,
alat ini dilengkapi dengan 3 kaki penyangga yang biasa kita
kenal dengan sebutan tripod.
Sumber : Internet

Gambar 3.6 Pengecekan Elevasi rangka Jembatan

3.1.2 Persiapan Alat Pekerjaan Beton Bcrtulang Lantai Jembatan

1. Gerinda Potong

Gerinda berfungsi untuk mcmotong bcsi tulangan ataupun


bendrad agar lebih mudah di bandingkan jika memotong
dengan cara konvensional. pcmotong atau mata gcrgaji pada
gcrinda berbentuk lingkaran dengan bcntuk runcing di
ujungnya apabila ujung pada pemotong sudah mulai tumpul
maka harus segera diganti dengan dengan pemotong yang
baru.
2. Alat Pembengkok Besi

Alat ini berfungsi membengkokan besi tulangan agar sesuai


dengan desain rencana yang sudah di buat, alat yang digunakan
masih sederhana karena cara pengerjaan pembengkokan besi
masih secara konvensional. Alat ini terbuat dari sebuah balok
kayu yang pada ujungnya di beri besi tegak dengan panjang IO
cm, yang berguna sebagai tumpuan untuk membenkokan besi.

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.7 Alat Pembengkok Besi

3.Concrete Vibrator

Concrete Vibrator merupakan alat yang digunakan dengan


maksud supaya beton cair yang dituangkan pada bekesting
mengisi seluruh rongga yang ada. Dalam proyek pembangunan
jembatan Sungai kelay, pihak kontraktor memakai satu buah
concrete vibrator.
Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.8 Concrete Vibrator


4. Truck Mixer

Truck mixer merupakan truk yang digunakan untuk mengangkut beton cair
(ready mix) ke lokasi proyek. Rata — rata truck mixer yang digunakan
mempunyai kapasitas 6 m3, dengan sub kontraktor berasal dari PT. Tiga
Medali Berau Ready Mix

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.9 Truck Mixer

5. Concrete Pump

Fungsi Concrete pump atau dikenal juga dengan pompa beton, merupakan
salah satu alat berat yang dipakai, untuk konstruksi bangunan maupun jalan.
Fungsinya ialah, untuk memompa beton ready mix, dari molen atau mixer
truck ke lokasi, dimana pengecoran dilakukan.
Sumber : dokumcntasi pribadi

Gambar 3.10 Concrete Pump

6. Pompa Air /Alkon

Pompa air ini berguna sebagai pembcrsihan rangka jcmbatan dari tanah dan
kotoran yang mcnempel di rangka besi jembatan.

7. Tools (Palu, Gergaji, tang potong, dll)

Sebagai alat bantu perakitan tulangan lantai beton bertulang danjuga pekerjaan
bekesting.

8.Cetakan beton uji

Sebagai cetakan beton atau sampel untuk uji kuat tekan kekuatan beton, cetakan
berupa tabung silinder dengan diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm dan kubus
dengan panjang, lebar, dan tingginya 15 cm. Sample beton Yang berumur 7 hari, 14
hari, dan 21 hari akan dites dilaboratorium untuk mengetahui kuat tekan beton

9. Slump test

Alat bantu pengecekan kekentalan beton, Ketentuan dari nilai slump berkisar
antara 8-12 cm, jika nilai yang dihasilkan kurang dari 8 cm maka beton
tersebut menandakan terlalu padat sedangkan untuk nilai slump yang
dihasilkan lebih dari 12 cm maka beton tersebut menandakan terlalu cair.

Sumbcr : dokumentasi pribadi

Gambar 3.11, Slump Test

10. Gerobak Sorong (Arco)

Gerobak Sorong ( Arco ) adalah alat bangunan dengan roda satu yang
digunakan sebagai alat angkut barang atau material bangunan.
11. Genset

Genset atau yang merupakan singkatan dari Generator Set ini adalah sebuah
perangkat yang mampu menghasilkan daya listrik. genset ini merupakan
seperangkat atau gabungan antara Generator atau Alternator dan Engine yang
dapat digunakan sebagai Alat Pembangkit Listrik.

12. Lampu 1000 W

Sebagai penerangan dilokasi pekerjaan waktu malam hari. Biasanya digunakan


saat lembur.

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.13. Pekerjaan malam hari

13. Alat Pelindung Diri

Sebagai alat bantu melindungi diri atau pekerja saat di lokasi pekerjaan, antara
Iain : Saftey Helmet, Safèty Shoes, Body harness,Rompi dll

3.2 Bahan

Bahan utama dalam konstruksi yang digunakan päda proyek pembangunan

Jembatan Callender Hamilton antara Iain :

3.2.1 Rangka Baja Jembatan


1. Cross Girder

Box Girder sebagai penyalur beban di atas konstruksi jembatan ke bagian


bawah yang disebut abutment agar bisa diredam

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.14. Cross Girde

2. Rangka Utama

Rangka Utama berfungsi menerima gaya — gaya yang bekerja dari


komponen lantai- cross girder- stringer dan gaya gaya lain. Gaya gaya
lain ditahan oleh kekuatan profil yang digunakan.

Sumber ; dokumentasi pribadi

Gambar 3.16, Rangka Utnma


3. Bearing Post

Bearing Post atau Perletakan berfungsi menyalurkan seluruh gaya -gaya


dari struktur menuju abutment atau pilar yang kemudian diteruskan ke
pondasi.

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.19. Bearing Post

3.2.2 Lantai Jembatan

Tipe jembatan sungai kelay ini menggunakan parapet yang menjadi satu
dengan lantainya, dan dengan spesifikasi beton yang sama yakni beton
dengan mutu K350. Bahan materialnya antara lain

1. Air

Kebutuhan air yang digunakan berasal dari sungai kelay, yang terdapat
pada lokasi proyek, air pada pembangunan jembatan sungai kelay
berfungsi sebagai berikut:

a. Air sungai digunakan untuk perawatan beton agar suhu tetap terjaga
dan juga mcnjaga kadar air agar tetap stabil , air disedot dengan
pompa kemudian disiramkan ke area beton
b. Air sungai juga digunakan untuk membersihkan peralatan yang
digunakan, misalnya membersihkan bucket excavator yang selesai
digunakan untuk mengeruk tanah.

2. Ready Mix

Ready mix mełupakan beton jadi yang sudah siap untuk diaplikasikan
kedalam pekerjaan yang berada di lapangan.Fungsi ready mix pada
pekerjaan pembangunan jembatan Callender Hamilton digunakan untuk
semua pekerjaan pengecoran.

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.23. Batching Plant

3. Besi Baja

Besi baja yang digunakan harus memenuhi Standart Nasional (SNI)


sesuai dengan peraturan SNI 03-2487-2002, Besi baja digunakan
untuk penulangan lantai jembatan dan parapet jembatan. Besi baja
yang digunakan di Proyek Jembatan Callender Hamilton adalah jenis
ulir dengan ukuran D16 (diamctcr 16 mm)

4. Admixtures Beton
Admixture adalah bahan tambahan yang ditambahkan pada saat
pelaksanaan pcmbuatan beton di lapangan. Ada dua jcnis admixturcs
yang di pakai pada jcmbatan ini, yakni Superp/asticizer dan
SikaBond NV, Superp/asticizer tersusun atas asam sulfonat Yang
bcrfungsi mcnghilangkan gaya pcnnukaan pada partikel semen
sehingga lebih menyebar, melcpaskan air yang terikat pada kelompok
partikel scmen, untuk menghasilkan viskositas/kekentalan adukan
pasta semen atau beton segar yang lebih rendah, bahan ini digunakan
saat pengecoran menggunakan Concrete Pump. SikaBond NV adalah
bahan perekat dengan

bahan dasar emulsi polyvinil asetat. Ditambahkan ke semen untuk


menambah daya rekat antara beton lama dan baru.

Gambar 3.24. Superplasticizer

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.24. SikaBo,td NV

6. Beton Decking
Beton decking memiliki fungsi yang krusial yaitu guna memastikan
bahwa jarak antara pembesian dan selimut beton sudah sesuai dengan
perencanaan awal. Tanpa adanya beton decking, maka posisi besinya
turun bahkan telalu rapat dengan kulit luar selimut beton. Hal ini bisa
membuat besi yang mengembang membuat selimut beton retak dan
membahayakan hasil proyek konstruksi.

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Pekerjaan Pemasangan Jembatan Rangka

Perancah merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pemasangan


jembatan, dengan cara meneruskan seluruh gaya-gaya dan beban dari atas ke bawah.
Perancah tersebut dipasang untuk menahan gelagar jembatan yang telah dirangkai
persegmen. Pada pembangunan jembatan sungai kelay ini menggunakan perancah
pipa baja berdiameter 600 milimeter (mm) tebal 12 mm dan 300 mm tebal 8 mm.
Sumber : PT. Bukaka Utama

Gambar 4.1. Perangan jembatan Callender Hamilton


Pada tahapan pertama pekerjaan perancah ini menggunakan alat bantu yang di sebut
yakni tripod Winch dengan Drop Hammer 3 ton. Perancah I dan perancah 2 dipancang
menggunakan alat bantu ini sampai dihasilkan daya dukung tanah yang diinginkan, pada
proses pancang perancah ini tidak dilakukan metode kaledering.

pada pemasangan jembatan Callender Hamilton ini mengunakan alat bantu tripod winch
dengan Ladder (tinggi 10 m). dan seluruh sambungan atau joint pada jembatan ini
menggunakan baut. Adapun urutan pemasanganya adalah sebagai berikut :

l . meletakkan cross girder (A99-CG) dengan bearing post (A99-BP) di atas


Abutment Al dengan posisi dan ketinggian yang sesuai.

Sumber : Sketsa pribadi

Gambar 4.4. Perletakan Cross Girder

2. Memasang bottom chord (A99-BCl) yang dihubungkan di buhul cross girder


dan diletakan di atas perancah l .

3. Setelah bottom chord terpasang dikedua Sisi jembatan dengan posisi dan
elevasi yang sesuai, dilakukan pemasangan cross girder selanjutnya.
Sumber : Skctsa pribadi

Gambar 4.5. Pcmasangan Bottom Chord dan Cross Girder

4. pemasangan stringer dan plate deck pada setiap bentang, dilakukan pada
tahapan ini dengan seluruh bagiannya dibaut.

Sumber : Sketsa pribadi

Gambar 4.6. Pemasangan Stringer

5. Pemasangan dapat dilanjutkan dengan pemasangan batang diagonal (A99DGI)


terlebih dahulu, untuk kemudian diteruskan diagonal (A99-DG2) berikutnya.

Sumber : Sketsa pribadi


Gambar 4.7. Pemasangan Diagonal

6. Memasang end portal (A99-EP) bersama dengan bilhul dalam.

Sumber : Sketsa pribadi

Gambar 4.8. Pemasangan End Portal

7. maka untuk selanjutnya merakit sisa batang diagonal berpasangan berbentuk V


terbalik (A), dengan dibautkan bagian tersebut diantara pelat buhul batang
atas, dan dibautkan bagian bawahnya pada pelat ujung cross girder.

Sumber : PT. Bukaka Teknik Utama


Gambar 4.9. Rakitan Diagonal

8. Pemasangan dilanjutkan dengan pemasangan top chord diantara dua pasangan


diagonal.

Sumber : Sketsa Pribadi

Gambar 4.10. Pemasangan Top Chord

9. Pada urutan ke 7 di atas, dipasang pula batang ikatan angin atas atau bracing
dan bautkan pada tempatnya sehingga rangka batang akan membentuk frame
yang kaku.

10. Selanjutnya pemasangan dilakukan dengan cara yang sama hingga lengkap
membentuk satu rangkaian bentang rangka batang dari ujung perletakan yang
satu ke ujung perletakan yang satunya, dan juga bisa disisipkan pemasangan
pedestrian, railing dan komponen lainya.

12. memasang dan mengencangkan semua baut yang tersisa, hal ini bisa dikerjakan
selama berlangsungnya proses pemasangan. Pengencangan baut sesuai dengan
torsi pengencangan baut yang disarankan.
13. proses terakhir dalan pekerjaan pemasangan adalah uji kekencangan baut atau
torsi, Torsi yang pas harus diberikan pada sebuah baut untuk menjaga agar
baut tersebut tidak kehilangan tegangan dalam menahan/menyambung dua
atau lebih komponen struktur baja. Baut harus dikencangkan sesuai beban
aman maksimum yang dapat diberikan tanpa menyebabkan perubahan
bentuk, misalnya bengkok. Metode yang dilakukan adalah mengecek
beberapa baut secara random menggunakan kunci momen. Besar momen
torsinya terlebih dahulu di-setting sesuai dengan diameter baut. Baut yang
diuji padajembatan ini adalah baut heksagonal ukuram M 20, M 22, M 24.

Tabel 4.1. Beban aman maksimum baut (torsi)

Ukuran baut Kelas baut Beban aman maksimum (torsi)

M 20 F IOT 588

M 22 F IOT 716

M 24 F IO T 912

15. Setelah berita acara uji kekencangan baut disetujui dan mencapai torsi
yang diinginkan, Pipa perancah sudah tidak digunakan lagi. Pipa perancah ini
dipotong hingga mendekati permukaan dasar tanah, sehingga perletakan
jembutan berfungsi sebagaimana mestinya.
4.2 Pekerjaan Beton Bertulang Lantai Jembatan

Lantai jembatan berfungsi untuk menahan beban Yang bekerja dl atas jembatan secara
merata dan agar mendapat permukaan yang rata. Urutan pelaksanaan pekerjaan lantai
jembatan adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan bekisting lantai jembatan

Hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan bekesting ini adalah


menentukan lahan yang dipasangi bekesting, dengan menentukan lahan ini
akan ditemukan ukuran - ukuran untuk menentukan dimensi bekesting yang
dibuat dari kayu kaso dan multiplex. Ukuran bekesting ini bervariasi (Ian
beragam sesuai dengan dimensi lantai jembatan. Padajembatan ini bekesting
kayu dipasang pada keliling lantai jembatan termasuk parapetnya, karena pada
dasar lantai sudah terpasang plate (leck yang berfungsi sebagai bekesting
bawah Iantai jembatan. Setelah dibuat bekesting dilakukan pembersihan
lokasi dari segala macam kotoran (tanah, Sisa baut, Sisa potongan besi dan
Iain sebagainya). Komponen- komponen bekesting ini disiapkan dekat dengan
lokasi perakitan bekesting, hal ini juga sebagai pencegahaan dari salahnya
dimensi yang dibuat dan juga kurangnya kompenen perakitan bekesting.

Bekesting yang disiapkan bisa langsung dirakit dengan kuat dan tepat, tentu
setelah perakitan besting terscbut dilakukan pengecekan apakah letak dan
posisinya sudah sesuai.tahapan terakir pada pekerjaan bekesting adalah
mengolesi dengan pclumas bagian dalam bekisting yang akan dilapisi beton
basah, agar mudah untuk membuka dan menghasilkan beton keras yang bagus
dan tidak keropos.

2. Pelaksanaan pekerjaan pembesian


Langkah pertama dalam pekerjaan pembesian adalah menyiapkan material besi
tulangan yang sesuai dengan ukuran dan gambar yang sudah direncanakan.

Sumber : PT. Bakrie Metal Industries

Gambar 4.11. Tulangan lantai jembatan

Pada jembatan ini menggunakan besi ulir diameter 16 mm yang ukuran Panjang
dan bentuknya bervarisi, seperti pada lantai jembatan terdapat kode Dl 6-200,
mengartikan tulangan ini menggunakan besi ulir diameter 16 mm dengan jarak antar
besi 200 mm, banyaknya besi pada kode ini adalah 84 batang sepanjang 99 meter,
Sehingga jumlah besi yang digunakan pada kode ini adalah 84 x 9 = 756 batang,
dengan syarat sambungan besi 401) (40 x diamctcr besi). Proses pemotongan dan
pembengkokan besi di lakukan dekat dengan lokasi jembatan dengan maksud
memudahkan persiapan saat perakitan tulangan
Gambar 4.12. Lokasi Pembengkokan besi

Perakitan tulangan diikat dengan bendrat bersilangan bersilangan tumpang tindih,


dan diikat dengan kuat agara jarak dan ukuran tidak berubah dari desain yang
diinginkan.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4.13. Perakitan tulangan lantai jembatan

Untuk menjaga tebal selimut beton di sisipkan beton decking yang memiliki fungsi
yaitu guna memastikan bahwa jarak antara pembesian dan selimut beton sudah
sesuai dengan perencanaan awal, Tanpa adanya beton deck-ing, maka posisi besinya
turun bahkan telalu rapat dengan kulit luar selimut beton
Sumber : Internet

Gambar 4.14. Penempatan beton decking

Pada tulangan lantai jembatan ini juga ditambah kan besi penyangga antara tulangan
atas dengan tulangan bawah yang memiliki fungsi saya dengan beton decking yaitu
memastikan jarak antara tulangan atas dengan tulangan bawah sudah sesuai dengan
perencanaan awal.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4.15. Penempatan besi penyangga


Teknik plumbing pada jembatan ini menggunakan Pipe drain (A99-DR), Pipa
berdiameter 2,5 inchi atau sekitar 6,5 cm sebanyak 30 buah yang terpasang di Sisi
pinggir la jembatan denganjarak 6,6 meter antar Pipa. Proses terakhir pada pekerjaan
pembesian adalah pengecekan tulangan lantai jembatan apakah sesuai dengan gambar
design, baik ukuran diameter besi, jarak besi, jumlah rangkaian besi, jarak selimut beton dan
lain sebagainya.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4.16. Pengecekan tulangan lantai jembatan

Perakitan bekesting dilakukan setelah pengecekan tulangan lantai jembatan, tahapan


pct-tama perakitan bckcsting dilakukan pada Sisi luar lantai jembatan (menutup lantai
dan parapet). kayu yang bertumpu Perkuatan bekesting diikat (lengan bendrat dan
ditopang dengan balok pada rangka jembatan. Sehingga

pada saat pengccoran, bekcsting ini tidak mcngalami pcrubahan bentuk. Kerapatan
dan kekuatan bekesting pada jembatan ini sangat diperhatikan.

Tahapan kedua perakitan bekesting dilakukan pada Sisi dalam parapet jembatan
setelah pengecoran lantai jembatan selesai.
Sumber : Sketsa Pribadi

Gambar 4.17. Perakitan bekesting

Sebelum pengecoran lokasi rakitan pembesian dibersihkan dahulu dari segala kotoran,
seperti sisa bendrat, sisa potongan besi, sisa potongan kayu dan lain sebagainya

3. Pelaksanaan pekerjaan pengecoran

Pengecoran pada lantai jembatan ini dibagi menjadi dua : pengecoran plat lantai
jembatan dan parapet jembatan.

Pengecoran lantai jembatan sediri dibagi menjadi tiga tahap, tahapan pertama
dimulai dari abutment I sejauh ± 33 meter, tahapan kedua dimulai dari abutment
2 sejauh ± 33 meter, dan tahapan yang ketiga dibagian tengah jembatan. Hal di
dimaksudnya menjaga penurunan lendutan yang seimbang,

Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, terlebih dahulu dengan mempersiapkan


alat alat bantu dalam pengecoran seperti: concrete vibrator, saluran untuk beton
cair, kereta sorong, dan lain sebagainya. Perbedaan dari tahapan pengecoran ini
adalah penggunaan concrete pump, concrete pump digunakan di tahapan 2 dan
tahapan 3 dikarenakan jaraknya yang jauh dan mempunyai satu akses transportasi
yaitu dati aralı abutment l. Setelah semua peralatan telah siap, pekerjaan
pengecoran dimulai dengan mengecek kekentalan beton cair, Ketentuan dari nilai
slump berkisar antara 8-12 cm, jika nilai yang dihasilkan kurang dari 8 cm maka
beton tersebut menandakan terlalu padat sedangkan untuk nilai slump yang
dihasilkan lebih dari 12 cm maka beton tersebut menandakan terlalu cair. Dalam
pengujian di lapangan sebelum dilakukan pengecoran hasil uji slump test yaitu 10
cm, berarti campuran yang digunakan memiliki mutu yang baik.

Sumbcr : Dokunıentasi pribadi

Ganıbar 4.18, Slunıp Test

Pengambilan sampcl dilakukan per 20 m3 sebanyak 2 sampel. Setelah dilakukan uji


Slump dan pcngambilan sampel Beton, maka dilanjutkan dengan proses penuangan
material beton dari dalam tangki Truck Mixer ke lokasi pengecoran. Untuk proses
distribusi material beton dari Truck Mixer ke lokasi pengecoran pada tahapan ini
dilakukan dengan cara menggunakan talang.
Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4.19, Penuangan beton cair

Setelah material beton dituang ke dalam lokasi pengecoran saat itu juga dilakukan
pemadatan beton dengan menggunakan vibrator terutama di bagian bagian dinding dekat
bekisting agar tidak terdapat pori udara sehingga beton yang sudah jadi nantinya tidak
keropos. Pemadatan dengan vibrator dilakukan secukupnya dan tidak terlalu lama karena
apabila terlalu lama maka material beton menjadi tidak merata yaitu batu split akan
terkonsentrasi di bawah dan air semen akan banyak hilang karena mengalir di sela—sela
bekisting.

Setelah semua lokasi pengecoran terisi oleh material beton maka dilakukan finishing
untuk membentuk pennukaan dari beton baik kondisi rata secara horisontal maupun
yang ada sudutnya hal ini dimaksudkan agar pada saat selesai prengecoran dan proses
perawatan atau curing pada permukaan beton tidak terjadi retak maupun
keropos.

Sumber : Dokumentasi pribadi


Gambar 4.20, Finishing beton cair

Pekerjaan pengecoran lantai jembatan ini tidak selesai dikerjakan dalam satu waktu, sehingga
terdapat perbedaan waktu antara beton lama dan beton baru, untuk mengatasi hal ini dilakukan
pemberian bahan perekat, perekat yang digunakan dalam lantai jcmbatan ini adalah Sikabond
NV.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4.21, Pemberian Sikabond IVV

Pada saat pembongkaran bekisting apabila masih terdapat lokasi yang tidak rata atau
keropos segera ditutup menggunakan material grouting agar besi beton didalamnya terlindungi
dari korosi. Setelah •selesai proses pengecoran dan pembongkaran bekisting maka pennukaan
beton harus dijaga kelembabannya agar air semen pada beton tidak menguap dengan cara
disiram air secara kontinyu.
Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4,22, Curring

Pengecoran tahapan 2 dan 3 menggunakan concrete pump, concrete pump atau pompa beton
adalah alat yang digunakan untuk mendorong hasil cairan beton yang sudah diolah dari mixer
truck. Menggunakan Concrete Pump

akan memudahkan pekerja untuk melakukan pekerjaannya, dengan menggunakan


concrete pump hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih efektif pula dalam membantu
pekerja menyelesaikan pekerjaannya, pengoperasian dari pompa beton menggunakan
sistem hidrolik dan juga listrik. Prosesnya adalah dengan menggabungkan silinder
material yang dihubungkan dengan silinder hidrolik dan berputar secara bergantian.
Sumber : Dokumentasi pribadi

Tahapan pengeoran selanjutnya adalah pengecoran parapet lantai jembatan.


Pengecoran parapet ini menggunakan kereta sorong yang diberi jalur tangga untuk
dilewati oleh kereta sorong ini.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4.34. Pengecoran parapet lantai jembatan


Sampel — sampel lantai dan parapet jcmbatan diuji di UPT Laboratorium bahan kontruksi
Dinas Pekcrjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Berau. Berdasarkan ketentuan
penerimaan kualitas beton di SNI 2847 : 2013, disimpulkan bahwa hasil uji tekan lantai
jembatan adalah sebagai berikut:

l. Mutu beton lantai memenuhi persyaratan SNI 2847 : 2013

2. Nilai mutu beton terendah pada parapet adalah fc' 25.55 atau setara K307,
dalam perencanaan parapet tidak dimodelkan sebagai struktur utama
jembatan sehingga nilai tersebut masih dapat diterima untuk berfungsi
sebagai parapet

3. Dengan hasil di atas, maka Jembatan rangka A99 dapat digunakan untuk
loading test, karena mutu beton lantai telah memenuhi persyaratan SNI

2847 : 2013
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan kerja praktik pada proyek pembangunan Jembatan Ogan,


maka diperoleh kesimpulan dari hasil pengamatan selama di lokasi proyek.

Kesimpulan dari hasil pengamatan selama kerja praktik adalah sebagai berikut:

1. Prosedur pelaksanaan pekerjaan pierhead terdiri dari pemasangan lantai


kerja dan scaffolding, pekerjaan penulangan, pemasangan bekisting,
pengecoran pierhead, curing, pelepasan bekisting dan finishing.

2. Kendala yang terjadi saat pelaksanaan pekerjaan proyek adalah kesalahan


dalam pemasangan pembesian atas pierhead sehingga menyebabkan
tulangan baja tidak mencapai elevasi yang ditentukan, rusaknya alat berat
seperti concrete pump sehingga menghambat jadwal pengecoran, terjadinya
bekisting yang merenggang, kerusakan sarana transportasi kerja, dan
kurangnya pengawasan dan keamanan dalam proses pengerjaan

5.2 Saran

l. Mengenai terbatasnya alat pancang, seharusnya pihak kontrakator


mengusulkan alat atau design baru yang sesuai dengan situasi
dilapangan sehingga tidak waktu yang terbuang selama diskusi dan
perbedaan alat, bahan dan gambar kerja.

2. Tripod winch dengan ladder yang digunakan harusnya bisa di


upgrade kemampuannya menjadi ± 8 ton dengan menambahkan
kapasitas winch dan tripod yang digunakan. Sehingga segmen
perakitannya berbentuk segi tiga dan pekerjaan pemasangannya
menjadi lebih cepat.

3. Penggunaan Concrete pump harusnya bisa di optimalkan pada setiap


tahapan pengecoran lantai jembatan dan parapet jembatan, sehingga
proses pengecoran bisa lebih cepat selesai.

4. Mengenai keselamatan pekerja, pihak kontraktor harus tegas


memberitahukan para pekerja untuk tetap menggunakan
perlengkapan safety. Meskipun tidak terjadi kecelakaan, tetap harus
diingatkan agar mencegah hal-hal buruk seperti kecelakaan tenaga
kerja.

5. Pengawasan dalam pekerjaan proyek jembatan sungai kelay , sudah


sangat baik dan harus terus dijalankan karena setiap pekerjaa selalu
diawasi, dan selama pengamatan kami di lokasi proyek, ketika ada
barang yang kurang seperti misalnya paku atau bahan yang lain,
pihak kontraktor bisa langsung mengetahui dan membeli bahan
tersebut.

6. Rapat mingguan diadakan secara rutin, sehingga pihak kontraktor


bisa langsung mengatasi bila ada permasalahan yang dihadapi saat
pengerjaan proyek, dan juga bisa mengetahui progress dari pekerjaan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, H. N., 1983, Project Manajement, A willey-interscience publication, John


Willey & Son. Inc., Canada.

Budiadi, A., 2008. Desain Praktis Beton Prategang, Andi, Yogyakarta.

Departemen Pekerjaan Umum., 1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan


Jalan Raya, Jakarta.

Dipohusodo, Istimawan., 1996. Manajemen Proyek Konstruksi, Kanisius: Yogyakarta

Ervianto, Wulfram I. 2007. Manajemen Proyek Kostruksi (Edisi Revisi). Andi,


Yogyakarta.

Husen, Abrar. 2011. Manajemen Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengendalian Proyek.


Andi, Yogyakarta.

Nawy, Edward G., 2000. Prestressed Concrete, Third Edition, Prentice-Hall, New
Jersey, Terjemahan Bambang S., 2001, Beton Prategang: Suatu Pendekatan
Mendasar, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.
Soetoyo, Ir., 2011. Konstruksi Beton Pratekan, Nova, Bandung.

Bunga Islami Fortuna, K. S. ( 2021). Analisis Waktu Dan Biaya Perbandingan Erection
Box Girder Menggunakan Metode Crane Dan Launcher. Vol.18 No.2 Edisi Oktober,
Issn (Online) : 2655-2124.

Anda mungkin juga menyukai