Anda di halaman 1dari 32

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA (Ilmu Pengetahuan
Alam) yang menjelaskan mengenai gejala-gejala alam yang bersifat fisik yang
dapat dipelajari melalui pengamatan, eksperimen, serta teori (Kurniawan, H.
E., 2011: 27).
Kurniawan, E. S. (2011) menyatakan bahwa supaya pembelajaran
Fisika lebih bermakna, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran Fisika, yaitu :
(1). Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep,
atau prinsip dalam Fisika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa
melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. (2). Dalam setiap
pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi
prasyarat yang diperlukan. (3). Pendekatan pemecahan masalah
merupakan fokus dalam pembelajaran Fisika, yang mencakup masalah
tertutup (mempunyai solusi tunggal), dan masalah terbuka (masalah
dengan berbagai cara penyelesain) (hlm. 110-11).

Unsur terpenting dalam pembelajaran yang baik adalah 1) siswa yang


belajar, 2) guru yang mengajar, 3) bahan ajar, dan 4) hubungan antara guru dan
siswa. Beliau mengungkapkan pula bahwa yang terpenting dalam belajar Fisika
adalah siswa yang aktif belajar Fisika. Guru harus mampu mendorong siswa
untuk belajar Fisika secara mandiri. Selain itu, guru diharapkan mampu
menguasai bahan ajar yang digunakan, serta mengerti karakteristik dan
perkembangan siswanya dan dapat menyusun bahan ajar yang mudah dipahami
oleh siswa (Suparno, P., 2007: 2).

2. Pendekatan PAILKEM
PAILKEM merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik. PAILKEM bukan merupakan
commit to user
tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Pendekatan


PAILKEM memposisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana
belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa
sebagai peserta belajar yang harus aktif, inovatif, lingkungan dimanfaatkan
sebagai sumber belajar, kreatif, efektif dan menarik. Dalam proses
pembelajaran PAILKEM terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan
siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Dalam
suasana pembelajaran seperti itu, siswa tidak terbebani secara perseorangan
dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar, tetapi antar siswa
dapat saling bertanya, berdiskusi sehingga beban belajar bagi antar siswa sama
sekali tidak terjadi. Dengan strategi pembelajaran aktif ini, diharapkan akan
tumbuh dan berkembang segala potensi yang siswa miliki dan pada akhirnya
dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa (Uno & Mohamad, N., 2011: 10).
Aktif dalam konteks ini bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana yang mampu membuat siswa untuk bertanya,
mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Peran aktif siswa sangat
diperlukan dalam membentuk siswa yang kreatif, sehingga mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan dirinya sendiri.
Menarik atau menyenangkan merupakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan, sehingga siswa dapat memusatkan perhatian penuh pada
proses pembelajaran.
Selain itu, dalam suatu proses pembelajaran ada tujuan pembelajaran
yang harus dicapai. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran juga harus
efektif. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan saja, maka
pembelajaran tersebut hanya seperti sebuah permainan.

3. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan PAILKEM


Suparno, P. (2007: 2) menyatakan bahwa dalam belajar Fisika yang
terpenting adalah siswa yang aktif belajar Fisika dan guru harus mampu
mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

Tabel 2.1. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan PAILKEM


No PAILKEM Pembelajaran Fisika
1. Pembelajaran a. Menulis, berdiskusi dan berdebat
Aktif b. Memecahkan masalah
c. Mengajukan pertanyaan
d. Menjawab pertanyaan
e. Menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan,
f. Menganalisis
g. Mengevaluasi

2. Pembelajaran a. Melakukan sesuatu yang baru


Inovatif b. Pembelajaran dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan
dan kiri
c. Siswa berfikir kritis
d. Terampil dalam memecahkan masalah
e. Mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat untuk
memecahkan suatu permasalahan

3. Pembelajaran a. Konkret
Berbasis b. Memanfaatkan hal – hal yang ada di lingkungannya
Lingkungan menjadi sumber belajar
c. Memungkinkan siswa untuk berimajinasi

4. Pembelajaran a. Berfikir kritis


Kreatif b. Memecahkan masalah secara konstruktif
c. Memiliki ide/gagasan yang berbeda dengan teman yang lain
d. Berfikir konvergen (pemecahan masalah yang “benar” atau
“terbaik”)
e. Berfikir divergen (beragam alternatif pemecahan masalah)
f. Fleksibilitas dalam berfikir (melihat dari berbagai sudut
pandang)
g. Berfikir terbuka (mau menerima pendapat orang lain)

5. Pembelajaran a. Siswa menguasai konsep Fisika dengan baik


Efektif b. Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah
sederhana
c. Siswa menghasilkan produk tertentu
d. Siswa termotivasi untuk giat belajar

6. Pembelajaran a. Pembelajaran dapat dinikmati siswa


Menarik b. Siswa merasa aman, nyaman dan asyik dalam belajar
c. Mendorong siswa untuk ingin tahu dan berupaya mencari
tahu
d. Pembelajaran berlangsung secara interaktif, dinamis,
menggembirakan, atraktif dan menimbulkan inspirasi
commit to user
e. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Tabel 2.1. menunjukkan kriteria pembelajaran yang menggunakan


pendekatan PAILKEM. Pembelajaran Fisika dapat dilaksanakan dengan
pendekatan PAILKEM diharapkan mampu membuat siswa belajar secara
mandiri dan aktif dalam belajar Fisika.
Pembelajaran aktif dalam pembelajaran Fisika mampu mengaktifkan
guru maupun siswa secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual.
Guru menciptakan suasana untuk membuat siswa bertanya, membangun
gagasan dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman.
Misalnya, ketika guru Fisika masuk ke dalam kelas untuk menjelaskan
mengenai sumber arus listrik, guru tersebut membawa buah jeruk dan kulit
pisang ke dalam kelas tanpa memberi tahu siswa terlebih dahulu. Hal ini akan
menimbulkan pertanyaan kepada siswa kenapa sang guru membawa sampah
(kulit pisang) ke dalam kelas.
Pembelajaran inovatif sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran
Fisika, karena mampu menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri. Salah
satunya ketika melaksanakan praktikum rangkaian seri dan parael, siswa diberi
kesempatan membuat rangkaian seri pararel sesuai dengan keinginan mereka
dan sesuai dengan kreatifitas mereka.
Pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai suumber belajar
dan tempat belajar sangat diperlukan dalam pembelajaran Fisika. Proses
pembelajaran Fisika tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Misalnya, siswa
diberikan tugas mencari sumber arus listrik dari sampah-sampah yang ada di
sekitar mereka.
Pembelajaran kreatif sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
Fisika. Siswa diberi kebebasan dalam menyelesaikan masalah/soal Fisika
dengan cara mereka sendiri tidak hanya sesuai dengan contoh yang diberikan
guru. Selain itu, siswa mampu berfikir terbuka dalam menerima masukan dari
teman maupun guru ketika menyelesaikan masalah/soal yang diberikan.
Misalnya, dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan hukum kirchoff
siswa diberi kebebasan untuk memilih arah arus sesuai dengan keinginan
commit to user
mereka, sehingga ada variasi penyelesaian soal di dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mencapai sasaran atau


mencapai indikator yang telah ditetapkan. untuk mengetahui keefektifan pada
proses pembelajaran Fisika, maka di setiap akhir pembelajaran dilakukan
evaluasi baik tes lisan maupun refleksi atau renungan yang dilakukan oleh guru
dan siswa.
Pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran Fisika sangat
diperlukan karena Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup
ditakuti siswa. Proses pembelajaran tidak hanya diselingi dengan lelucon
maupun banyak bernyanyi saja, namun pembelajaran dapat dinikmati oleh
siswa, sehingga mampu menimbulkan dorongan keingintahuan yang disertai
upaya mencari tahu tentang materi Fisika yang telah diajarkan.

4. Pengembangan Buku Ajar pada Materi Pokok Listrik Dinamis


a. Pengertian Bahan Ajar
Sumber belajar dan bahan ajar seringkali diartikan sebagai hal yang
sama, padahal keduanya tidak sama. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Prastowo (2011)
Sumber belajar adalah segala sesuatu (benda, data, fakta, ide, orang,
dan lain sebagainya) yang bisa menimbulkan proses belajar.
Sedangkan bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat,
maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan
digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pendidikan (hlm. 31).

Prastowo mengklasifikasikan bahan ajar berdasarkan beberapa


kriteria, di antaranya menurut bentuk, cara kerja, dan sifat. Menurut
bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi (1). bahan cetak (printed), (2).
bahan ajar dengar atau program audio, dan (3). bahan ajar interaktif
(interactive teaching materials). Sedangkan menurut cara kerjanya, bahan
ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1). bahan ajar yang tidak
diproyeksikan, (2). bahan ajar yang diproyeksikan, (3). bahan ajar audio,
(4). bahan ajar video, dan (5). bahan ajar (media) komputer. Menurut
commit to user
sifatnya, bahan ajar dibagi menjadi empat macam, yaitu (1). bahan ajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

berbasis cetak, (2). bahan ajar yang berbasis teknologi, (3). bahan ajar yang
digunakan untuk praktik atau proyek, dan (4) bahan ajar yang dibutuhkan
untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan
jarak jauh), misalnya telepon (2011: 40-43).
Bahan ajar sekolah merupakan sarana untuk mengkomunikasikan
ilmu pengetahuan, berarti bahan ajar yang digunakan di sekolah baik
oleh guru maupun siswa harus jelas, lengkap, akurat, dan dapat
mengkomunikasikan informasi, konsep, serta pengetahuan
proseduralnya. Dengan demikian setiap bahan ajar harus memiliki
standar yang sesuai dengan tujuan dari buku pelajaran tersebut, yaitu
sesuai dengan jenjang pendidikan, psikologi perkembangan siswa,
kebutuhan dan tuntutan kurikulum, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Ariyanti, 2011: 22).

Menurut Prastowo (2011), sebuah bahan ajar paling tidak


mencakup antara lain : “1) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru), 2)
Kompetensi yang akan dicapai, 3) Isi materi pembelajaran, 4) Informasi
pendukung, 5) Latihan-latihan, 6) Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar
Kerja (LK), & 7) Evaluasi” (hlm. 28).
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut bahan ajar merupakan
suatu bahan (informasi, alat, atau teks) yang digunakan peserta didik dalam
proses pembelajaran yang disusun secara sistematis dan memiliki standar
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, tuntutan kurikulum, psikologi
perkembangan peserta didik, lingkuan peserta didik, serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Pengembangan Bahan Ajar
Secara umum model penelitian pengembangan memiliki beberapa
kesamaan. Sugiyono menyatakan langkah-langkah penelitian dan
pengembangan meliputi : potensi dan masalah, pengumpulan data, desain
produk, validasi desain, revisi desain, ujicoba produk, revisi produk, ujicoba
pemakaian, revisi produk, dan produksi masal (2010: 409).
Model yang sering digunakan dalam penelitian dan pengembangan
bahan ajar seperti modul, LKS, dan buku ajar diantaranya menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

model 4D. Model 4D (Define, Design, Development, and Dissemination)


dikembangkan oleh Thuagarajan (1974) (Mulyatiningsih, E., 2012: 195).
Empat tahapan dalam penelitian dan pengembangan menggunakan
model pengembangan 4D dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Define (Pendefinisian)
Tahap pendefinisian dalam pengembangan bahan ajar (modul, buku,
LKS) dilakukan dengan cara :
(a). Analisis kurikulum, pada tahap awal peneliti perlu mengkaji
kurikulum yang berlaku pada saat ini. Dalam kurikulum ada
kompetensi yang ingin dicapai. Analisis kurikulum berguna untuk
menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan
dikembangkan. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak
semua kompetensi yang ada dalam kurikulum dapat disediakan
bahan ajarnya. (b). Analisis karakteristik peserta didik, seperti
layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus mengenali
karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar. Hal
ini penting karena semua proses pembelajaran harus disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik
antara lain : kemampuan akademik individu, karakteristik fisik,
kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, latar belakang
ekonomi dan sosial, pengalaman belajar sebelumnya, dsb. Dalam
kaitannya dengan pengembangan bahan ajar, karakteristik peserta
didik perlu diketahui untuk menyusun bahan ajar yang sesuai
dengan kemampuan akademiknya, misalnya: apabila tingkat
pendidikan peserta didik masih rendah, maka penulisan bahan ajar
harus menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana yang mudah
dipahami. Apabila minat baca peserta didik masih rendah maka
bahan ajar perlu ditambah dengan ilustrasi gambar yang menarik
suapaya peserta didik termotivasi untuk membacanya. (c). Analisis
materi, dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang
perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan
dan menyusunnya kembali secara sistematis. (d). Merumuskan
tujuan, tentunya sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran
dan kompetensi yang hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih
dahulu. Hal ini berguna untuk membatasi peneliti supaya tidak
menyimpang dari tujuan semula ada saat mereka sedang menulis
bahan ajar (Mulyatiningsih, E.,2012: 196-197).

2). Design (Perancangan)


Pada tahap ini, dilakukan pembuatan buku ajar sesuai dengan kerangka
commit to user
isi hasil analisis kurikulum dan materi. Sebelum melanjutkan pada tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

selanjutnya, rancangan produk buku ajar perlu divalidasi. Validasi


dilakukan oleh teman sejawat, dosen dari bidang studi atau keahlian yang
sama. Hasil validasi tersebut, kemudian diperbaikai sesuai dengan saran
validator (Mulyatiningsih, E., 2012: 197).
3). Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan
buku ajar kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan
peserta didik yang akan menggunakan buku ajar tersebut. Hasil
pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga buku ajar tersebut
benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna (Mulyatiningsih, E.,
2012: 198).
4). Disseminate (Penyebarluasan)
Tahap dissemination dilakukan dengan sosialisaisi bahan ajar melalui
pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta didik.
Pendistribusian bertujuan untuk memperoleh respons, umpan balik
terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Jika respon sasaran
penguna bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan dalam
jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan oleh
sasaran yang lebih luas (Mulyatiningsih, E., 2012: 199).
Menurut Prastowo (2011: 50), langkah-langkah utama pembuatan
bahan ajar terdiri atas tiga tahap yang meliputi :
a) Melakukan Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
Analisis kebutuhan bahan ajar merupakan suatu proses awal yang
dilakukan dalam penyusunan bahan ajar. Ada tiga tahapan, yaitu analisis
terhadap kurikulum, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta
judul bahan ajar (Prastowo, 2011: 50).
b) Menyusun Peta Bahan Ajar.
Menurut Diknas (2004) ada tiga kegunaan penyusunan peta kebutuhan
bahan ajar, yakni mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis,
mengetahui sekuensi atau urutan bahan ajar (hal ini sangat diperlukan
commit
dalam menentukan prioritas to user dan menentukan sifat bahan ajar
penulisan),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

(terdiri dari bahan ajar yang bersifat dependent dan independent) (


Prastowo, 2011: 63).
c) Memahami Struktur Bahan Ajar
Setiap bahan ajar memiliki struktur yang berbeda-beda. Secara umum,
ada tujuh komponen dalam setiap bahan ajar, yaitu judul, petunjuk
belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung,
latihan, tugas atau langkah kerja dan penilaian (Prastowo, 2011: 65).

Pengembangan bahan ajar dengan menggunakan model 4D


meliputi define (pendefinisian), dalam tahap ini dilakukan analisis
kurikulum, analisis karakteristik peserta didik, analisis materi, serta
merumuskan tujuan. Kedua, tahap design (perancangan) yaitu melakukan
pembuatan bahan ajar sesuai hasil analisis yang telah dilakukan, kemudian
divalidasi untuk bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya. Ketiga, tahap
develop (pengembangan) dengan melakukan pengujian isi dan keterbacaan
bahan ajar kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan diuji
kepada peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar tersebut. Tahap
terakhir dari model 4D yaitu disseminate (penyebarluasan) yaitu dengan
pendistribusian bahan ajar dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta
didik.
c. Pengertian Buku Ajar
Buku ajar atau buku teks pelajaran merupakan salah satu jenis
bahan ajar cetak selain handout dan modul. Buku ajar merupakan bahan ajar
yang banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Buku adalah bahan tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas
yang dijilid dan diberi kulit (cover), yang menyajikan ilmu
pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya.
Sementara buku teks pelajaran adalah buku yang berisi ilmu
pengetahuan, yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang
dalam kurikulum, di mana buku tersebut digunakan oleh peserta didik
untuk belajar (Prastowo, 2011: 168).

Buku teks sendiri terbagi menjadi dua, yaitu buku teks utama dan
commit to user
buku teks pelengkap. Buku teks utama berisikan bahan-bahan pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

suatu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok untuk peserta didik
dan pendidik sendiri. Sedangkan buku teks pelengkap merupakan buku yang
sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama
(Prastowo, 2011: 168).
Keberadaan buku teks merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran dalam suatu instansi pendidikan. Hal ini
dibuktikan dengan pemakaian buku teks pelajaran di setiap instansi
pendidikan mulai dari jenjang paling rendah hingga jenjang paling tinggi.
Fungsi, tujuan dan kegunaan dari penggunaan buku teks sendiri
menurut Nasution (1997) di antaranya :
(1). Fungsi Buku Teks Pelajaran.
Beberapa fungsi buku teks diantaranya: (a) sebagai bahan
referensi atau bahan rujukan oleh peserta didik, (b) sebagai bahan
evaluasi, (c) sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan
kurikulum, (d) sebagai salah satu penentu metode atau teknik
pengajaran yang akan digunakan pendidik, dan (e) sebagai sarana
untuk peningkatan karier dan jabatan.
(2). Tujuan Buku Teks Pelajaran
Tujuan buku teks sendiri diantaranya: (a) memudahkan pendidik
dalam menyampaikan materi, (b) memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari
pelajaran baru, dan (c) menyediakan materi pembelajaran yang
menarik bagi peserta didik.
(3). Kegunaan Buku Teks Pelajaran
Beberapa kegunaan dari buku teks diantaranya: (a) membantu
pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun
berdasarkan kurikulum yang berlaku, (b) menjadi pegangan guru
dalam menentukan metode pengajaran, (c) memberi kesempatan
bagi peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari
pelajaran baru, (d) memberikan pengetahuan bagi peserta didik
maupun pendidik, (e) menjadi penambah nilai angka kredit untuk
mempermudah kenaikan pangkat dan golongan bagi pendidik,
serta (f) menjadi sumber penghasilan, jika diterbitkan. (Prastowo,
2011: 169-170)

Buku teks pelajaran tentunya memiliki karakteristik tertentu.


Menurut Prastowo (2011: 170) beberapa karakteristik tersebut di antaranya:
(1). Secara formal, buku teks pelajaran diterbitkan oleh penerbit
tertentu dan memiliki ISBN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

(2). Penyusunan buku teks pelajaran memiliki dua misi utama, yaitu
optimalisasi pengembangan pengetahuan deklarasi dan
prosedural, serta pengetahuan tersebut harus menjadi target utama
dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah.
(3). Buku teks pelajaran dikembangkan oleh penulis dan penerbit
buku tertentu sesuai dengan ketentuan Departemen Pendidikan
Nasional. Ketentuan tersebut diantaranya: (a) buku pelajaran
harus mengikuti kurikulum pendidikan nasional yang sedang
berlaku, (b) berorientasi pada keterampilan proses dengan
menggunakan pendekatan kontekstual, teknologi masyarakat,
serta demmonstrasi dan ekperimen, serta (c) memberikan
gambaran secara jelas tentang keterpaduan atau keterkaitan
dengan disiplin ilmu lainnya.
(4). Buku teks memiliki beberapa keuntungan bagi pendidik dan
peserta didik, seperti diungkapkan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka buku ajar


merupakan buku yang berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi
tertentu yang disusun secara sistematis dan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku serta digunakan sebagai buku pokok untuk peserta didik.
d. Struktur Buku Ajar
Buku sebagai bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan
yang disusun secara sistematis, tentunya memiliki struktur tertentu.
Struktur buku ajar meliputi judul, kompetensi dasar atau materi
pokok, informasi pendukung, latihan, dan penilaian (Prastowo, 2011: 172).
Berikut penjelasan masing-masing struktur
(1). Judul
Judul sebuah buku sangat diperlukan sebagai identitas dari buku
ajar itu sendiri
(2). Kompetensi Dasar atau Materi Pokok
Suatu bahan ajar harus mencantumkan standar kompetensi,
kompetensi dasar, maupun indikator pencapaian hasil yang harus
dicapai oleh peserta didik. Materi yang disampaikan dalam buku
ajar hendaknya sesuai dengan kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam kurikulum.
(3). Informasi Pendukung
Informasi tambahan merupakan berbagai informasi yang dapat
melengkapi buku ajar, sehingga peserta didik semakin mudah
dalam menguasai pengetahuan yang diperoleh.
(4). Latihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Latihan merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada


peserta didik untuk melatih kemampuannya setelah mempelajari
buku ajar. Dengan demikian, kemampuan yang dipelajari peserta
didik akan semakin terasah dan dikuasai secara matang.
(5). Penilaian atau Evaluasi
Penilaian diberikan kepada peserta didik untuk mengukur
seberapa jauh penguasaan kompetensi yang berhasi dikuasai oleh
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Penilaian ini
berupa pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang disampaikan di
dalam buku ajar. Dengan demikian, dapat diketahui efektivitas
buku ajar yang dibuat maupun proses pembelajaran yang
diselenggarakan.

Buku ajar memiliki struktur tertentu meliputi judul, kompetensi


dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan serta dilengkapi
dengan latihan atau evaluasi.
e. Langkah-Langkah Pengembangan Buku Ajar
Kaidah umum dalam penyusunan buku ajar menurut Surahman
(2010) yaitu, 1) buku tidak boleh menganggu ketentraman sosial, 2) buku
tidak boleh mengandung unsur SARA, 3) buku tidak boleh menjadi bahan
pro-kontra antara beberapa etnis, golongan, ras, suku bangsa, budaya,
ataupun agama, serta 4) buku harus bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya (Prastowo, 2011: 174).
Setiap buku ajar harus memenuhi standar-standar tertentu. Menurut
Muhammad (2010) standar penilaian dirumuskan dengan melihat tiga aspek
utama, yaitu materi, penyajian, dan bahasa atau keterbacaan (Prastowo,
2011: 175).
Standar materi dalam buku ajar meliputi kelengkapan materi,
keakuratan materi, kegiatan yang mendukung materi, kemutakhiran
materi, upaya untuk meningkatkan kompetensi peserta didik,
pengorganisasian materi mengikuti sistematika keilmuan, materi
mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir, materi
merangsang peserta didik untuk melakukan inquiry, serta penggunaan
notasi, simbol dan satuan. Adapun standar penyajian dalam buku teks
pelajaran meliputi organisasi penyajian umum, organisasi penyajian
per bab, penyajian mempertimbangkan kebermaknaan dan
kebermanfaatan, melibatkan peserta didik secara aktif,
mengembangkan proses pembentukan pengetahuan, tampilan umum,
commit to userinformasi, meningkatkan kualitas
variasi dalam cara penyampaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

pembelajaran, anatomi buku pelajaran, memperhatikan kode etik dan


hak cipta, serta memperhatikan kesetaraan gender dan kepedulian
terhadap lingkungan. Sementara itu, standar bahasa atau keterbacaan
dalam buku teks pelajaran meliputi penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, peristilahan mematuhi EYD, kejelasan bahasa
yang digunakan, kesesuaian bahasa, dan kemudahan untuk dibaca
(Prastowo, 2011: 175).

Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Diknas,


2004), dikatakan bahwa sebuah buku dimulai dari latar belakang penulisan,
definisi atau pengertian dari judul yang dikembangkan, penjelasan ruang
lingkup pembahasan dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas,
contoh-contoh yang diperlukan, hasil penelitian, data dan interpretasinya,
serta berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan (Prastowo, 2011: 176).
Menurut Prastowo (2011) ada delapan langkah yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan buku ajar, sebagaimana diuraikan
sebagai berikut :
1) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum meliputi analisis kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi dasar dijabarkan
lagi ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil belajar dan materi
pokok. Kemudian disusun peta buku ajar untuk menentukan materi yang
diperlukan untuk menyusun materi pokok (Prastowo, 2011: 176).
2) Judul Buku yang Ditulis Sesuai dengan Standar-Standar
Kompetensi
Penentuan judul setiap bab, disesuaikan dengan materi pokok. Sedangkan
judul buku ajar disesuaikan dengan mata pelajaran (Prastowo, 2011:
177).
3) Merancang Outline Buku
Pembuatan outline buku diperlukan supaya isi lengkap, mencakup
seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.
Berdasarkan pernyataan Prastowo (mengutip simpulan DePorter, 2009)
ada dua strategi yang bisa digunakan untuk mengatur gagasan yang akan
commit to user
dituliskan, yaitu : peta pikiran dan strategi kerangka. Peta pikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

digunakan untuk menata dan menghubungkan apa yang ingin dituliskan.


Membuat peta pikiran dalam menyusun buku ajar dimulai dengan
menelusuri serta mengidentifikasi berbagai materi pokok dan materi-
materi penjelas yang akan ditulis. Sedangkan strategi kerangka
digunakan untuk membantu membangun paragraf supaya tersusun secara
rapi, membangun ide penulis, dan menuntun peserta didik menjelajahi
tulisan dalam buku ajar. Sebuah paragraf yang kuat mengandung ide
utama, detail, contoh dan kesimpulan (2011: 178).
4) Mengumpulkan Referensi sebagai Bahan Penulisan
Referensi yang digunakan sebagai dasar penulisan buku ajar hendaknya
referensi yang relevan. Misalnya, buku ilmiah, jurnal penelitian, surat
kabar, majalah, laporan-laporan hasil penelitian, internet, dan sebagainya.
Perlu diingat pula, dalam penulisan sumber referensi tertentu, harus
disebutkan sumber buku tersebut dalam buku ajar (Prastowo, 2011: 182).
5) Menulis Buku Ajar
Berdasarkan pernyataan Prastowo (mengutip simpulan DePorter, 2009)
bahwa ada dua strategi untuk menfokuskan tulisan dalam buku ajar dan
menjadikan poin utama yang digunakan untuk menulis buku ajar. Kedua
strategi tersebut adalah target dan draft. Target merupakan sebuah
singkatan, yaitu huruf “T” mewakili kata Time (waktu), “A” mewakili
kata Audience (pembaca), “R” mewakili kata Reason (alasan), “G”
mewakili kata Goal (tujuan), “E” mewakili kata Exitement (semangat),
dan “T” mewakili kata Tone (nada) (2011: 183). Adapun cara kerja dari
strategi ini dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Cara Kerja Strategi TARGET


Strategi Cara kerja
Time (waktu) Membuat batasan waktu. Sebagai ukuran,
banyak penulis buku professional bekerja
selama 50 menit dan beristirahat selama 10
menit.
Audience (pembaca Memutuskan siapa yang diajak bicara dan
atau peserta didik) menulislah untuk mereka.
commit to user
(Sumber : Prastowo, 2011: 184)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Tabel 2.2. Cara Kerja Strategi TARGET (lanjut)


Reason (alasan) Membuat tulisan yang dibuat bermanfaat untuk
orang lain.
Goal (tujuan) Menentukan tujuan yang ingin dicapai dengan
adanya buku ajar yang dibuat.
Exitement (semangat) Menanyakan pada diri kita, apa yang membuat
kita bersemangat mempelajari buku ajar ini dan
mengerjakan latihan dalam buku ajar.
Tone (nada) Memikirkan perasaan yang ingin ditimbulkan
dalam diri peserta didik saat mereka membaca
tulisan kita.
(Sumber : Prastowo, 2011: 184)

Setelah menyusun fokus tulisan dengan strategi target, langkah


berikutnya adalah menuliskan draft. Penulisan draft merujuk pada peta
pikiran atau kerangka paragraf yang sudah dibuat sebelumnya. Kemudian
setelah draft dari peta pikiran dan kerangka paragraf selesai dibuat,
sebaiknya diperbaiki menggunakan lima teknik merevisi draft seperti
yang dikemukakan oleh DePorter yang telah dirangkum oleh Prastowo
(2011) sebagai berikut : (a) menggunakan bahasa yang alami, (b) suara
aktif, (c) kata kerja yang digunakan aktif kuat, (d) bahasa yang digunakan
spesifik, (e) jelas, singkat, dan sederhana (186).
6) Mengevaluasi Draft Buku Ajar Awal
Menurut DePorter ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam
mengevaluasi hasil draft tulisan buku ajar, diantaranya : (a) Akurasi, (b)
detail dan contoh, serta (c) kesempatan memoles tulisan (Prastowo, 2011:
187).
7) Memperbaiki Tulisan Menjadi Menonjol
Beberapa langkah yang dapat digunakan dalam memperbaiki tulisan
supaya menjadi menonjol yaitu dengan (a) menciptakan gambaran
kepada pembaca tentang isi buku ajar dengan menggunakan bahasa
deskriptif, (b) mengambarkan pengalaman dan pengetahuan dalam
bentuk tulisan, (c) menggunakan ungkapan, pengejawantahan, aliterasi,
dan kiasan, (d) menggunakan klise atau ungkapan biasa yang digunakan
commit
secara berulang (Prastowo, 2011:to189).
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

8) Memberikan Ilustrasi Gambar, Tabel, Diagram, secara


Proporsional
Adanya ilustrasi gambar, tabel, diagram dan sejenisnya secara
proporsional akan mendukung penjelasan materi yang disajikan dalam
buku ajar. Namun, harus diingat dalam penyajian tidak menampilkan
gambar yang berbau SARA, bias gender, ataupun rasisme (Prastowo,
2011: 190).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
langkah yang perlu diperhatikan dalam pengembangan buku ajar
diantaranya dengan menganalisis kurikulum, menentukan judul buku yang
sesuai dengan materi yang disampaikan, membuat outline buku,
mengumpulkan referensi yang akan digunakan sebagai sumber penulisan
buku, menulis buku, mengevaluasi buku ajar yang telah dibuat,
memperbaiki tulisan menjadi lebih menonjol sehingga pembaca bisa
memahami dan tulisan terlihat lebih hidup serta dengan memberikan
ilustrasi atau gambar, tabel, diagram di dalam buku ajar secara proporsional.
f. Materi Pokok Listrik Dinamis
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi
Listrik Dinamis untuk SMK ada di kelas XII semester I. Namun,
berdasarkan kurikulum 2013 materi Listrik Dinamis disampaikan pada
SMK kelas XI semester I. Materi Listrik Dinamis mengandung konsep
abstrak, sulit untuk divisualkan, dan memiliki kompleksitas yang cukup
tinggi. Biasanya pembelajaran materi ini dilakukan dengan cara
konvensional yaitu pembelajaran yang menekankan pada metode
demonstrasi, eksperimen yang berbasis verifikasi dan ceramah dengan
pendekatan prinsip Fisika dan Matematika. Model pembelajaran ini dapat
mengakibatkan suatu situasi di mana siswa tidak dilatih untuk
mengembangkan keterampilan berfikir intelektual seperti mengajukan
pertanyaan, memecahkan permasalahan, dan menentukan jawaban yang
berawal dari keingintahuan peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

Kompetensi dasar materi Listrik Dinamis dalam kurikulum 2013


adalah mengevaluasi prinsip kerja peralatan listrik searah (DC) dalam
kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep Listrik Dinamis yang dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kuat Arus Listrik (I)
Kuat arus listrik didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik yang
mengalir melalui penampang suatu penghantar tiap satuan waktu. Arah
aliran arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron.

e- e- e-
+ I + I + I
e- e- e-
+ I + I + I

(a)

Peralatan
listrik

Arus listrik
Aliran
(I)
elektron

+-

(b)

Gambar 2.1. (a) Arah Arus Listrik (I) dari Potensial Tinggi ke
Potensial Rendah, sedangkan Aliran Elektron
(Muatan Negatif) dari Potensial Rendah ke Potensial
Tinggi. (b) Arus Listrik dalam Rangkaian Tertutup.

Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus
listrik (I) adalah

dengan :
commit to user
I = kuat arus listrik (ampere atau A)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Q = muatan listrik (coulomb atau C)


t = waktu (sekon atau s)
Menurut konvensi, arus listrik dianggap searah dengan aliran muatan
positif. Konvensi ini ditetapkan sebelum diketahui bahwa elektron-
elektron bebas yang muatannya negatif adalah partikel-partikel yang
sebenarnya bergerak dan akibatnya menghasilkan arus listrik pada suatu
kawat penghantar. Gerakan dari elektron-elektron bermuatan negatif
dalam satu arah ekivalen dengan aliran muatan positif yang arah
geraknya berlawanan. Jadi, elektron-elektron bergerak dalam arah yang
berlawanan dengan arah arus listrik.
2) Beda Potensial (V)
Baterai memiliki dua kutub, yaitu kutub positif dan kutub negatif. Jika
kutub positif dan kutub negatif dihubungkan dengan kawat penghantar
listrik, maka akan mengalir elektron dari kutub negatif melalui kabel
penghubung menuju ke kutub positif.
“Apabila dua benda yang memiliki potensial listrik yang berbeda
(potensial tinggi dan potensial rendah) dihubungkan oleh suatu
penghantar dalam rangkaian tertutup, maka akan timbul beda potensial”
Satuan SI untuk beda potensial adalah joule per coulomb, yang
didefinisikan sebagai volt (V).
Perbedaan potensial listrik akan menimbulkan perpindahan elektron.
Banyaknya energi listrik yang digunakan untuk mengalirkan setiap
muatan listrik dari ujung-ujung penghantar disebut beda potensial listrik
atau tegangan listrik. Hubungan antara energi listrik, muatan listrik, dan
beda potensial listrik secara matematis dirumuskan :

dengan :
V = beda potensial listrik (volt atau V)
W = energi listrik (joule atau J)
Q commit atau
= muatan listrik (coulomb to user
C)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

3) Hukum Ohm
Hukum Ohm ditemukan oleh George Simon Ohm (1826) yang
dinyatakan sebagai berikut : “Besar kuat arus listrik yang mengalir dalam
suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung
penghantar, jika suhu penghantar tetap”

Perbandingan antara beda potensial (V) dengan kuat arus listrik (I)
adalah tetap dan dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R) dengan
satuan ohm (). Secara umum, Hukum Ohm dirumuskan sebagai :

atau dapat ditulis

dengan
V = beda potensial atau tegangan (volt atau V)
I = kuat arus listrik (ampere atau A)
R = hambatan listrik (ohm atau )
4) Hambatan Suatu Penghantar
Besarnya hambatan listrik suatu penghantar bergantung pada : hambatan
jenis kawat (), panjang kawat (ℓ) dan luas penampang kawat (A). secara
matematis hubungan tersebut dapat ditulis :

dengan :
R = hambatan listrik (ohm atau )
 = hambatan jenis kawat (ohm-meter atau  m)
ℓ = panjang kawat (meter atau m)
A = luas penampang kawat (m2)

Hambatan jenis kawat konduktor, akan berubah jika terjadi perubahan


commit to user
suhu berdasarkan persamaan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

dengan :
 = hambatan jenis kawat pada suhu T oC (ohm-meter atau  m)
0 = hambatan jenis kawat pada suhu T0 oC (ohm-meter atau  m)
 = koefisien suhu (oC-1)
T = suhu akhir (oC)
T0 = suhu awal (oC)
T = perubahan suhu (oC)
5) Rangkaian Hambatan Listrik
a) Rangkaian Hambatan Seri

Gambar 2.2. (a) Dua Bola Lampu R1 dan R2 yang Dihubungkan


Secara Seri. (b) Diagram Rangkaian untuk
Rangkaian Dua Resistor. Arus yang mengalir R1
Sama Dengan Arus yang mengalir R2. (Sumber :
Serway, 2010: 403)

Dalam rangkaian seri, komponen-komponen listrik dialiri oleh arus listrik


yang sama besar. Tegangan antara a dan c adalah

, maka

Jadi, hambatan total pada rangkaian seri adalah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Rangkaian seri ini berfungsi untuk memperbesar hambatan rangkaian.


b) Rangkaian Hambatan Pararel

Gambar 2.3. (a) Dua Bola Lampu dengan Hambatan R1


dan R2 yang Dihubungkan secara Pararel. (b)
Diagram Rangkaian untuk Rangkaian Dua
Resistor, Beda Potensial R1 Sama Dengan
Beda Potensial R2. (Sumber : Serway, 2010:
405)

Dalam rangkaian pararel, komponen-komponen listrik mendapatkan beda


potensial yang sama besar. Sesuai dengan hukum I Kirchoff diperoleh :

atau

Jadi, hambatan total pada rangkaian pararel adalah

6) Jembatan Wheatstone
Rangkaian jembatan Wheatstone digunakan untuk menyederhanakan
susunan hambatan yang semula tidak dapat disederhanakan secara seri

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

maupun pararel menjadi dapat disederhanakan secara seri maupun


pararel.

R1 R4
R1 R4
R5
R5

R2 R3 R2 R3

(a) (b)
R1

R2 R5 R4

R3

(c)
Gambar 2.4. Susunan Hambatan Jembatan Wheatstone
Cara menentukan hambatan pengganti dan susunan hambatan
jembatan Wheatstone adalah sebagai berikut :
(a) Jika perkalian silang atara R1 dan R3 sama dengan R2 dan R4 (R1 R3 =
R2 R4), maka hambatan yang di tengah (R5) tidak berfungsi. Jadi
rangkaiannya menjadi lebih sederhana, seperti terlihat pada Gambar
2.5.

R1 R4

R2 R3

Gambar 2.5. Penyederhanaan Gambar 2.4. Jika R1 R3 = R2 R4

Selanjutnya, penyelesaian rangkaian pada Gambar 2.5. dapat


diselesaikan menggunakan prinsip seri-pararel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

(b) Jika perkalian silang atara R1 dan R3 tidak sama dengan R2 dan R4 (R1
R3  R2 R4), maka hambatan-hambatan itu harus diganti dengan
hambatan baru, sehingga susunan hambatannya menjadi seperti
Gambar 2.6.

R4
R1
Rb
Ra R5
Rc
R2 R3

(a)

R4
Rb

Ra

Rc R3

(b)
Gambar 2.6. Penyederhanaan Gambar 2.5. Jika R1 R3  R2 R4

R1, R2, dan R5 diganti dengan Ra, Rb, dan Rc, sehingga susunan
hambatan tersebut seperti Gambar 2.6. (b). Dengan besar Ra, Rb, dan
Rc masing – masing

Selanjutnya dapat diselesaikan menggunakan prinsip seri-pararel untuk


mendapatkan hambatan penggantinya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

7) Hukum Kirchoff
a) Hukum I Kirchoff

Gambar 2.7. Skema Diagram untuk Hukum I Kirchoff

Hukum I Kirchoff menjelaskan tentang aturan percabangan, uang


menyatakan bahwa : “jumlah arus yang memasuki setiap percabangan
dalam sebuah rangkaian harus sama dengan jumlah arus yang keluar
dari percabangan tersebut”.
Secara matematis Hukum I Kirchoff dapat dituliskan :

b) Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff berkaitan dengan rangkaian listrik tertutup yang
menyatakan bahwa : “jumlah beda potensial pada semua elemen di
sekeliling loop rangkaian tertutup sama dengan nol”. Secara
matematis Hukum II Kirchoff dapat dituliskan :

Persamaan Hukum II Kirchoff, mengikuti ketentuan sebagai berikut:


(1) jika saat mengikuti arah loop, kutub positif sumber tegangan
dijumpai lebih dahulu daripada kutub negatifnya, maka ggl ()
bertanda positif, dan negatuf jika sebaliknya, (2) kuat arus bertanda
positif jika searah dengan arah loop yang kita tentukan dan negatif
jika berlawanan arah dengan arah loop yang kita tentukan, (3) jika
hasil akhir perhitungan kuat arus bernilai negatif, maka arah kuat arus
yang sebenarnya merupakan kebalikan dari arah yang ditetapkan.
8) GGL dan Tegangan Jepit
Gaya Gerak Listrik (GGL) adalah tegangan dari suatu sumber tegangan
commit to tegangan
sebelum dialiri arus. Sedangkan user jepit adalah tegangan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

suatu sumber tegangan setelah dialiri arus. Hubungan antara GGL dan
tegangan jepit adalah:

dengan :
Vjepit = tegangan jepit (volt atau V)
 = Gaya Gerak Listrik atau GGL (volt atau V)
I = kuat arus listrik (ampere atau A)
r = hambatan dalam sumber (ohm atau )
9) Energi dan Daya Listrik
Besar energi listrik sama dengan usaha yang dilakukan sumber tegangan
untuk memindahkan muatan q selama waktu t akibat beda potensial V.
Besar energi listrik dapat dinyatakan sebagai :

Karena muatan listrik dan beda potensial , maka diperoleh :

dengan :
W = energi listrik (joule atau J)
V = tegangan listrik (volt atau V)
I = kuat arus listrik (ampere atau A)
R = hambatan (ohm atau )
t = waktu (sekon atau s)
Sedangkan daya listrik adalah energi listrik yang dilepaskan muatan
listrik tiap satuan waktu. Secara matematis daya listrik (P) dapat
dituliskan sebagai :

karena , maka diperoleh persamaan :

dengan :
commit
P = daya listrik (joule/detik to user
= watt)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

10) Sumber Arus Listrik


Sumber arus listrik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik.
Sumber arus listrik dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber arus listrik
searah atau sumber DC (Direct Current) dan sumber arus bolak balik
atau sumber AC (Alternating Current). Sumber arus bolak-balik adalah
sumber arus yang menghasilkan arus bolak-balik, misalnya dinamo
sepeda, generator arus bolak-balik, stop kontak arus bolak-balik. Sumber
arus searah adalah sumber yang menghasilkan arus searah, misalnya
elemen volta, elemen Daniell, elemen basah, elemen kering (baterai) dan
aki. Sumber arus searah tersebut disebut juga sebagai elemen
elektrokimia, reaksi kimia berlangsung di dalam sumber listrik tersebut.
Elemen primer, yaitu elemen yang memerlukan pengganti bahan pereaksi
setelah sejumlah energi dibebaskan melalui rangkaian elemen. Elemen
sekunder adalah elemen yang dapat memperbarui bahan pereaksi setelah
dialiri arus dari sumber lain yang arahnya berlawanan dengan arus yang
dihasilkan elemen tersebut, misalnya akki.
11) Alat Ukur Listrik
Besaran yang ada pada listrik antara lain beda potensial dan kuat arus
listrik. Beda potensial listrik diukur menggunakan voltmeter, sedangkan
kuat arus listrik diukur menggunakan amperemeter.

(a) (b)
Gambar 2.8. (a) Pemasangan Amperemeter Secara Seri, (b)
PemasanganVoltmeter secara Pararel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan bahan ajar
Fisika SMK kelas XI materi pokok Listrik Dinamis adalah sebagai berikut :
1. Penelitian pengembangan bahan ajar Fisika telah dilaksanakan oleh Adela
Angelina (2012) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbantuan
Komputer dengan Program SwihsMax 3 pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis
untuk Siswa SMA”. Metode yang digunakan adalah modifikasi model
prosedural pengembangan media yang dikemukakan oleh Setyosari, yang
meliputi: identifikasi kebutuhan, perumusan tujuan, pengembangan materi,
penulisan alat ukur keberhasilan, pengembangan bahan ajar, validasi, revisi
(jika diperlukan) dan produksi. Validasi dilakukan oleh ahli materi dan media
yang berasal dari guru dan dosen. Pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan angket kepada ahli materi dan ahli media. Jenis data penelitian
meliputi data kuantitatif berupa penilaian validator yang dianalisis dengan
menggunakan teknik presentase untuk mengetahui kelayakan produk serta data
kualitatif berupa kritik dan saran yang diberikan validator.
Hasil dari penelitian ini secara keseluruhan dinilai valid oleh kedua
kelompok ahli, yaitu ahli materi dan ahli media. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa validitas produk dari aspek materi adalah 83.82 % dengan
kriteria valid (layak) dan dari aspek media adalah 85.29 % dengan kriteria
valid (layak). Sehingga produk bahan ajar Fisika berbantuan komputer dengan
program SwishMax 3 pada pokok bahasan Listrik Dinamis ini layak untuk
digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.
2. Penelitian pengembangan bahan ajar Fisika telah dilaksanakan oleh Vita
Faridiana (2012) dengan judul “ Pengembangan Bahan Ajar Fisika Materi
Listrik Dinamis Berbasis Generative Learning untuk Menunjang Pembelajaran
Fisika SMA Kelas X Program SBI/RSBI”. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan desain penelitian yang dimodifikasi dari sepuluh langkah
penelitian dan pengembangan, yaitu (a) studi pendahuluan yang terdiri dari
kajian kurikulum dan survei lapangan, (b) perencanaan yang terdiri dari
commit
menetapkan bidang kajian yang akan to user
dipadukan, mempelajari silabus bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

kajian, memetakan indikator pada KTSP dan Cambridge Curriculum, dan


pengembangan isi pembelajaran, (c) pengembangan produk, (d) uji kelayakan
yang terdiri atas uji validitas dan uji coba terbatas, dan (e) revisi produk akhir.
Penelitian ini mengunakan uji validitas oleh 2 orang dosen Fisika dan 2 orang
guru Fisika SMA RSBI. Sedangkan uji coba terbatas dilakukan pada 35 siswa
kelas X di SMA Negeri 5 Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan angket. Jenis data penelitian terdiri atas data kuantitatif berupa
penilaian dari validator dan data kualitatif berupa komentar dan saran dari
validator.
Produk dari hasil penelitian ini adalah bahan ajar Fisika yang berbasis
generative learning pada materi Listrik Dinamis yang terdiri atas bahan ajar
untuk siswa dan buku guru dalam mengajar fisik di SBI/RSBI. Secara
keseluruhan produk akhir yang dihasilkan sudah memenuhi kriteria layak.
Berdasarkan analisis data kualitatif dari validator, ada beberapa bagian produk
yang harus direvisi. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan pengembangan
bahan ajar Fisika berbasis generative learning materi Listrik Dinamis untuk
menunjang pembelajaran Fisika SMA kelas X program SBI/RSBI.
3. Penelitian pengembangan yang telah dilakukan oleh Vitri Angriantika
Wulandari (2012) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Fisika Pokok
Bahasan Listrik Dinamis untuk Siswa SMA Kelas X Semester II Berbasis
Sains Teknologi Masyarakat (STM)”. Bahan ajar yang dikembangkan terdiri
atas bahan ajar untuk siswa dan bahan ajar untuk guru. Bahan ajar berbasis
Sains Teknologi Masyarakat (STM) bercirikan khusus yaitu bagian sains terdiri
atas fakta, konsep, teori, prinsip, hukum dan keterampilan proses. Bagian
teknologi berisi tentang perkembangan teknologi, kegunaan teknologi, dan cara
kerja teknologi yang sejalan dengan sains dan masyarakat. Bagian masyarakat
berisi tentang kegunaan fakta, konsep, teori, prinsip dan hukum pada
masyarakat. Penelitian dan pengembangan bahan ajar ini mengadaptasi model
pengembangan Research and Development (R&D) dikemukakan oleh Borg dan
Gall. Penelitian dan pengembangan bahan ajar ini divalidasi isi oleh tiga dosen
Fisika UM dan direvisi sesuai commit to user kemudian diujicobakan satu sub
saran validator,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

pokok bahasan yaitu mengenai alat ukur listrik dan besarannya di tiga sekolah
yaitu SMA Negeri 1 Kraksaan, SMA Negeri 1 Paiton, dan SMA Negeri 1
Gending. Uji kelayakan dilakukan oleh tiga guru Fisika dari sekolah tersebut.
Uji keterbacaan dilakukan oleh 83 siswa kelas X SMA, yaitu 30 siswa SMA
Negeri 1 Kraksaan, 18 siswa SMA Negeri 1 Paiton, dan 35 Siswa SMAN 1
Gending.
Hasil validasi ini bahan ajar untuk siswa dan untuk guru menunjukkan
bahan ajar berbasis STM sebesar 95.72 % dan 96.29 % pada criteria penilaian
valid. Hasil uji kelayakan bahan ajar untuk siswa dinilai sangat layak dengan
rata-rata kelayakan isi, kebahasaan dan penyajian secara berturut-turut sebesar
3.40; 3.81; dan 3.48. Bahan ajar untuk guru dinilaisangat layak dengan
kelayakan ini sebesar 3.84, kelayakan bahasa sebesar 3.67, dan kelayakan
penyajian sebesar 3.81. Hasil uji keterbacaan siswa adalah sangat layak dengan
nilai rata-rata 3.42.
4. Penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Sukarmin & Asrofiyah (2012)
dengan judul “The Development of Billingual Interactive e-book with
Contextual Teaching and Learning Oriented in Electrolysis Sub Tropic”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan E-Book berdasarkan
penilaian guru yang meliputi kelayakan kesesuaian dengan komponen CTL,
materi, penyajian ilustrasi, dan bahasa. Metode penelitian ini menggunakan
metode Research and Development (R & D) dan pada tahap pengembangan
menggunakan 4D (define, design, develop disseminate) namun hanya terbatas
pada tahap develop. Instrument yang digunakan adalah lembar telaah dan
lembar validasi. Telaah dilakukan oleh 3 dosen kimia dan 1 guru kimia.
Validasi dari 3 guru kimia terhadap e-book yang dikembangkan memperoleh
prosentase 81,58 % termasuk kategori sangat layak.
5. Penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Sanjaya & Wirawan (2012)
yang berjudul “The Development of International Standard Curriculum
Interactive Chemistry E-Book On Acids, Bases and Salts Topic at Grade VII of
SMP”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan e-book kimia
commitbertaraf
interaktif mengacu pada kurikulum to user international pada materi asam,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

basa, dan garam. E-book ini dikembangkan dengan 4D models yang


dikemukakan oleh Thiagarajan dengan dibatasi hingga pada tahap develop. E-
book ini layak digunakan sebagai sumber belajar untuk siswa SMP kelas VII
debfab validasi sebesar 92,04 % dan dengan hasil rata-rata respon siswa
sebesar 94 %.

C. Kerangka Berfikir
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang memadukan kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Berdasarkan kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran di dalam kelas
dilaksanakan dengan pendekatan Scientific Approach (Observing, Questioning,
Experimenting, Associating, Networking). Guru bertugas merancang kegiatan
pembelajaran di dalam kelas, dan buku ajar yang digunakan sudah disediakan oleh
pemerintah dan guru bertugas mengembangkan konten yang ada di dalam buku
yang sudah disediakan dengan disesuaikan dengan kondisi setiap wilayah.
Faktanya, buku ajar yang digunakan belum mengalami perubahan dan masih
menggunakan buku yang diterbitkan oleh penerbit lama, meskipun sudah berlabel
kurikulum 2013. Selain itu, kemampuan siswa dalam memahami konsep Fisika
masih kurang, salah satunya pada materi pokok Listrik Dinamis.
Strategi PAILKEM bertujuan untuk pengorganisasian materi
pembelajaran, menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, dan
mengelola pembelajaran di dalam kelas dan sesuai dengan pendekatan Scientific
Approach. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengembangan buku ajar dengan
pendekatan PAILKEM (Pemebelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Efektif,
Menarik).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

Kurikulum 13

Guru menggunakan buku


yang telah disediakan dan Memadukan kompetensi Sikap,
mengembangkan sesuai Pengetahuan dan Keterampilan
dengan kondisi setiap daerah

Fakta di Lingkungan
Peneliti

Buku ajar masih menggunakan Kebutuhan


yang lama dan masih belum Pemahaman
mengalami perubahan. Konsep Fisika

Sesuai dengan
Kajian Strategi
pendekatan
Teoritis PAILKEM
Scientific Approach

Pengembangan Buku Ajar Fisika SMK Kelas XI


dengan Pendekatan PAILKEM

Gambar 2.9. Kerangka Berfikir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka diajukan
pertanyaan penelitian berkaitan dengan pengembangan bahan ajar Fisika SMK
kelas XI materi pokok Listrik Dinamis yang berupa buku ajar dengan pendekatan
PAILKEM yakni: apakah bahan ajar Fisika SMK kelas XI materi pokok Listrik
Dinamis yang dikembangkan memenuhi kriteria baik pada aspek materi, bahasa
dan gambar, penyajian, dan kegrafisan?

commit to user

Anda mungkin juga menyukai