SOSIAL
POLITIK & PEMERINTAHAN
EKONOMI
Mereka pelaut tertangguh di nusantara. Berabad –
abad mengarungi samudera, mereka tersebar di
wilayah segitiga terumbu karang asia tenggara,
menghuni perairan tepi pantai dengan rumah
berfondasi batu dan material kayu.
Karena sejak dulu terbiasa hidup di rumah kapal yang terletak di laut, mereka agak kesulitan jika
tinggal di daratan yang jauh dari laut. Hal ini membuat kebanyakan suku bajo memilih untuk membuat
pemukiman di atas laut. Perbedaan pola tinggal mereka membuat kita bisa mempelajari lebih dalam
mengenai kehidupan mereka yang secara tidak langsung mempengaruhi arsitekturnya.
Rumah suku Bajo mempunyai ciri khas yang mencolok, yaitu tempatnya yang tidak berada didaratan,
melainkan berada diatas laut atau perairan. Rumah suku Bajo sekarang memang sudah mengalami
banyak perubahan. Misalnya rumah mereka sebagian sudah dibangun bangunan permanen.
ASAL MULA RUMAH SUKU BAJO
Untuk mengatasi gelombang, terutama
pada malam hari, ada kalanya mereka
Dalam membentuk huniannya, suku bajo
menempatkan dua buah sampan secara
melalui beberapa proses perkembangan.
berdampingan untuk menjaga kestabilan
Pada awalnya, suku bajo bertempat tinggal
di atas perahu (sampan). Untuk mengatasi dan kekuatan perahu mereka.
gelombang, terutama pada malam hari, ada
kalanya mereka menempatkan dua buah
sampan secara
berdampingan untuk
menjaga kestabilan
dan kekuatan
perahu mereka.
Lalu seiring berjalannya waktu,
mereka mulai mendirikan rumah
tinggal di atas permukaan air laut
dengan mengikat tiang-tiang secara
tidak permanen, untuk memudahkan
mobilisasi ke tempat tinggal yang
baru.
16 – 36 ºC
2000-3000 mm
/tahun
BUDAYA APPABOLANG
Terciptanya bentuk arsitektur rumah (hunian) Bajo dilatarbelakangi oleh
Budaya Appabolang. Dimana dalam budaya ini, terdapat prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi dalam pembuatan Rumah Bajo.
Ulu berarti Kepala. Sebagai tempat yang teratas karena melambangkan
kesucian.
Watang, berarti Badan. Sebagai suatu penghidupan yang harus
dilindungi.
Aje, yang berarti Kaki. Merupakan tempat kotor yang dipenuhi roh jahat
yang berfungsi untuk melindungi Watang.
MAPATETTONG BOLA (UPACARA MENDIRIKAN RUMAH)
Upacara ini adalah suatu acara yang berarti mendirikan rumah. Sudah menjadi kepercayaan
masyarakat bajo dalam membangun rumah harus berhati-hati. Mereka meyakini adanya waktu, dan
hari baik untuk dapat membangun setiap elemen dari rumah bajo.
Di masa lalu, kedua golongan pertama menjadi pemimpin dan tidak terlibat dalam
kegiatan melaut yang hanya dilakukan oleh para Gallarang dan Ate.
Ketika sistem negara kerajaan berhenti maka mulailah mereka ikut ke laut dan
mengembara bersama dengan kedua lapisan di bawahnya.
Sistem stratifikasi sosial ini mengatur peran dan fungsi dari masing-masing lapisan
termasuk dalam hal pelaksanaan ritual adat dan perkawinan. Dahulu, suku Bajo dari
atas jarang diperbolehkan menikah dengan lapisan yang lebih rendah karena akan
mengakibatkan turunnya kasta orang tersebut.
Selain itu, dilarang pula menikah dengan suku lain (kawin-mawin). Pada masa itu
sistem perkawinan yang dianggap ideal adalah sistem perkawinan yang berdasarkan
prinsip endogami.
Pada awalnya, Suku Bajo hidup dan berlayar secara
berkelompok, di mana sekelompok perahu yang
berlayar bersama-sama dan berlabuh bersamasama
pula. Di antara mereka ada hubungan
kekeluargaan yang sangat dekat.
LOKASI TAPAK
TEKNIK REKLAMASI ALA SUKU BAJO
VTOKOH ARSITEK
KONDISI EKSISTING
Orang-orang dari suku Bajo Butuh waktu 200 tahun untuk mengubah pemukiman
mempunyai teknik reklamasi seluas 3 hektar menjadi seluas 12 hektar (sumber:
sendiri, yakni dengan cara
mengumpulkan karang mati. reklamasi ala suku bajo di pulau bungin –Ekspedisi
Dalam budaya orang bajo, Indonesia Biru)
seorang pria muda yang hendak
menikah harus mengumpulkan
karang mati untuk talasa atau
pondasi pembangunan
rumahnya.
Type 1 ini adalah bangunan rumah tinggal suku bajo yang umumnya berada di pesisir pantai
dan berbentuk rumah panggung. Bangunan ini didirikan dengan struktur utama yaitu berupa
kayu berjenis Posi-posi yang merupakan kayu lokal daerah tersebut dengan sistem
sambungan berupa takikan kayu yang dipaku pada bagian bawah rumah dan ikatan tali enau
pada bagian struktur atap.
TIANG
Pola tiang rumah
berbentuk grid kubus
dengan jarak bentang 5
x 6 meter
Tiang penyangga
kuda-kuda atap
(biasa berukuran Ditancapkan
panjang ±4m) langsung ke
dalam pasir
sedalam ± 50
5.0
centimeter
6.0
Tiang yang menjadi
menjadi penyangga tiang
lantai (biasa berukuran
panjang ±1,5m)
Semua tiang yang digunakan berbahan kayu ( kayu posi-posi sejenis kayu bakau
yang tahan terhadap air laut). Kayu Posi-posi merupakan kayu lokal yang
banyak terdapat di daerah tersebut, diameter kayu yang digunakan untuk tiang
adalah sekitar 15-20 cm. Kayu batangan tersebut langsung digunakan utuh
karena jenis kayu tersebut tumbuh lurus tegak sehingga sangat ideal digunakan
sebagai tiang bangunan.
LANTAI
Papan kayu digunakan sebagai
penutup bahan lantai
ATAP
Bangunan ini didirikan dari perpaduan konstruksi beton dan kayu, dimana tiang utama dari bahan
beton dan upper struktur dari bahan kayu, yang merupakan hasil program pembangunan dari
pemerintah untuk pemenuhan hunian bagi warga suku Bajo.
TIANG / PONDASI
Besi/tulangan
Tiang/Pondasi merupakan
struktur utama bangunan, Beton cor
LANTAI
A T A P
Menggunakan lantai dengan cor beton, dan sebagian rumah lainnya mengunakan lantai dari
bahan papan.
DINDING
ATAP
Struktur kuda-kuda seperti ini merupakan struktur yang biasa ada pada
rumah tipe 2, Kuda-kuda yang ada merupakan satu bagian dari struktur
dinding secara keseluruhan, karena kaki tiang raja pada kaki kuda-kuda
berfungsi juga menjadi kolom bangunan.
APLIKASI KEKINIAN YANG RELEVAN
Pulo Cinta Eco Resort, Kab. Boalemo,
Gorontalo
Desa Bajo Indah – Rumah Bantuan Pemerintah Rumah makan Kampoeng Empang
Kab. Konawe Kec. Poasia
Ammar Muhammad. 2018. “Sistem Kekerabatan dan Perkawinan Suku Bajo”. Universitas Yoyakarta:Yogyakarta.
Ekspedisi Indonesia Biru. 2018”Reklamasi Ala Suku Bajo-Ekspedisi Indonesia Biru”. 2019. youtube.com
“Mengungkap Teka-teki Sejarah Suku Bajo”. National Geographic Indonesia. 11 Maret 2015. 12 Mei 2020.
https://national geographic.grid.id/amp/13297612/mengungkap-teka-teki-sejarah-suku-bajo?page=2
Rico. 2015. “Ilmu budaya dasar rumah adat suku bajo”. Universitas gunadarma:Depok
gunadarma:Depok
Sitti Wardiningsih. 2015. “Arsitektur Nusantara Mempengaruhi Bentuk Bangunan Yang Berkembang Di Indonesia”.
Program Studi Arsitektur Lanskap. Institut Sains Dan Teknologi Nasional Jakarta:Jakarta.
”Suku Bajo di Wakatobi yang Terkenal Ramah”. kabare.id. 19 Nopember 2018. 11 Mei
2020. http://kabare.id/berita/suku-bajo-di-wakatobi-yang-terkenal-ramah
Suryanegara dkk.2015. “Perubahan Sosial Pada Kehidupan Suku Bajo Studi Kasus Di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi
Tenggara”. Badan Informasi Geospasial:Jakarta.
Syukur Muhammad. 2007. “Attoriolong Vol. IV, No. 1”. Universitas Padjajaran:Bandung.
Tahara Tasrifin. 2013. “Antropologi Indonesia Vol.34- Kebangkitan Identitas Orang Bajo di Kepulauan Wakatobi”.
Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Indonesia:Jakarta
Sumber Lainnya:
www.instagram.com
www.google.com
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
“Analisis ini di buat sebagai tugas Mata Kuliah Arsitektur Nusantara dan Asia dari Bapak Muhammad Zakaria Umar – Dosen Program
Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama Sulawesi Tenggara tahun 2020”. Disusun oleh Muh. Rajab Hafid A219009