Anda di halaman 1dari 52

Red Wine

written by timah
Terhitung sudah 3 hari Bintang merajuk pada Rasi.
Lelaki itu selalu menghindari bertemu dengannya
saat di rumah, juga sengaja pulang telat saat
bekerja. Suaminya itu akan tiba di rumah saat Rasi
sudah siap untuk tidur.

Dan ini semua terjadi, karena kejadian tiga hari


yang lalu.

“Gak kerasa, bulan depan umur Langit udah


setahun aja.” Ucap Bintang mengingat bulan depan
merupakan bulan kelahiran sang anak. Dimana
Langit akan menginjak umur 1 tahun.

Rasi tersenyum melihat Bintang merapikan rambut


Langit yang tengah tertidur di tengah-tengah
mereka. “Iya, gak kerasa ya mas? Perasaan baru
kemaren lahirin Langit.”

“Sayang.”

“Kenapa mas?”

1 Red Wine | Tim


“Kira-kira Langit kesepian gak ya di rumah?”
Pertanyaan itu membuat dahi Rasi berkerut.
“Kesepian gimana? Aku nemenin Langit tiap hari
kok. Kamu juga nemenin kan? Bang Dika juga sering
main kesini ngajak Langit main.”

“Maksud aku bukan itu,” Bintang mulai menggaruk


kepalanya. “Kita bikin adek buat Langit, biar Langit
ada temennya.”

Rasi hampir tertawa, suaminya itu menjadikan


Langit sebagai alasan. Padahal Rasi sudah jelas
tahu bahwa keinginan untuk memiliki anak lagi
adalah keinginan Bintang sendiri.

“Bilang aja kamu yang pengen nambah anak lagi


mas. Gak usah segala bilang biar Langit ada
temennya.”

Mendengar itu membuat Bintang terkekeh pelan,


“boleh gak sayang? Mas mau punya anak lagi sama
kamu.”

2 Red Wine | Tim


Lama Rasi berpikir, hingga akhirnya wanita itu balas
menggeleng. “Ngga.”

Rasi bisa melihat perubahan wajah Bintang yang


langsung berubah menjadi sedih. “Kenapa? Kamu
belum siap nambah anak lagi?

“Bukan aku, tapi kamu.”

Selama menikah dengan Bintang, dan memiliki seorang


putera dengan lelaki itu. Rasi tahu bahwa tingkat
kecemburuan Bintang semakin meningkat. Jika
Bintang cemburu jika ia bertemu dengan lelaki lain,
mungkin Rasi akan maklum. Tetapi, kenyataan Bintang
cemburu karena putera mereka sendiri.

Bintang tidak akan segan mengatakan cemburu pada


Rasi, bahwa ia cemburu karena sang istri terlalu sibuk
bermain dengan Langit, hingga melupakan
keberadaan dirinya.

“Mas siap kok sayang, kalau punya anak lagi.”


Ucapnya. “Mas mau punya anak perempuan.”

3 Red Wine | Tim


“Ada Langit aja kamu sering cemburu karena aku
sering main sama Langit. Gimana kalau nambah anak
lagi?” Tangan Rasi bergerak menyentuh pipi Bintang
dan mengusapnya pelan. “Nanti aja ya mas?”

Bintang cemberut, lelaki itu lantas langsung membalik


badannya membelakangi Rasi. Iya, Bintang merajuk
pada Rasi. Dan awalnya Rasi mengira Bintang hanya
merajuk semalam ini saja, dan besok pasti sudah
kembali seperti semula. Karena ia tahu betul, bahwa
Bintang tidak tahan jika harus merajuk lama padanya.

Tapi ternyata dugaan Rasi salah, sudah tiga hari


berlalu nyatanya Bintang masih merajuk padanya.
Sepertinya suaminya itu sangat menginkan seorang
anak perempuan kali ini, hingga tahan merajuk
berhari-hari pada Rasi selama itu.

Rasi menoleh ke samping tempat tidurnya, tempat itu


sudah kosong. Bintang tidak ada di sana, tiga hari ini
Bintang selalu bangun sangat pagi karena sengaja
tidak ingin bertemu tatap dengan istrinya.

4 Red Wine | Tim


Rasi menghelas napas pelan, ia bangunkan Langit
yang ada di sampingnya pelan. “Bangun yuk sayang,
kita mandi. Habis itu sarapan.”

Bintang merasa tersiksa bukan main belakangan ini. Ia


benar-benar tidak tahan harus irit bicara dengan Rasi
selama beberapa hari seperti ini.

Jam dinding masih menunjukkan jam 4 pagi, tapi


Bintang sudah lebih dulu bangun. Mulutnya tersenyum
melihat Langit yang tertidur di tengah antara ia dan
Rasi. “Ganteng banget sih anak papa ini,” ucapnya
begitu pelan sambil mencubit gemas pipi Langit yang
tengah tertidur itu.

Matanya kemudian menatap ke arah Rasi yang juga


masih tertidur dengan sangat lelap. Ia rapikan rambut
Rasi yang menutupi sedikit wajahnya itu ke belakang
telinga. Lalu ia usap sayang kepala sang istri, “sayang.
Mas beneran mau punya anak lagi. Anak perempuan.
Tapi kalau nanti kamu tetep gak mau nambah anak,
mas juga gak bisa maksa.”
5 Red Wine | Tim
Tangan Bintang kini berpindah menjadi mengusap pipi
Rasi pelan. "Mas gak bisa maksa, karena yang
nantinya bakal mengandung dan melahirkan selama
sembilan bulan itu kamu. Dan mas tahu, kalau
mengandung dan melahirkan bukanlah hal yang
mudah. Maaf ya, mas egois, mas gak pengertian dan
malah merajuk sama kamu begini." Bintang memajukan
wajahnya, lalu mencium dahi Rasi lama. "Sorry, and i
love you."

Bintang bangkit dan lantas langsung masuk ke kamar


mandi, tanpa tahu bahwa sebenarnya Rasi sudah
bangun sedari tadi dan mendengarkan semua kalimat
yang Bintang ucapkan.

Bintang keluar dari dalam kamar mandi, dan langsung


memakai pakaian kerjanya. Ia berjalan cepat menuju
dapur untuk membuat sarapan, sarapan untuknya dan
juga untuk Rasi tentunya. Walau masih dalam keadaan
merajuk, Bintang tetap membuatkan sarapan untuk
sang istri. Yah walaupun nanti sarapannya menjadi
dingin, sebab Bintang yang membuatnya terlalu pagi.

6 Red Wine | Tim


Usai memakan sarapannya sendiri, Bintang kembali
masuk ke dalam kamar. Ia cium pipi Langit pelan,
"papa berangkat kerja dulu ya sayang. Jangan bikin
repot bunda ya di rumah." Ucapnya, lalu lanjut
menghampiri Rasi yang masih pura-pura tertidur.

"Mas berangkat kerja ya sayang, janji ini hari terakhir


mas merajuk. Besok udah ngga lagi," Bintang
mengecup bibir Rasi sebentar. "Dadah, mas berangkat
dulu."

Bintang pun buru-buru pergi sebelum Rasi terbangun.


Dan melajukan mobilnya menuju kantor di jam
setengah 6 pagi.

Sibuk dengan berkas-berkas di tangannya, Bintang


mendengar pintu ruangannya di ketuk. "Masuk,"
ucapnya.

"Sibuk banget nih Pak Direktur." Kepala Bintang


langsung mendongak mendengar suara yang sudah
tidak asing lagi di telinganya. "Dika?"

7 Red Wine | Tim


"Ngapain lo ke sini?" Bintang meletakkan berkas di
tangannya ke atas meja. Lalu menyusul Andika
yang sudah lebih dulu duduk di sofa. "Emangnya
gak boleh gue ke sini?"

"Bukan gak boleh, tapi kayaknya lo sering banget


main ke kantor gue? Lo gaada kerjaan di kantor lo
apa gimana?"

Andika melotot, "gue juga sibuk kali. Cuman ya


inikan lagi jam istirahat," jelasnya.

"Gak makan sama sekretaris lo itu?" Tanya Bintang


hingga membuat wajah Andika menjadi masam.

Bintang sudah tahu sedikit tentang sosok sekretaris


baru Andika. Kakak iparnya itu bercerita bahwa ia
memiliki perasaan pada sekretaris barunya itu.

"Gak," Andika berucap malas. "Masa pas tadi pagi


gue tanya 'kita bakalan makan di mana?' lo tau gak
dia jawab apa?"

8 Red Wine | Tim


Bintang mengedikkan bahu tidak tahu. "Dia bilang
'makan di restaurant deket sini mau gak pak? Tapi
sama mbak lini' dia bilang begitu Ntang."

Tawa Bintang mengudara mendengar cerita dari


Andika. "Gue kan naksirnya sama dia, dia malah mau
jodohin gue sama si lini lini itu." Andika berucap kesal.

"Ka," Bintang menepuk pundak Andika. "Kalau gini-


gini aja gak bakal bisa jadian. Udah tau sekretaris lo
itu gak pekaan banget, mending lo to the point aja
bilang suka."

Andika memejamkan matanya sebentar sebelum


menyahut, "udah anjing udah. Terus lo tau dia bilang
apa? 'Bapak bisa aja bercandanya' gue butuh
keberanian bilang suka, tapi dia malah nganggep gue
bercanda." Andika masih tidak habis pikir mengingat
kejadian itu.

Lagi-lagi Bintang tertawa. "Yaudah sabar aja." Cuman


kalimat itu yang bisa Bintang ucapkan.

9 Red Wine | Tim


"Oh iya Ntang, lo lagi kenapa dah?"

Dahi Bintang mengerut, "apanya?"

"Tadi kata resepsionis, mood lo belakangan lagi gak


bagus. Lo banyak diem gitu."

"Ohh. Gue lagi sedih aja sih, gue lagi ngambek sama
istri gue."

"Ngambek kenapa?" Andika penasaran.

"Gue pengen punya anak lagi, perempuan. Gue iri


banget liat karyawan gue bawa anaknya ke kantor
kan, iri liat dia kepang-kepang rambutnya." Bintang
kembali mengingat kejadian seminggu yang lalu di
kantornya.

Kala itu sedang jam istirahat, sepertinya karyawannya


itu baru saja menjemput puterinya lalu membawanya
ke kantor. Dapat Bintang lihat interaksi keduanya, lucu
komentar Bintang saat itu. Apalagi setelah melihat
karyawan itu mengepang rambut panjang puterinya.

10 Red Wine | Tim


Melihat itu membuat Bintang ingin mempunyai anak
lagi, seorang anak perempuan. Ia juga ingin seperti
itu, mengepang rambut anaknya sendiri.

"Terus?" Andika masih menunggu kelanjutan cerita


Bintang.

"Tapi Rasi gamau." Andika bisa melihat wajah sedih


dan kecewa Bintang usai mengucapkan itu. "Makanya
gue ngambek sama istri gue. Tapi, kalau dipikir-pikir
gue jatohnya egois. Gue harusnya ngertiin Rasi, gak
seharusnya gue ngambek cuman karena istri gue
gamau punya anak lagi. Dan gak seharusnya juga gue
maksain kehendak, harusnya gue mikirin kalau
nantinya yang bakal mengandung dan melahirkan itu
Rasi."

Andika menepuk-nepuk pundak Bintang pelan, "lo


coba omongin baik-baik sama Rasi lagi. Kalau pada
akhirnya adek gue tetep nolak buat punya anak lagi,
lo harus bisa terima keputusan dia ya Ntang? Kita
gabakal tau gimana rasanya mengandung dan
melahirkan. Tapi kita semua tau kalau mengandung
dan melahirkan itu bukan hal yang mudah."
11 Red Wine | Tim
Bintang mengangguk, "iya Ka. Jujur selama
ngambek sama Rasi, gue merasa kesiksa banget.
Gue gak banyak ngomong sama istri gue. Gak
sarapan bareng, dan bahkan gue sengaja pulang
telat nunggu Rasi udah tidur duluan."

Mendengar itu membuat Andika menggelengkan


kepalanya. "Bukan cuman lo yang merasa tersiksa,
Rasi juga pasti merasa kesiksa banget. Dia pasti
sedih karena lo gak banyak ngomong sama dia,
ditambah lagi lo pulang selalu telat." Ucap Andika.
"Mending hari ini lo pulang cepat deh, terus udahan
ngambeknya sama adek gue."

"Iya Ka, gue bakalan pulang cepet dan bakalan


minta maaf sama istri dan anak gue."

"Oke, goodluck kalau begitu."

12 Red Wine | Tim


"Dek."

"Bentar bang," tangan Rasi sibuk merapikan baju


yang Langit kenakan. Juga sibuk memasukkan baju
dan kebutuhan milik Langit lainnya ke dalam tas.
Setelah selesai barulah wanita itu menatap ke arah
kakak laki-lakinya yang duduk bersebrangan
dengannya. "Kenapa bang?"

Saat ini Andika sedang berada di kediaman Rasi,


usai sebelumnya berada di kantor Bintang, lelaki itu
membawa mobilnya menuju rumah adiknya itu kala
Rasi memintanya untuk datang.

"Tadi pas di kantor Bintang cerita. Katanya dia lagi


ngambek?"

"Iya ngambek, soalnya kemaren aku bilang gamau


nambah anak," sahut Rasi. "Tapi alasannya tuh
karena aku rasa mas Bintang belum siap kalau
nambah anak lagi. Kamu tau kan bang, kalau mas
Bintang tuh cemburuan banget orangnya?"

13 Red Wine | Tim


Andika mengangguk sebagai jawaban. Ia tahu betul
sahabatnya itu sangat pencemburu. "Iya tau."

"Nah! Langit aja sering dia cemburuin, apalagi kalau


nambah anak lagi? Yang pasti kalau nambah anak,
perhatian ku kebagi lah antara anak-anak sama
suami." Jelasnya. Andika pun mengangguk paham.

"Tapi kayaknya—" ucapan Rasi terputus sebab Langit


yang duduk di sampingnya itu memegangi tangannya
untuk berdiri. "Su-su," ucap Langit tepat di hadapan
Rasi.

Dengan cepat rasi meraih dot milik Langit yang ada di


atas meja kaca. "Ini ya sayang susu nya," Rasi
memberikan dot itu dan langsung disambut oleh
tangan mungil Langit. Di detik selanjutnya, Langit pun
kembali duduk dan mulai meminum susunya.

"Tapi kayaknya," Rasi menyambung ucapannya yang


sebelumnya. "Mas Bintang mau banget punya anak.
Dia beneran ngambek sama aku sampe tiga hari loh
bang? Padahal biasanya ngambek sehari aja dia gak
tahan."
14 Red Wine | Tim
Bintang sedari dulu memang seperti itu. Ia tidak
tahan jika harus berlama-lama merajuk pada Rasi.
Bila hari ini Bintang merajuk, malam atau besoknya
pasti ia sudah berhenti merajuk. Dan pastinya
langsung memeluk dan mencium seluruh wajah
istrinya sambil mengucapkan kata maaf karena
sudah merajuk.

"Kamu tau gak alasan Bintang pengen punya anak


lagi, dan pengennya anak perempuan?" Tanya
Andika yang jelas saja dibalas gelengan oleh Rasi.

"Gara-gara dia lihat karyawannya bawa anak ke


kantor, dia lihat gimana interaksi bapak anak itu.
Dan yang bikin Bintang pengen banget punya anak
perempuan tuh karena dia lihat karyawannya itu
ngepang rambut anaknya."

Andika menjelaskan sesuai dengan cerita yang ia


dengar langsung dari Bintang tadi. Dilihatnya mata
Rasi yang sedikit membulat mendengar itu.

15 Red Wine | Tim


Rasi memang tahu sih kalau Bintang ingin
menambah anak lagi. Dulu Bintang pernah
mengatakan ingin mempunyai dua anak. Tapi ia
tidak pernah menyebutkan ingin anak laki-laki atau
perempuan. Lalu, tiga hari yang lalu Bintang tiba-
tiba mengatakan ingin anak perempuan. Dan
ternyata alasannya karena itu. Karena ia juga ingin
mengepangkan rambut puterinya sendiri kelak.

Merasa terharu dengan alasan itu, membuat mata


Rasi sedikit berkaca-kaca. "Kenapa sih suami ku itu
lucu banget bang?"

Andika mendengus, "masih lucuan abang lah dari


pada Bintang."

Refleks Rasi mendelik, matanya kemudian menoleh


ke arah Langit yang sibuk minum susu dari dot yang
ia pegang. "Lagi?" Tanya Rasi melihat susu yang
Langit minum hampir habis. "Langit mau minum susu
lagi?"

16 Red Wine | Tim


Langit melepaskan dot dari dalam mulutnya karena
susu yang ia minum sudah habis. "Agi," ucapnya tidak
sampai. Lalu menyerahkan dot itu kepada Rasi.

"Widih nih ponakan uncle minum susu terus, biar cepet


gede ya?" Ucap Andika sambil menggelitik kecil perut
Langit. Membuat anak kecil yang berumur 11 bulan itu
tertawa.

Rasi tertawa melihat interaksi anaknya dengan kakak


laki-lakinya itu. Tangannya kemudian bergerak
memasukkan susu bubuk ke dalam botol dot, lalu
berdiri untuk mengisinya dengan air hangat. "Nih,"
Rasi kocong sebentar botol dot itu sebelum akhirnya
menyerahkannya lagi pada Langit.

Dengan kedua tangannya yang mungil, Langit


menyambut botol dotnya. Merasa sangat gemas
dengan anaknya sendiri, Rasi lantas berjongkok di
depan sofa dan memeluk Langit yang tengah duduk.
"Udah gede ini anak bunda, bulan depan udah
setahun aja ini ihhh," gemasnya.

17 Red Wine | Tim


Andika melirik jam tangannya, "abang pergi
sekarang aja kali ya dek? Semua perlengkapan
Langit udah di dalam tas semua kan?"

"Iya udah," Rasi lantas berdiri kembali dan


membawa Langit dalam gendongannya. "Malam ini
tidur di rumah oma dulu ya sayang. Nanti suruh
uncle ajak main, jangan rewel ya sayangnya
bunda?"

Baik Rasi maupun Andika kini berjalan menuju mobil


Andika yang terparkir di halaman depan. Dengan
perlahan Rasi mendudukan Langit pada baby seat
car, setelahnya Rasi pun mengusap pipi Langit
lembut. "Pinter-pinter ya anaknya bunda," ucapnya
lalu mencium pipi Langit gemas.

"Bang adek titip Langit dulu ya."

"Iya iya," Andika mengacak pelan rambut adiknya.


"Semoga adeknya Langit langsung jadi deh malam
ini," ujar Andika hingga membuat keduanya
tertawa.
18 Red Wine | Tim
Andika pun akhirnya masuk ke dalam mobil, setelah
berpamitan pada sang adik. Lalu membawa
mobilnya dengan pelan menuju rumah orang
tuanya.

Tangannya sedari tadi sibuk memilih-milih lingerie


mana yang cocok untuk ia kenakan malam ini. Dan
pilihan Rasi jatuh pada lingerie transparan
berwarna merah maroon yang tergantung. Tanpa
harus menunggu lama, Rasi langsung meraih
lingerie itu dan membawanya ke kasir.

Saat ini Rasi sedang berada di salah satu mall yang


ada di Jakarta. Malam ini ia berencana untuk
menyenangkan hati suaminya, yang sudah ia buat
merajuk selama 3 hari. Ia bahkan menitipkan Langit
pada Andika malam ini. Katanya sih demi
kelancaran rencananya untuk menyenangkan hati
Bintang, juga kelancaran untuk membuatkan Langit
seorang adik.

19 Red Wine | Tim


Usai membayar lingerie yang ia beli, Rasi
melanjutkan langkah kakinya ke toko yang menjual
wine. Pikirnya wine akan sangat cocok untuk
memulai sebuah malam yang panas nantinya
bersama Bintang.

Tak mau memakan banyak waktu, Rasi pun


langsung membeli dan membayar wine yang
direkomendasikan oleh pegawai di toko tersebut.

Setelah selesai membeli perlengkapan yang ia


butuhkan malam ini, Rasi pun memilih untuk pulang.
Wanita itu berjalan menuju parkiran dan langsung
melajukan mobilnya ke rumah.

Sesampainya Rasi di rumah, wanita itu langsung


mengeluarkan lingerie merah maroonnya dari paper
bag dan meletakkannya di atas ranjang sebelum
akhirnya ia masuk ke dalam kamar mandi untuk
membasuh diri.

20 Red Wine | Tim


45 menit Rasi habiskan berada di dalam kamar mandi,
lama ia berendam dengan wewangingan yang ia beli
tadi. Ia ingin berpenampilan maksimal malam ini, demi
menyenangkan hati Bintang. Usai lama berendam, Rasi
pun akhirnya keluar dari dalam kamar mandi dengan
handuk yang melilit di tubuhnya. Ia berjalan menuju ke
meja riasnya, dan mulai merias wajahnya secantik
mungkin.

Diantara banyaknya pilihan lipstick, ia memilih


lipsticknya yang berwarna merah maroon, senada
dengan lingerie yang nantinya akan ia kenakan.

Selesai merias wajah, ia raih lingerie merah maroon


transparannya yang berada di atas ranjang itu dan
langsung memakainya. Dan tentu saja tanpa
mengenakan apapun lagi di balik lingerienya.

Rasi melihat penampilannya sendiri di depan cermin, ia


tersenyum malu sendiri melihat pantulannya di cermin
yang mengenakan lingerie tanpa mengenakan apapun
di baliknya. "Walaupun malu sedikit, tapi harus
ditahan! Demi nyenangin hatinya mas Bintang!"
Ucapnya dengan mantap.
21 Red Wine | Tim
Rasi melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar
dan berjalan menuju dapur untuk mengambil gelas dan
sebotol wine yang ia beli tadi. Lalu lanjut berjalan
menuju ruang keluarga, menunggu kedatangan
Bintang di sana.

Tarik napas, kemudian buang. Bintang menarik


napasnya dan menghembuskannya dengan perlahan.
Lelaki itu kini sudah berada di depan pintu rumahnya.
Jika beberapa hari belakangan ia sengaja pulang
telat, maka hari ini ia pulang di jam seperti biasa, jam 5
sore.

Bintang memang sengaja langsung pulang setelah jam


kerjanya di kantor berakhir, karena ia berniat untuk
meminta maaf pada Rasi perkara ia yang telah
merajuk hingga 3 hari lamanya.

Ia buka pintu rumahnya dan perlahan mulai masuk.


Bintang sedikit bingung dengan keadaan rumahnya
yang tampak begitu sunyi.

22 Red Wine | Tim


Biasanya, saat ia pulang bekerja, Bintang akan
disambut oleh suara Langit yang sedang tertawa
menonton serial kartun favoritenya. Tapi kali ini
suara tawa puteranya itu tidak terdengar sama
sekali, bahkan suara televisi yang berasal dari
ruang keluarga pun juga tidak terdengar.

"Sayang?" Ucap Bintang sambil kakinya melangkah


masuk. "Sayang?"

"Udah pulang mas?" Mata Bintang sedikit membulat


menyadari adanya sosok Rasi yang tengah duduk di
sofa ruang keluarga. Dan matanya semakin
membulat menyadari pakaian apa yang tengah
istrinya itu kenakan sekarang.

"Mas, ayo sini." Ucap Rasi sambil tangannya


melambai bermaksud agar Bintang
menghampirinya. Bintang masih setia berdiri di
tempatnya, karena lelaki itu masih sedikit blank usai
menyadari istrinya tengah memakai lingerie. "Hah?"

23 Red Wine | Tim


Gemas, Rasi pun bangkit dari duduknya dan
menghampiri Bintang yang masih setia berdiri di
tempat. "Jangan bengong, ayo sini." Rasi menarik
tangan Bintang dan membawanya untuk duduk di
sofa.

"Sayang, mas mau minta—" ucapan Bintang terputus


sebab matanya tak sengaja melihat dada Rasi yang
terlihat begitu jelas di balik lingerie transparannya.
Rasi menahan tawa usai sadar kearah mana mata
suaminya itu menatap.

Bintang menggeleng cepat, mencoba menyadarkan


diri. Ia tidak boleh salah fokus begini, ia harus
meminta maaf pada Rasi terlebih dulu. Lelaki itu
berdeham, "sayang. Mas mau minta maaf."

Kedua alis Rasi terangkat, "minta maaf karena apa?"

"Minta maaf karena ngambek ke kamu cuman karena


kamu gak mau punya anak lagi," ucapnya lalu
menghela napas.

24 Red Wine | Tim


"Harusnya mas gak boleh egois maksa kamu sampai
ngambek begini. Harusnya mas mikirin tentang
kamu yang nantinya bakalan mengandung dan
melahirkan."

Bintang letakkan tangannya di puncak kepala Rasi,


"maafin mas ya sayang."

Rasi mengangguk, "gapapa kok mas. Aku maafin


mas, maafin aku juga ya yang langsung bilang
nggak waktu itu."

Mendengar itu membuat Bintang tersenyum, ia acak


pelan puncak kepala Rasi sebelum akhirnya berdiri.
Bintang tidak tahan melihat penampilan istrinya
yang begitu sexy saat ini. Di dalam hati, Bintang
sudah berkali-kali memuji kecantikan wajah istrinya
yang sudah dirias. Matanya beberapa kali melirik ke
arah bibir istrinya itu, ingin sekali ia menyentuh dan
menciumnya. Tapi, Bintang coba untuk tidak
melakukannya.

25 Red Wine | Tim


"Loh? Mau kemana?" Rasi menarik Bintang, hingga
suaminya itu kembali duduk. Bintang dibuat harus
meneguk salivanya berat sebab merasakan dada
istrinya itu menyentuh lengannya.

Arghhh! Bintang merasa begitu gerah sekarang, juga


merasa sangat sesak dibalik celananya. Ia benar-
benar menginginkan Rasi saat ini, tetapi ia sadar. Ia
tidak bisa melakukan itu, karena rasanya aneh saja. Ia
baru saja meminta maaf perihal merajuk, masa ia
langsung menerkam istrinya sekarang?

Bintang menggeser tubuhnya sedikit, agar dada Rasi


tak menyentuh lengannya lagi. "Mas mau mandi
sayang. Gerah banget rasanya."

"Gerah karena liat aku pake lingerie ya?" Ucapnya


menggoda Bintang lalu tertawa.

Bintang menggaruk kepalanya, ya tentu saja gerah


karena itu. Lagian kenapa istrinya itu mengenakan
lingerie transparan sekarang sih?

26 Red Wine | Tim


Mata Bintang tak sengaja menangkap sebotol wine
yang ada di atas meja. "Ada wine?"

Mata Rasi ikut melihat ke arah meja, "iya." Rasi raih


botol wine itu, dan menuangkan sedikit isinya ke
dalam gelas. Membuat warna merah wine itu
terlihat jelas di dalam gelas yang bening.

"Nih, minum." Rasi memberikan gelas yang sudah


berisi wine itu pada Bintang yang ada di
sebelahnya. "Kamu gak minum?"

"Minum, kamu minum duluan aja habisin. Nanti aku


tuang lagi."

Menurut, Bintang pun mengambil alih gelas itu dari


tangan Rasi. Ia minum wine merah itu, hingga
tersisa setengah dan meletakkan gelas itu ke atas
meja.

"Bentar, aku tuang la—" Mata Rasi melotot sebab


Bintang yang menarik tengkuk lehernya secara
tiba-tiba.
27 Red Wine | Tim
Lelaki itu menciumnya dengan keadaan mulutnya
yang masih menyimpan wine. Bintang sengaja tidak
meneguk wine itu, hingga saat bibir mereka saling
bertemu dan bertautan, Bintang menstranfer wine
yang ada di dalam mulutnya itu, ke dalam mulut
Rasi.

Wahhh, Rasi merasa kalau Bintang benar-benar


gila! Ini kali pertamanya melakukan hal seperti ini.
"Mas Bintang! Kamu ngapain?" Ucapnya usai tautan
keduanya terlepas.

"Sweet," komentarnya.

"Wine-nya apa bibir kamu yang manis?" Lelaki itu


tampak berpikir. Lalu kembali melumat bibir Rasi
sebentar. "Oh, your lips."

"Mas Bintang! Yang bener aja?" Bintang hanya


terkekeh, tangannya bergerak menuang wine dari
dalam botolnya ke dalam gelas. "Kok kamu tiba-tiba
beli wine?"

28 Red Wine | Tim


Rasi menarik senyum lalu merapatkan tubuhnya
pada tubuh Bintang. "Ya pengen aja," ucapnya.
Tangannya bergerak melepas kancing kemeja
Bintang satu-persatu. Membuat mata lelaki itu
melotot.

Bintang hendak bertanya, apa yang sedang


dilakulan oleh istrinya itu. Tetapi, sebelum
pertanyaan itu keluar dari mulutnya, Rasi sudah
lebih dulu meletakkan jari telunjuknya di bibir
Bintang.

"Sttt, gak usah banyak tanya. Malam ini aku mau


nyenengin mas Bintang." Ucapnya sambil terus
membuka kancing kemeja Bintang. "Mas, ayok kita
bikin anak lagi."

Mata Bintang kembali melotot, apakah ia salah


dengar? "Sayang? Serius?"

Kini, semua kancing kemeja Bintang berhasil Rasi


lepas. Wanita itu berpindah duduk menjadi di atas
pangkuan Bintang.
29 Red Wine | Tim
Duduk di pangkuan suaminya, Rasi bisa merasakan
kejantanan Bintang yang berada di bawah sana
mengeras.

"Iya, serius." Tangannya bergerak membelai tubuh


atletis Bintang dengan seduktif. "Ayo, kita bikinin
adek buat Langit malam ini," bisiknya hingga
membuat Bintang meremang.

"Tapi, karena niatnya aku pengen nyenangin kamu.


Kita senang-senang dulu, okay?" Mendengar itu
membuat Bintang terkekeh. "i'm yours, baby."

"Tapi sayang, Langit mana?"

"Langit aku titipin di bang Dika, anak kita bakal


nginep di rumah bunda malam ini. Soalnya demi
kelancaran kita bikinin adek buat Langit."

Bintang mencubit hidung Rasi pelan, ada-ada saja


kelakuan istrinya ini.

30 Red Wine | Tim


Mengatakan akan menyenangkan Bintang malam ini,
lelaki itu sudah merasakan kalau Rasi mulai melakukan
aksinya.

Rasi tatap alis Bintang lama, lalu menyentuhnya. "Alis


kamu tebel banget."

"Alis kamu juga," pujinya balik.

Kedua mata Rasi menatap manik mata Bintang dalam.


"You have a beautiful eyes."

"Mata kamu juga cantik, sayang."

Tangannya lalu bergerak menyentuh hidung Bintang,


"hidung kamu mancung banget."

"Hidung kamu juga sama mancungnya." Tak Bintang


biarkan Rasi hanya memujinya seorang. Karena jauh
sebelum Rasi memujinya seperti ini, Bintang sudah
lebih dulu memuji kecantikan istrinya itu. Berkali-kali
kalimat pujian selalu ia ucapkan setiap kali ia melihat
wajah cantik istrinya itu.

31 Red Wine | Tim


Tangan Rasi kemudian berpindah menyentuh moles
Bintang yang ada pipi kirinya. "Moles kamu cantik,
dan titiknya ngebentuk sebuah rasi bintang."

"Dan Rasi Bintang itu adalah nama kita berdua,"


sahutnya membuat Rasi tersenyum hangat.

Tangan Rasi bergerak turun menyentuh sudut bibir


Bintang. "Kamu tau gak? Setiap kali liat bibir kamu
tuh, rasanya pengen aku ciummm terus."

Bintang terkekeh, "oh ya? Masa sih sayang?"

"Iya! Beneran! Bibir kamu tuh sexy banget?!"


Ucapnya lalu mengigit bibir bawah Bintang.

"Kok bibir ku digigit?"

"Biarin, kamu kan juga sering gigit bibir ku!" Rasi


benar-benar gemas di mata Bintang saat ini. Ingin
rasanya ia mencium wanitanya itu saat ini, tetapi
Rasi bilang ia yang akan menyenangkan Bintang.

32 Red Wine | Tim


"Kamu tau gak?" Rasi bertanya dengan tangannya
menyentuh-nyentuh tubuh Bintang dengan seduktif.
Wajah Bintang memerah menahan agar tidak
mengerang, "apa?"

"Aku dari tadi ngerasa tau, kalau punya kamu tuh


udah tegang banget di bawah sana. Kerasa banget
nyentuh-nyentuh punyaku, soalnya aku gak make
apa-apa kan di dalam."

Mata Bintang membulat, "really?" Lalu tangannya


menelusup masuk melalui ujung lingerie yang Rasi
kenakan dan langsung menyentuh inti tubuh istrinya
itu. "Oh iya gak pake apa-apa, dan sekarang udah
basah ya?" Bintang menyeringai.

Bintang kembali menyentuh kewanitaan istrinya dan


membelainya pelan membuat Rasi langsung
melenguh. "Mas Bintang, udah. Jangan-ahh," Rasi
mendesah. "Jangan disentuh-ahh sentuh begitu."

33 Red Wine | Tim


Bintang tertawa melihat wajah Rasi, lantas ia
keluarkan tangannya dari dalam lingerie Rasi. "Iya
udah ngga. Sekarang kamu mau ngapain?" Sebelah
alis Bintang terangkat.

"Gendong aku ke kamar," di detik selanjutnya


Bintang langsung berdiri dengan Rasi yang ada di
dalam gendongannya. Rasi lingkarkan kedua
kakinya di pinggang Bintang selagi suaminya itu
membawanya ke kamar.

Bintang duduk di tepi ranjang, dengan Rasi yag


masih ada di pangkuannya. Ia kecup sebentar bibir
istrinya itu karena sudah tidak tahan ingin
menciumnya sedari tadi, "apa lagi sekarang?"

"I wanna be on top of you. Can i?" Rasi mengedip-


ngedipkan matanya sedikit memohon.

"Woman on top? Of course you can."

34 Red Wine | Tim


Rasi beralih duduk dari pangkuan Bintang,
membiarkan suaminya itu berbaring lebih dulu di
atas ranjang sebelum akhirnya ia merangkak naik
tepat di atas tubuh Bintang, dan duduk di perut
lelaki itu.

"Kok bisa ya suami aku se hot ini?"

"Emang hot dari dulu," sahut Bintang. Sedikit aneh


rasanya ia berada di bawah seperti ini, sebab
Bintang lah yang selalu berada di atas tubuh Rasi.

Dari bawah sana, Bintang bisa melihat dengan jelas


buah dada Rasi meski terhalang lingerie. "Dada
kamu masih ada air susunya?"

"Ada. Kenapa? Mau nyusu kamu?"

Bintang hampir tersedak mendengar itu. "Udah


berani ya ngomong frontal-frontal begitu? Iya aku
mau, dikasih gak?"

35 Red Wine | Tim


"Boleh, tapi nanti." Rasi tertawa. "Aku pengen
pegang dada kamu dari tadi. Udah tiga hari libur
gak pegang-pegang kamu."

Bintang mengingat betapa tersiksanya ia beberapa


hari yang lalu. Tangannya sangat ingin menyentuh
tubuh Rasi, tetapi ia sedang dalam keadaan
merajuk saat itu.

"Pegang aja, aku gak larang?" Tanpa menunggu


lama, Bintang pun langsung meremas dada istrinya
itu. Membuat Rasi yang duduk di atasnya terus
bergerak menikmati remasan tangan Bintang di
dadanya.

Bintang merasakan remasannya tidak maksimal


sebab ada lingerie yang menghalangi. Tangan
Bintang berhenti meremas dan berpindah ke ujung
lingerie yang Rasi kenakan. Mengangkat dan
meloloskan lingerie itu melalui kepala Rasi.

36 Red Wine | Tim


Dan kini, Bintang dapat melihat lebih jelas dari
sebelumnya seluruh tubuh Rasi. Diantara semuanya,
selain bibir Rasi, dada istrinya adalah favoritenya.

Sebelum Bintang kembali meremas dadanya, Rasi


sudah lebih dulu menunduk. Sengaja ia menindih
tubuh Bintang dan menempelkan dadanya di atas di
dada Bintang. "We must kiss first."

Lantas di detik selanjutnya, Rasi langsung


mendaratkan bibirnya di atas bibir Bintang. Ia lumat
bibir Bintang pelan, dan kelamaan lumatan itu
bukan lagi sebuah lumatan pelan, melainkan
lumatan yang lebih dalam. Bintang menahan
kepalanya, dan terus memperdalam ciuman
keduanya.

Rasi bisa merasakan Bintang mengigit bibir


bawahnya pelan, tak mau kalah, Rasi pun
melakukan hal yang sama dengan mengigit bibir
bawah Bintang.

37 Red Wine | Tim


Ia juga yang lebih dulu memasukkan lidahnya ke
dalam mulut Bintang, bertemu sapa dengan lidah
Bintang di dalam sana sebelum akhirnya lidah
mereka saling tertaut dan bermain-main di dalam
sana.

Di sela-sela ciumannya, Bintang tersenyum miring.


Ia suka dengan sifat Rasi yang seperti ini, Rasi
yang berani dan memulai lebih dulu tanpa harus
dirinya yang memancing lebih dulu.

Dari awal ini memang niat Rasi, menyenangkan


Bintang dengan ia yang memulainya lebih dulu. Ia
juga sudah berniat untuk lebih berani malam ini.

Tautan bibir keduanya terlepas, Rasi melepas


ciuman keduanya lebih dulu. Sengaja melakukan itu
sebab ia ingin menjelajah bagian leher Bintang
sekarang. Ia cium-cium seluruh leher Bintang, tak
lupa memberikan tanda kepemilikan di sana dengan
cara menggigit leher Bintang pelan.

38 Red Wine | Tim


Bintang merasakan geli bukan main. Gigitan-gigitan
kecil Rasi di lehernya itu membuat Bintang merasa
kegelian, "wah ini kayaknya kamu ngasih kiss mark di
seluruh leher aku?"

"Iya!" Rasi mendongak, "biar seluruh orang di dunia ini


tahu, kalau Baskara Bintang udah ada yang punya."

"Emang yang punya siapa?"

"Rasi Gemintang dong!" Rasi menyahut mantap.

"Oke, besok aku ke kantor nanti kerah kemejanya


nanti aku turunin dikit. Biar orang-orang di kantor bisa
lihat jelas, hasil karya kamu di leherku."

Rasi refleks mencubit pinggang Bintang. "Ngga! Siapa


yang izinin kamu ke kantor besok dengan keadaan
begini?"

Alis Bintang terangkat satu, "oh? Kamu gak kasih izin?


Kita mau main sampe besok pagi ya makanya kamu
larang aku ke kantor besok?"

39 Red Wine | Tim


Wajah Rasi memberengut, lalu di detik selanjutnya
ia dibuat berteriak sebab Bintang tiba-tiba saja
merubah posisinya. Ia tempatkan Rasi di bawahnya,
dan ia yang berada di atas.

"Ngobrolnya kita jeda sebentar, kita lanjutin


aktivitas bikin adeknya aja ya?" Bintang melepas
kemejanya dan melemparnya asal. Ia menunduk
mencium leher Rasi dan meninggalkan banyak
bekas kemarahan di sana.

Ciumannya yang semula di leher semakin turun


hingga ke dada istrinya itu. Dapat Bintang lihat
puncak dada Rasi yang sudah menegang itu. Tanpa
harus menunggu lama, ia masukkan buah dada
kesukaannya itu ke dalam mulut.

Bintang hisap, gigit, dan mainkan puting istrinya itu


dengan lidah. Membuat tubuh Rasi terus bergerak
di bawahnya. Sebelah tangan Bintang tentu tidak
tinggal diam, ia gunakan sebelah tangannya itu
meremas dada Rasi kuat.

40 Red Wine | Tim


"Ahh," satu lenguhan keluar dari mulut Rasi
membuat Bintang tersenyum puas. "Kamu suka
diginiin?" Bintang gigit sedikit keras puting Rasi.

Rasi meringis juga mengangguk secara bersamaan,


"sakit tapi suka."

"Kalau ini?" Sebelah tangan Bintang yang semula


meramas dada Rasi berpindah menyentuh inti tubuh
istrinya itu. Dan memasukkan satu jarinya ke dalam
sana.

Sedikit susah Rasi mengangguk, sebab merasakan


kenikmatan jari Bintang di bawah sana. "Suka."

Bintang keluarkan jarinya di bawah sana, "katanya


mau nyenengin aku tadi? Coba aku lihat gimana."

"Switch," ucap Rasi. Lalu Bintang kembali merubah


posisinya di bawah, dan membiarkan Rasi di
atasnya.

41 Red Wine | Tim


Rasi mundur, dan tidak lagi duduk di atas perut
Bintang. Melainkan di atas paha lelaki itu. Tangannya
bergerak membuka kancing celana Bintang dan
menarik resletingnya. Bintang pun hanya
memperhatikan apa yang Rasi lakukan.

Ia biarkan Rasi melepas celana kerjanya sendiri,


hingga meninggalkan Bintang yang hanya
mengenakan celana dalam.

Rasi meneguk salivanya berat melihat kejantanan


Bintang yang berdiri tegak di balik celana dalam lelaki
itu. Rasanya tangannya sedikit berat untuk
menurunkan celana dalam Bintang.

Menyadari itu, membuat Bintang langsung berucap


"You don't need to, gak usah dilakuin ya sayang kalau
gak bisa. Jangan dipaksa."

"Kata siapa gak bisa?" Usai berkata begitu, Rasi


langsung menurunkan celana dalam Bintang.
Memperlihatkan kejantanan Bintang yang sudah
berdiri dengan tegak.

42 Red Wine | Tim


Rasi mengerjap-ngerjapkan matanya melihat
kejantanan Bintang di depan matanya seperti ini.
Tangan Rasi penasaran ingin menyentuh milih
suaminya itu, selama setahun menikah, Rasi belum
pernah sekalipun menyentuh kejantanan milik Bintang.

Tak sengaja menyentuh mungkin pernah, tetapi


memegang milik suaminya itu ia tak pernah. Bintang
pernah beberapa kali menawarkan Rasi untuk
memegang miliknya, tetapi wanita itu selalu menolak.

"Kenapa dilihatin begitu? Mau pegang kamu?" Tanya


Bintang karena melihat Rasi yang terus melihat ke
arah miliknya tanpa melakukan apa-apa.

Apakah harus? Ia sudah berjanji akan lebih berani kali


ini. Tidak ada salahnya kan memegang milik suami
sendiri?

Lalu, dengan perlahan. Rasi pun menyentuh milik


Bintang, ia pegang kejantanan yang sudah berdiri
tegak itu dengan tangannya.

43 Red Wine | Tim


Padahal Rasi hanya memegang, tetapi sentuhan
tangannya itu sudah mampu membuat Bintang
mengerang keras.

"Arghhh! Rasi!"

Bintang melihat tangan Rasi yang masih memegang


miliknya, "can you do more?"

Wajah Rasi kebingungan, "how?"

Bintang memegang tangan Rasi yang masih


memegang miliknya. Lalu tangannya membawa
tangan Rasi untuk turun naik secara teratur pada
kejantanannya.

"Like this?" Tanyanya. Dengan wajahnya yang


merasakan kenikmatan sebab tangan Rasi yang
berada pada kejantanannya, Bintang mengangguk.
"Yes, like this."

Bintang melepas tangannya, membiarkan tangan Rasi


secara mandiri memainkan miliknya.

44 Red Wine | Tim


Dapat Rasi lihat betapa Bintang menikmati permainan
tangannya pada milik suaminya itu. Sesekali Bintang
akan mengerang dan meneriakkan namanya. Dan
entah kenapa, Rasi menyukai itu. Melihat ekspresi
wajah Bintang yang puas dan nikmat dengan gerakan
tangannya, juga mulut lelaki itu yang menyebutkan
namanya.

Lantas, Rasi tambahkan kecepatan tangannya pada


milik Bintang hingga Bintang mengerang dengan
keras.

"Arghh! Rasi! You're so good." Pujinya.

Akhirnya, Rasi bisa memainkan miliknya seperti ini.


Bintang sudah menunggu lama hal ini, ia yang sangat
ingin merasakan miliknya dipuaskan oleh Rasi sendiri.
Akhirnya ia mendaptkan itu, dan merasakan puas
bukan main.

Bibir Rasi tersenyum miring, "kamu suka ya mas


diginiin? Aku gatau kamu bakalan sesuka ini. Aku suka
lihat wajah puas kamu dari atas begini."

45 Red Wine | Tim


"Suka," ucapnya singkat.

Rasi melepaskan tangannya pada kejantanan Bintang,


lalu kembali merangkak naik ke atas tubuh lelaki itu.
"Can i ride you?"

Bintang terkekeh pelan, "you don't need to ask baby.


Of course you can."

Dengan perlahan Bintang memasukkan kejantanannya


ke dalam inti tubuh Rasi. Hingga akhirnya milik Bintang
sepenuhnya masuk pada milik Rasi. Perlahan, Rasi
mulai menggerakan pinggulnya. Ia secara teratur
memaju mundurkan tubuhnya.

"Ahh, Rasi!" Hari ini, Bintang berkali-kali menyebutkan


nama Rasi. Dan Bintang akhirnya menyadari, bahwa
belum sekalipun Rasi mendesahkan namanya.

Merasa tidak adil, lantas Bintang pun membalik


posisinya menjadi di atas Rasi. Sudah cukup
wanitanya itu berada di atasnya, kini giliran ia yang
berada di atas. Ia juga ingin memuaskan Rasi hari ini.

46 Red Wine | Tim


"I want to hear you moan my name." Ucapnya pada
Rasi. "Then, make me scream and moan your name.”

Bintang menyeringai, "as your wish."

Rasanya Rasi sedikit menyesal meminta Bintang


untuk membuatnya berteriak dan mendesah. Sebab
ia sudah berkali-kali menyebutkan nama lelaki itu.

"Ahh," Rasi mendesah merasakan kenikmatan pada


permainan Bintang. "Ahh mas Bintang."

"Baskara Bintang, you're so fucking good."

Bintang memaju mundurkan kejantanannya pada


tubuh Rasi secara cepat. Dan semakin cepat.
Tangannya tak tinggal diam, ia gunakan tangannya
itu untuk memainkan buah dada Rasi.

"Ahh, mas. A-aku mau k-keluar."

"Wait, tahan sebentar. Aku juga mau keluar."

47 Red Wine | Tim


Bintang terus menaikkan temponya, ia tidak ingin
Rasi sampai lebih dulu. Ia ingin mereka berdua
mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.

Dan, "ahh." Satu desahan lolos dari mulut keduanya


bersamaan dengan tubuh Rasi yang bergetar hebat
karena sampai pada puncak kenikmatan, juga
keluarnya cairan milik Bintang yang sengaja ia
keluarkan di dalam.

Bintang melepaskan penyatuan keduanya, lalu


berbaring tepat di samping Rasi. Ia usap perut
istrinya itu pelan, "semoga jadi ya sayang. Papa
sama bunda bakalan usaha tiap hari biar dedek
bayinya jadi."

Mendengar itu, Rasi terkekeh. "Mas ih."

"Iyakan? Kalau yang ini belum jadi, besok kita harus


coba lagi. Besok besoknya juga harus coba lagi.
Tiap hari kita coba."

48 Red Wine | Tim


Mata Rasi sedikit terpejam karena lelah, "making love
sama aku secandu itu ya mas?"

Bintang memajukan tubuhnya, lalu membawa tubuh


Rasi masuk ke dalam pelukannya. "Iya, making love
sama kamu emang secandu itu."

"Mas," Rasi mendongak menatap wajah Bintang.


"Kalau seandainya nanti anaknya bukan perempuan
gimana?"

"Gak gimana-gimana."

"Tapi kamu maunya anak perempuan kan?"

"Iya, tapi kita gak bisa maksain kehendak. Kalau nanti


dikasihnya anak laki-laki lagi juga mas gak masalah,
yang penting kan mas punya anak lagi sama kamu."
Ucap Bintang membuat Rasi tersenyum hangat.

"Kita masih bisa usaha lagi, biar nanti dapat yang


perempuan."

49 Red Wine | Tim


"Aw sayang, sakit!" Rasi refleks mencubit Bintang usai
mendengar ucapan lelaki itu. "Mulutnya tuh ya! Gak
bisa dikontrol!"

Bintang memeluk erat tubuh Rasi, "udah jangan galak-


galak begitu. Kamu juga suka kan tapi proses
buatnya?"

"Sukalah, kalau lakuinnya sama kamu." Bintang


terkekeh lalu menghujani puncak kepala Rasi dengan
banyak ciuman. "Yaudah, kita bobo bentar istrihat.
Nanti lanjut lagi."

"Di kamar mandi boleh deh ya? Sekalian mandi nanti?"


Rasi di dalam dekapan Bintang hanya mengangguk.
"Iya terserah, mau di kamar mandi kek, di kolan
renang, atau di dapur. Terserah."

"Ah, boleh tuh di kolam renang?"

Mata Rasi melotot, "mas! Aku bercanda?! Udah ya di


kamar mandi aja nanti di bath tub. Ya masku sayang?"

50 Red Wine | Tim


Bintang menunjuk bibirnya dengan jari telunjuk,
"cium dulu."

Wajah Rasi mendekat, lalu mengecup bibir Bintang


singkat. “Udah yuk, kita boboan dulu.”

Bintang kembali memeluk Rasi erat, tangannya


bergerak mengusap-usap punggung Rasi. “Makasih
sayang, makasih udah mau punya anak lagi sama
aku.” Ia cium dahi Rasi lama. “Once again, thank
you. And I love you my sweetheart.”

51 Red Wine | Tim

Anda mungkin juga menyukai