Dalam menyebarkan agama Islam sendiri, sunan muria mengikuti jejak
dakwah ayahnya yaitu Sunan Kalijaga, yang menyiarkan Islam melalui seni-budaya. Sunan Muria mengembangkan penulisan tembang cilik (sekar alit) jenis Sinom dan Kinanthi. Tembang tersebut masih populer hingga sekarang di kalangan masyarakat Jawa.
Sunan Muria juga kerap berdakwah dengan memainkan carangan atau
wayang yang sangat digemari oleh masyarakat penganut Hindu-Budha. Carangan tersebut kemudian diberi sentuhan nuansa Islam. Strategi ini juga dilakukan dalam memodifikasi tradisi lama masyarakat Hindu-Budha. Tradisi sesajen atau mempersembahkan makanan kepada leluhur, diubah.
Salah satu bukti peninggalan oleh sunan muria, yakni masjid
peninggalan sunan muria yang berada di Desa Colo di Lereng Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah. Masjid setinggi 1600 meter di atas permukaan laut. Benda lain peninggalan pada masa syiar Islam Sunan Muria adalah bedug yang terbuat dari kayu jati kuno, terdapat pahatan berbentuk ukiran naga dan ayam jantan di atas bedug. Selanjutnya adalah gentong Sunan Muria yang sering menjadi tempat tujuan pengunjung setelah berziarah di makam sang wali.