Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membahas asuhan keperawatan pada anak dengan
masalah keterlambatan tumbuh kembang anak di ULP-STKA Universitas Riau.
Pembahasan ini dibuat dengan langkah proses keperawatan yang dimulai dengan
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pada kasus ini kelompok melakukan pengkajian mengacu pada pengkajian head
to toe, dan kelompok juga melakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak sesuai
dengan denver untuk anak usia 2 tahun 7 bulan. Didapatkan data bahwa anak belum
mampu bicara sesuai dengan perkembangan usianya, sudah bisa berjalan namun
gerakannya asimetris atau tidak seimbang antara anggota tubuh kiri dan kanan, tidak
mampu membuat frasa yang bermakna dan kuran mampu menunjukkan ketertarikan
terhadap suatu benda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak mengalami resiko
keterlambatan tumbuh kembang.
Pengkajian juga dilakukan menggunakan skrinning DDST. Berdasarkan
interpretasi denver didapatkan hasil anak tergolong memiliki tahap perkembangan
suspect, dari 4 komponen penilaian yang dinilai terdapat komponen yang gagal
dilakukan anak yaitu aspek personal sosial menyebut nama teman dan memakai T-
shirt. Sehingga anak perlu dilakukan stimulasi tumbuh kembang secara berulang-ulang
selama 4 hari di ULP-STKA. Aspek motorik halus yaitu menyusun menara dari kubus,
aspek bahasa yaitu mengetahui 4 kegiatan, menyebut 2 warna, dan aspek motorik
kasar yaitu berdiri 1 kaki 2 detik dan melompat jauh.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan hasil pengkajian adalah :
1. Resiko keterlambatan perkembangan bahasa berhubungan dengan down syndrome.
2. Resiko keterlambatan perkembangan motorik kasar berhubungan dengan down
syndrome.
C. Intervensi keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan. Intervensi yang disusun merupakan modifikasi
dari intervensi, serta mengacu pada prioritas masalah yang ada. Intervensi dilakukan
juga disesuaikan dengan kondisi anak pada saat itu dan kondisi lingkungan, setelah itu
kelompok membandingkan dengan konsep teori yang ada.
Pada pengkajian yang telah dilakukan kelompok mengangkat dua diagnosa
keperawatan pada anak H, yaitu pertama resiko keterlambatan perkembangan bahasa
berhubungan dengan down syndrome, dan yang kedua keterlambatan perkembangan
motorik kasar berhubungan dengan down syndrome. Dari kedua diagnosa, kelompok
menyusun intervensi sesuai dengan masalah pada anak H, kedua intervensi diagnosa
yaitu mengkaji data yang mendukung dengan masalah resiko keterlambatan
perkembangan bahasa, dan motorik kasar berhubungan dengan down syndrome ULP-
STKA yaitu dengan menskrinning perkembangan anak H menggunakan DDST,
menstimulasi kemampuan bahasa anak dengan mengajarkan anak menyebut nama
temannya, menyusun menara dari kubus, mengetahui 4 kegiatan, menyebut 2 warna,
berdiri 1 kaki dan melompat jauh.

D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak. Dalam melakukan
implementasi, kelompok berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan asuhan
keperawatan dengan cara menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Implementasi yang
kelompok lakukan pada kedua diagnosa yaitu dengan menstimulus perkembangan
anak baik itu aspek personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.

E. Evaluasi
Evaluasi pada tahap akhir dalam proses keperawatan. tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif yang akan
menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai atau belum tercapai.
Serta menentukan masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan, dan
dinilai kembali. Pada kasus anak H kelompok mengangkat dua diagnosa keperawatan.
pengkajian, penetapan diagnosa, dan perencanaan dilakukan dalam 1 hari.
Implementasi dilakukan dalam 3 hari. Pada diagnosa pertama yaitu resiko
keterlambatan perkembangan bahasa dihari ketiga anak dapat menyebutkan 1 gambar
dari 2 gambar yang diminta.
Pada diagnosa kedua, yaitu resiko keterlambatan perkembangan motorik kasar
dihari ketiga anak dapat berdiri 1 kaki 1 detik. Maka dapat disimpulkan bahwa
masalah resiko keterlambatan perkembangan motorik kasar anak teratasi sebagian.

Anda mungkin juga menyukai