Anda di halaman 1dari 29

Relevansi Hukum Pidana Islam

Masih Relevankan Hukum Pidana Islam


diterapkan?
• Jawabannya: Tentu masih.
– Sebagai sistem hukum yang telah ada sejak
abad ke 7 atau 14 abad yang lalu, kini hukum
Pidana Islam ”dianggap” sudah ketinggalan
dibandingkan sistem hukum pidana barat, baik
continental ataupun common law.
Anggapan ini sangat tidak adil.
• Karena pada masa lalu hukum Islam telah
menjadi pionir dalam penerapannya dengan
landasan yang valid, alquran dan sunnah Nabi.
Bukan berdasarkan dugaan-dugaan manusia
semata mengenai hal-hal yang dirasa adil.
Alasan yang sering mengemuka:
• Adalah masyarakat abad 21 telah berubah dan
tentu dengan tatanan dan kebutuhan yang
berbeda dengan masa lalu termasuk
hukumnya. Lalu klaim itu meluas dengan
mengatakan syariat Islam tidak lagi selaras
dengan kehidupan global karena ia terlalu
keras bagi masyarakat yang menjunjung tinggi
HAM.
Disinilah letak kesalahannya:
• Hukum pencipta tidak ada bandingannya (Syariat
Islam Vs man made law).
• Pencipta Maha Mengetahui masa lalu, sekarang dan
akan datang, paling mengerti kebutuhan, sifat,
tabiat, kecenderungan dan segala aspek pada
manusia ciptaan-Nya.
• Tuhan tidak memiliki kepentingan pada ciptaannya.
• Manusia dalam membuat hukum memiliki
kepentingan tertentu dan sebagai makhluk ia adalah
lemah.
Kesimpulan:
• Tidak sah mengklaim bahwa syariat Islam
ketinggalan zaman dan hukum buatan manusia
lebih baik. Karena faktor pembandingnya tidak
satu tingkatan atau tidak relevan untuk
dibandingkan. Tidak mungkin membandingkan
antara produk hukum Pencipta dengan produk
hukum dari hasil ciptaan-Nya.
Perkembangan Studi Hukum Pidana slam
• Hukum Pidana Islam tidak hanya diajarkandi universitas-universitas di
Indonesia saja. Berbagai fakultas hukum di negara-negara Barat juga telah
mengajarkan materi Hukum Pidana Islam/ Sistem Peradilan Pidana Islam
ini dalam kurikulumnya.

• Contoh, dalam silabus kuliah Comparative Criminal Law di St. Mary’s


School of Law (Thailand, Kuala Lumpur, India, Indonesia-Surabaya)
terdapat satu sesi kuliah “An Introduction to Islamic Law”.

• Dalam silabus mata kuliah Comparative Criminal Law di the University of


Queensland (Australia) terdapat pembahasan mengenai “criminal justice
across the legal tradition” termasuk Islamic Law.

• Hukum Pidana dari negara-negara Islam juga menjadi bagian dari kuliah
Comparative Criminal Law di Dalhouse University (Canada)
Perkembangan Studi Hukum Pidana slam
• Di University of London dalam mata kuliah Comparative Criminal Justice Policy
diberikan juga materi “Legal Culture and Criminal Justice Policy in Islamic Law.”
(Budaya hukum dan kebijakan peradilan pidana dalam hukum islam).

• Sehingga sebetulnya, jika materi ini baru diajarkan di fakultas-fakultas hukum di


Indonesia - yang berpenduduk mayoritas muslim dan cukup lama menjalankan
hukum Islam- ini agak mengherankan.

• http://www.uq.edu.au/study/course.html
• http://www.registrar.dal.ca/calendar/class
Klasifikasi Hukum Pidana
Islam
Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

• Pengertian tindak pidana


• Tindak pidana dalam hukum Islam dikenal
dengan 2 istilah:
– Jinayah
– Jarimah
• Adalah larangan-larangan hukum yang
diancam dengan hukuman had atau ta’zir.
• Larangan-larangan hukum artinya melakukan
perbuatan hukum yang dilarang atau tidak melakukan
perbuatan yang diperintahkan.
• Dengan kata lain, melakukan atau tidak melakukan
perbuatan yang membawa kepada hukuman yang
ditentukan oleh syariat adalah tindak pidana.
• Dengan demikian tindak pidana mengandung arti
bahwa tiada suatu perbuatan (secara aktif maupun
secara pasif) dihitung sebagai suatu tindak pidana
kecuali hukuman yang khusus untuk perbuatan atau
tidak berbuat itu telah ditentukan dalam syariat.
Klasifikasi tindak pidana dalam hukum Islam
dibagi atas:

• Hudud
• Qisas/Diyat
• Ta’zir
Tindak pidana Hudud
• Adalah setiap tindak pidana yang sanksinya
ditentukan oleh Al-qur’an maupun hadis Nabi.
• Tindak pidana Hudud adalah kejahatan yang paling
serius dan berat dalam hukum pidana Islam. Karena
terkait erat dengan kepentingan publik. Namun tidak
berarti kejahatan hudud tidak mempengaruhi
kepentingan pribadi sama sekali. Kejahatan hudud ini
terkait dengan Hak Allah

• Tindak pidana ini diancam dengan hukuman hadd,


yaitu hukuman yang ditentukan sebagai hak Allah. Ini
berarti bahwa baik kuantitas maupun kualitas
ditentukan dan ia tidak mengenal tingkatan serta
harus dilaksanakan.
Tindak pidana dalam kategori ini, di antaranya:

• Perzinaan
• Tuduhan (palsu) berbuat zina (Kadzab)
• Pencurian (Sariqah)
• Minum-minuman keras (Khamar)
• Pemberontakan (Bughat)
• Perampokan (Hirabah)
• Murtad
Contoh konkrit:
• Qanun (NAD)No.6 Tahun 2014 ttg Jinayah
• Pengaturan larangan minum khamar

Pasal 15
(1) Setiap Orang yang dengan sengaja minum Khamar
diancam dengan ‘Uqubat Hudud cambuk 40 (empat puluh)
kali.
(2) Setiap Orang yang mengulangi perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diancam dengan ‘Uqubat Hudud
cambuk 40 (empat puluh) kali ditambah ‘Uqubat Ta’zir
cambuk paling banyak 40 (empat puluh) kali atau denda
paling banyak 400 (empat ratus) gram emas murni atau
penjara paling lama 40 (empat puluh) bulan.
Tindak pidana Qisas/Diyat.
• Tindak pidana dalam kategori ini lebih ringan
dibanding yang pertama (hudud) namun lebih
berat daripada ta’zir. Sasaran dari tindak
pidana ini adalah jiwa (nyawa) dan integritas
tubuh manusia, yang dilakukan dengan sengaja
dan tanpa hak (melawan hukum). Dalam
hukum pidana konvensional dikenal dengan
kejahatan terhadap jiwa dan badan/tubuh
manusia.
Tindak pidana dalam kategori ini, meliputi:

• pembunuhan dengan sengaja


• pembunuhan menyerupai sengaja
• pembunuhan karena kealpaan
• penganiayaan
• menimbulkan luka/sakit karena kelalaian
Tindak pidana ta’zir.
• Adalah setiap tindak pidana yang tidak
ditentukan sanksinya oleh al-quran maupun
hadis Nabi, yang berkaitan dengan tindak
pidana yang melanggar hak Allah dan hak
hamba.
• Tindak pidana yang berkaitan dengan hak Allah adalah
segala sesuatu yang berkaitan dengan kemaslahatan umum.
Misal perampokan, pencurian, perzinaan, pemberontakan.
• Tindak pidana yang berkaitan dengan hak hamba adalah
segala sesuatu yang mengancam kemaslahatan bagi seorang
manusia. Misal tidak membayar utang, penghinaan.
• Tindak pidana ini dibedakan atas 3 bagian:
– Tindak pidana hudud atau qisas yang subhat atau
tidak memenuhi syarat namun sudah merupakan
maksiat. Misal percobaan pencurian, pencurian
dikalangan keluarga.
– Tindak pidana yang ditentukan oleh alquran dan
hadits namun tidak ditentukan sanksinya. Misal
penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan
amanah.
– Tindak pidana yang ditentukan pemerintah untuk
kemaslahatan umum. Dalam hal ini ajaran Islam
dijadikan pertimbangan penentuan kemaslahatan
umum.
• Landasan dan penentuan hukumnya didasarkan pada
ijma’ (konsensus) berkaitan dengan hak negara
muslim untuk mencegah tindakan dan menghukum
semua perbuatan yang tidak pantas, yang
menyebabkan kerugian atau kerugian fisik, sosial,
politik, finansial atau moral bagi individu atau
masyarakat secara keseluruhan.
• Dalam sejarah hukum pidana Islam tindak pidana
yang diancam dengan hudud atau qisas/diyat hampir
tidak pernah dilakukan, kecuali dalam perkara yang
sangat sedikit.

• Pada umumnya tindak pidana yang banyak terjadi


adalah yang diancam dengan ta’zir. karena perhatian
ajaran Islam atas kemaslahatan manusia sangat besar.
Jenis-jenis tindak pidana yang diancam
pidana mati
• Zina
• Perampokan (Hirabah)
• Murtad
• Pemberontakan
• Pembunuhan sengaja
Proses pengadilan
• Hukuman yang dijatuhkan terhadap pelaku hanya
dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat-syarat
yang ketat.

• Dalam kasus zina:


– Hukuman mati bagi pelaku muhsan (terikat kawin)
hanya dapat dilakukan setelah melalui proses
pembuktian yang ketat, sehingga dimasa nabi dan
sahabat penjatuhan hukuman ini dapat dihitung
dengan jari.
Alat bukti zina ada 3, yaitu:
• 4 orang saksi yang langsung melihat perzinaan tersebut.
– Tentu ini tidaklah mudah, karena adanya ancaman pidana
80 x cambuk bagi mereka penuduh zina yang tidak
terbukti.

• Pengakuan.
– Rasulullah pernah menangguhkan rajam kepada Ma’iz
sampai ia mengaku empat kali, karena rasul meragukan
kesehatan akal Ma’iz. Bahkan Ma’iz dikembalikan
kepada sukunya untuk ditanya apakah akalnya sehat dan
setelah itu baru dirajam.

• Indikasi-indikasi tertentu, semisal kehamilan.


Eksekusi pidana mati
• Apabila perzinaan telah terbukti maka hakim
wajib menjatuhkan hukuman had kepada para
pelakunya.
• Teori tadakhul:
– Jika seorang pelaku zina telah berkali-kali
melakukan perzinaan kemudian tertangkap, maka
baginya cukup dijatuhi hukuman sekali saja.
• Akan tetapi jika ia melakukan perzinaan, di samping
itu juga melakukan tindak pencurian atau tindak
pidana lainnya, maka masing-masing kejahatan
dikenakan hukuman. karena kedua macam tindak
pidana itu berbeda tujuannya, yakni yang satu
memelihara kehormatan dan yang lain menjaga harta.

• Eksekusi dilakukan oleh pemerintah atau orang atau


badan yang diberi wewenang oleh pemerintah.

• Pelaksanaan sanksi harus terbuka dan diketahui


umum, agar hukuman tersebut berdaya preventif.
SEKIAN TERIMA KASIH

ASSALAMU ALAIKUM
WARAHMATULAHI
WABARAKATU

Anda mungkin juga menyukai