Anda di halaman 1dari 3

Nama : Jimmy Pranata

NIM : 044411947
Prodi : Ilmu Administrasi Perpajakan
UT : UT Denpasar

1. Axel mengelola sebuah perusahaan textil “Famous” dan sudah dikukuhkan sebagai PKP
sejak tanggal 15 Maret 2005. Ia menggunakan merek dagang “YSL” milik perusahaan textil
di Yordania. Hasil produksinya kebanyakan diekspor ke negara-negara timur tengah, dan
sebagiannya lagi dijual didalam daerah pabean.

Dalam bulan Maret 2022 dapat dicatat beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Transfer royalti Rp. 65.000.000 kepada perusahaan textil pemilik merek dagang di
Yordania
b. Salah satu unit gedung tempat kegiatan usaha yang dibangun sendiri dijual dengan
harga Rp. 4.500.000.000 gedung tersebut dibangun di tahun 2007 seluas 420 m2
dengan biaya Rp. 3.000.000.000 termasuk PPN atas pembelian material Rp.
24.000.000 yang pada waktu itu tidak memenuhi syarat untuk
dikenakan PPN membangun sendiri sesuai pasal 16 C UU No. 42 tahun 2009 tentang
perubahan ketiga UU PPN 1984 dan PMK Nomor 163 Tahun 2012 tentang Batasan
dan Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Atas Kegiatan Membangun
Sendiri.
c. Mobil boks mini yang dibeli ditahun 2012 dijual dengan harga jual Rp. 127.000.000,
penyerahan dilakukan pada tanggal 14 Maret 2022 kepada Anto pedagang baju yang
belum memiliki NPWP, sedangkan pembayaran akan diterima pada tanggal 8 april
2022.

Diminta : berapa PPN yang terutang dan wajib disetor atas setiap transaksi diatas dalam bulan
Maret 2022!

Jawab :

a. Mengacu pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 147/PJ/2010, tarif
PPN atas royalty BKP tidak berwujud (dalam hal ini Pemanfaatan Hak Merk Dagang)
dari luar daerah pabean adalah 10% dikali jumlah yang dibayarkan atau seharusnya
dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP tidak berwujud, jika dalam jumlah
yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan tidak termasuk PPN. Besaran tarif untuk
PPN atas royalti = 10% x Rp. 65.000.000 = Rp. 6.500.000,-
b. PPN terhadap aktiva (dalam hal ini Gedung) yang semula tidak untuk
diperjualbelikan, diatur pada Pasal 16D UU PPN No.42 tahun 2009, yang mengatur
bahwa penyerahan BKP berupa mesin, perabotan, peralatan atau BKP lainnya yang
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP dikenakan PPN 10% :
PPN penjualan bangunan = 10% x Rp. 4.500.000.000 = Rp. 450.000.000,-
c. Penjualan Mobil Boks Mini yang dijual senilai Rp. 127.000.000 maka dikenakan PPN
10%, yaitu : Rp. 127.000.000 x 10% = Rp. 12.700.000,-

2. Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp.400.000.000,00 dan masa manfaatnya 20


tahun. Hitunglah besarnya biaya penyusutan setiap tahunnya jika menggunakan metode:

1. Garis lurus
2. Saldo menurun

Jawab :

1. Garis Lurus
Karena gedung memiliki harga perolehan Rp 400.000.000,00 dan masa manfaatnya
20 tahun, tarif penyusutan gedung dengan masa manfaat 20 tahun adalah 5% ,maka
besaran penyusutan menggunakan garis lurusnya : Rp 400.000.000 x 5%= Rp Rp.
20.000.000,- Untuk lebih jelas penyusutan setiap tahun di sajikan dalam tabel
dibawah :

Tahun Ke Penyusutan Nilai Sisa Buku


1 Rp. 20.000.000,- Rp. 380.000.000,-
2 Rp. 20.000.000,- Rp. 360.000.000,-
3 Rp. 20.000.000,- Rp. 340.000.000,-
4 Rp. 20.000.000,- Rp. 320.000.000,-
5 Rp. 20.000.000,- Rp. 300.000.000,-
6 Rp. 20.000.000,- Rp. 280.000.000,-
7 Rp. 20.000.000,- Rp. 260.000.000,-
8 Rp. 20.000.000,- Rp. 240.000.000
9 Rp. 20.000.000,- Rp. 220.000.000
10 Rp. 20.000.000,- Rp. 200.000.000
11 Rp. 20.000.000,- Rp. 180.000.000
12 Rp. 20.000.000,- Rp. 160.000.000
13 Rp. 20.000.000,- Rp. 140.000.000
14 Rp. 20.000.000,- Rp. 120.000.000
15 Rp. 20.000.000,- Rp. 100.000.000
16 Rp. 20.000.000,- Rp. 80.000.000
17 Rp. 20.000.000,- Rp. 60.000.000
18 Rp. 20.000.000,- Rp. 40.000.000
19 Rp. 20.000.000,- Rp. 20.000.000
20 Rp. 20.000.000,- Rp. 0

2. Saldo Menurun
Metode penyusutan saldo menurun adalah metode penyusutan aktiva tetap yang
ditentukan berdasarkan persentase tertentu dan dihitung dari harga buku pada tahun
yang bersangkutan. Besarnya persentase penyusutan adalah dua kali persentase atau
tarif penyusutan metode garis lurus. Berdasarkan penetapan tarif penyusutan harta
berwujud pada pasal 11 Undang- Undang Pajak Penghasilan untuk bangunan
permanen (Gedung) tidak dikenai penyusutan dengan metode saldo menurun. Sebab
Gedung merupakan aktiva tetap berwujud dimana metode penghitungan
penyusutannya hanya menggunakan metode garis lurus saja. Hanya alokasi dari
fungsi dan waktu penggunaan asset saja yang menjadi dasarnya. Gedung atau
bangunan sifatnya tidak seperti asset berupa mesin atau peralatan yang memberikan
kinerja dan manfaat terbaiknya terhadap perusahaan hanya pada saat awal-awal asset
tersebut digunakan. Mesina tau peralatan semakin lama semakin menurun kinerjanya
karena aus atau rusak. Dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun,
jumlah angka penyusutan tiap tahun akan mengalami penurunan penyusutan tiap
tahunnya, karena penyusutan dihitung dari nilai sisa buku.

Anda mungkin juga menyukai