1. Untuk proses penyusunan anggaran kas jangka panjang, PT. PRIMA ABADI menyiapkan
data sebagai berikut: (Bobot 25%)
a. Kas di awal Tahun 2A18 sebesar Rp2.020.000 dan modal kerja non kas sebesar
Rp2.500.000. Modal kerja non kas ini akan meningkat pada proporsi yang sama dengan
meningkatnya penjualan
b. Rencana Penjualan selama 4 tahun yang akan datang adalah :
c. Prediksi proporsi biaya total terhadap penjualan adalah sebesar 60% dari penjualan.
Sedangkan perbandingan biaya tetap dan biaya variable adalah 2 : 8. Biaya depresiasi
ditentukan 50% dari biaya tetap per tahun.
d. Tahun ini perusahaan meminjam uang ke bank sebesar Rp5.000.000 yang pelunasannya
dilakukan 2 kali yaitu 60% pada tahun 2A18 dan sisanya pada tahun 2A19. Besar bunga
20% dari sisa pinjaman.
e. Kebutuhan kas untuk pembayaran obligasi selama 4 tahun mulai 2A18 s/d 2A21 adalah
Rp2.600.000, Rp2.512.000, Rp2.700.000 dan Rp2.650.000
Capital Outlays
Arus kas masuk bersih 2A17 – 2A18
= EAT + Depresiasi + bunga setelah pajak
= 80.000.000 + 30.000.000 + 20.000.000 (1-0,2)
= 126.000.000
Perkiraan laba rugi tahunan pada kapasitas 90% tahun 2A19 - 2A21
3. PT. Abadi memiliki usaha di bidang alat tulis dengan data sebagai berikut : (Bobot 15%)
a. Kapasitas produksi yang mampu dipakai adalah 400.000 unit mesin fotocopy.
b. Harga jual per satuan diperkirakan Rp15.000 unit
c. Total biaya tetap sebesar Rp 180.000.000 dan total biaya variable sebesar
Rp 250.000.000
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :
1. Fixed Cost
Overhead Pabrik Rp 60.000.000
Biaya Distribusi Rp 70.000.000
Biaya Administrasi dan umum Rp 50.000.000
Total biaya tetap Rp 180.000.000
2. Variabel Cost
Biaya bahan langsung Rp 60.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 70.000.000
Overhead pabrik Rp 40.000.000
Biaya distribusi Rp 50.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp 30.000.000
Total biaya variable Rp250.000.000
= 12.521,7391 unit
= 12.521 unit
PT. Abadi akan mencapai titik impas jika menjual sebanyak 12.521 unit alat tulis.
Pada titik ini, perusahaan tidak akan menghasilkan keuntungan atau kerugian.
2) Mencari BEP dalam Rupiah
𝐹𝐶
BEP (Rp) = 𝑇𝑉𝐶
1−
𝑆
𝑅𝑝180.000.000
= 𝑅𝑝250.000.000
1−
𝑅𝑝6.000.000.000
𝑅𝑝180.000.000
= 1−0,04
𝑅𝑝180.000.000
= 0,96
= Rp187.826.087,-
PT. Abadi akan mencapai titik impas jika mendapatkan omset sebesar
Rp187.826.087,-
Sehingga, untuk membuktikan kedua hasil di atas dapat dihitung dengan:
BEP = Unit BEP x harga jual per unit
Rp187.826.087,- = 12.521,7391 unit x Rp 15.000,- →TERBUKTI
b. Hitung Margin of Safety (MOS)
Margin of Safety = Actual Sales – Break Event Point
= Rp6.000.000.000,00 – Rp187.500.000,00
= Rp5.812.500.000,00
PT. Abadi memiliki MOS yang tinggi sebesar Rp 5.812.500.000,-. Hal ini dikarenakan
PT. Abadi sudah menjual produk lebih banyak dibandingkan BEP yang telah
ditetapkan. Dengan menjual lebih banyak produk, PT. Abadi mampu menghasilkan
pendapatan yang lebih besar, sehingga laba yang diperoleh juga lebih besar.
c. Hitung Contribution Margin
Contribution Margin = Penjualan – Biaya Variabel
Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:
Keterangan Mesin Gergaji
Penjualan (S) Rp6.000.000.000,-
Variabel cost/unit (Rp250.000.000,-)
Contribution Margin Rp5.750.000.000,-
Jadi, Contribution Margin atau jumlah uang yang tersedia untuk menutupi biaya tetap
dan menghasilkan laba dari PT. Abadi adalah sebesar Rp5.750.000.000,-.
4. Pada banyak kasus anggaran konvesional dipandang gagal menghubungkan strategi dengan
proses anggaran. Jelaskan bagaimana Activity-Based Budgeting yang berfokus pada
pemahaman tentang aktivitas dapat menghubungkan strategi dengan penyusunan anggaran
! (Bobot 15%)
Jawaban :
Activity-Based Budgeting (ABB) adalah alat yang ampuh untuk menghubungkan strategi
dengan penyusunan anggaran. ABB dapat membantu perusahaan untuk membuat anggaran
yang lebih akurat, efisien, dan mendukung strategi dengan berfokus pada pemahaman
tentang aktivitas.
ABB mengidentifikasi dan mengukur aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan output
yang diinginkan, kemudian menggunakan informasi ini untuk mengembangkan anggaran
yang lebih akurat dan efisien. Dengan memahami aktivitas yang menghasilkan output,
ABB dapat membuat anggaran yang lebih akurat karena anggaran ABB didasarkan pada
informasi yang lebih akurat tentang biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk
menghasilkan output. Selain itu, ABB dapat membantu meningkatkan efisiensi dengan
mengidentifikasi aktivitas yang tidak perlu atau tidak efisien. Ini membantu perusahaan
untuk mengurangi biaya dan meningkatkan output.
Anggaran konvensional sering kali gagal menghubungkan strategi dengan penyusunan
anggaran karena hanya berfokus pada output, bukan pada aktivitas yang menghasilkan
output tersebut. Akibatnya, anggaran konvensional dapat menghasilkan anggaran yang
tidak realistis atau tidak efisien.
5. Jelaskan mengapa proses perumusan strategi senantiasa diawali dengan analisis customer
requirements dan pengetahuan pasar serta persaingan! (Bobot 15%)
Jawaban :
Analisis customer requirements dan pengetahuan pasar serta persaingan merupakan
langkah penting yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam proses perumusan strategi
karena hal-hal tersebut merupakan dasar untuk menentukan arah dan tujuan perusahaan.
Customer requirements adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan yang harus dipenuhi
oleh perusahaan. Dengan memahami customer requirements, perusahaan dapat
menentukan produk atau layanan apa yang harus ditawarkan, dan bagaimana produk atau
layanan tersebut harus dirancang dan dipasarkan.
Pengetahuan pasar adalah pemahaman tentang lingkungan pasar yang dihadapi oleh
perusahaan. Pengetahuan pasar meliputi informasi tentang pesaing, tren pasar, dan kondisi
ekonomi. Dengan memahami pengetahuan pasar, perusahaan dapat menentukan posisinya
di pasar dan bagaimana perusahaan harus bersaing.
Persaingan adalah perusahaan lain yang menawarkan produk atau layanan yang sama atau
serupa. Dengan memahami persaingan, perusahaan dapat menentukan strategi untuk
memenangkan persaingan.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana analisis customer requirements dan
pengetahuan pasar serta persaingan dapat digunakan dalam perumusan strategi:
• Sebuah perusahaan manufaktur yang ingin meningkatkan pangsa pasarnya dapat
melakukan analisis customer requirements untuk memahami kebutuhan dan keinginan
pelanggannya. Dengan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan, perusahaan
dapat mengembangkan produk atau layanan baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
• Sebuah perusahaan jasa yang ingin memasuki pasar baru dapat melakukan analisis
pengetahuan pasar untuk memahami tren pasar dan kondisi ekonomi di pasar tersebut.
Dengan memahami tren pasar dan kondisi ekonomi, perusahaan dapat menentukan
strategi yang tepat untuk memasuki pasar baru.
• Sebuah perusahaan yang ingin meningkatkan profitabilitasnya dapat melakukan
analisis persaingan untuk memahami strategi pesaingnya. Dengan memahami strategi
pesaing, perusahaan dapat mengembangkan strategi yang lebih unggul dari pesaing.
Oleh karena itu, analisis customer requirements dan pengetahuan pasar serta persaingan
merupakan langkah penting yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam proses
perumusan strategi.