Anda di halaman 1dari 2

Hai Ayah.

Hujan begitu deras dengan campuran petir, terlihat jalanan tampak sepi dan hanya ada suara
hujan, angin, dan geluduk yang sesekali terdengar suaranya.

"Aya, minta tolong ambilin ember nak. Ini yang sebelah sini juga bocor." Gadis kecil yang
mendengar namanya disebut itu langsung mengambil ember yang di maksud oleh ayahnya. "Ini
Ayah." Ucapnya dengan tak lupa senyum manis nya yang selalu terpancar.

Ayahnya menerima ember itu dan langsung meletakkan nya di tempat bocor tadi agar airnya
tidak membasahi bagian lantai nya yang lain. Melihat kondisi rumah nya yang seperti ini terbesit
rasa bersalah kepada putrinya. Sang ayah terdian cukup lama hingga Aya yang melihat itu
langsung mendekati dimana ayahnya terduduk didepan ember yang sedikit demi sedikit mulai
terisi air akibat bocor itu.

"Ayah kenapa?" Tanya Aya karena melihat Ayahnya yang terdiam seperti memendam sesuatu.
Sang ayah menoleh kemudian tersenyum. Sebuah senyuman yang palsu, senyuman yang
dipaksakan untuk terbit dibibir nya. Ia menggeleng, "Ayah gapapa nak."

"Kamu jangan malu ya jadi anak Ayah." Aya terlihat bingung mendengar perkataan Sang ayah, ia
mengerutkan alisnya. "Malu kenapa? " Tanya nya polos.

Terdengar hembusan nafas kasar sebelum akhirnya Sang ayah menjawab pertanyaannya. "Maaf
ya nak, karena ayah kamu jadi hidup susah, kamu gabisa seneng-seneng seperti temen kamu
yang lain. Aya jadi anak yang pinter ya? Putri kesayangan ayah jangan jadi orang yang jahat,
maaf sekarang kamu harus hidup serba kekurangan." Jelasnya dengan suara bergetar menahan
air mata yang memaksa untuk di tumpahkan.

Aya menggeleng kencang, matanya memerah dan bulir-bulir air mulai menetes dari matanya
yang indah, ia menangis.

"Ayah kenapa bilang gitu? " Tanya nya sambil menangis, suaranya terputus-putus. "Ayahku ayah
yang hebat, aku sayang ayah. Jangan mikir gitu ya ayah? Nanti aku tambah nangis" Lanjutnya.
Tangis itu kini bukan hanya berasal dari Aya sendiri tapi tangisan ayahnya juga turut bergabung,
dengan memeluk putri kesayangan nya, ia menangis dibalik punggung kecil yang bergetar itu.

"Ayah aku ga pernah menyesal menjadi anak ayah, sekalipun yang aku punya hanya ayah aku
akan tetap terima. Tolong.... Tolong jangan merasa bersalah, ayah ga salah." Dibalik punggung
sang Ayah yang memeluknya begitu erat, ia mengucapkan kata itu didalam hati. Ia memang
tidak pernah menyesali apapun, ia bahagia dengan hidupnya sekarang bersama ayahnya dan
akan selalu bersama ayahnya.

Nama : nurfatika fitri zazliana puji

Kelas : XII Mipa

Anda mungkin juga menyukai