Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA DASAR

MENGHITUNG SKALA pH DAN PENGGUNAAN INDIKATOR

Disusun Oleh:
Kelompok 3B
1. Ali Mudzakir​ (06091282328042)
2. Alya Mukhbita Meysun (06091282328035)
3. Indah Suci Maharani​ (06091282328063)
4. Levina Izzah Afifah​ (06091282328028)
5. Thesa Renanda Zuhdi​ (06091282328062)

Dosen Pengampu:
Rodi Edi, M.Si

Asisten:
1. Gierrald Abduch
2. Delta Delviana
3. Alif Nur Rohman

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
I. Judul Praktikum
Menghitung Skala pH dan Penggunaan Indikator

II. Tujuan Praktikum


1. Membuat larutan standar asam dan basa dalam berbagai pH.
2. Mengamati berbagai perubahan pada larutan standar asam dan basa
dalam berbagai indikator.
3. Mengukur pH larutan dengan pH meter.

III. Dasar Teori


pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan.
pH diukur menggunakan skala 0 hingga 14, dimana angka 7 menunjukkan
kondisi netral, angka di bawah 7 menunjukkan keasaman yang semakin
tinggi, dan angka di atas 7 menunjukkan kebasaan yang semakin tinggi.
Semakin tinggi atau rendah nilai pH, semakin kuat pula keasaman atau
kebasaan suatu larutan. Penting untuk memahami pH karena dapat
mempengaruhi kesehatan manusia, lingkungan, dan proses industri. Beberapa
hal lain yang perlu diketahui tentang pH yaitu, pH dapat diukur
menggunakan alat pH meter atau dengan menggunakan indikator pH seperti
lakmus, fenolftalein, atau metil jingga. pH dapat berubah tergantung pada
suhu, tekanan, dan jenis zat yang terlarut dalam larutan tersebut. Beberapa
contoh aplikasi pH diantaranya dalam bidang industri makanan dan
minuman, kimia, dan farmasi. Menjaga pH yang seimbang di dalam tubuh
sangat penting untuk menjaga kesehatan (Theodore, 1999)
Indikator adalah zat yang dapat mengubah warna larutan asam atau
basa dengan menunjukkan perubahan pH. Indikator ini sangat penting dalam
kimia karena digunakan untuk menentukan pH suatu larutan, yang
merupakan parameter penting dalam berbagai reaksi kimia (Robert Boyle,
1996)
Salah satu jenis indikator pH yang paling umum digunakan adalah
kertas lakmus. Kertas lakmus akan berubah warna ketika terkena larutan
dengan pH yang berbeda.Selain kertas lakmus, ada juga indikator pH digital
yang lebih canggih dan akurat. Indikator pH digital menggunakan elektroda
yang dapat menentukan pH secara tepat. Lalu ada indikator Metil jingga
adalah senyawa organik yang digunakan sebagai indikator pH dengan
rentang pengukuran antara 3,1 hingga 4,5. Senyawa ini berwarna kuning pada
pH rendah dan merah pada pH tinggi (Murphy, 1977)
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung Reaksi
b. Gelas Kimia
c. Rak Tabung Reaksi
d. pH meter / Kertas Indikator
e. Pipet Tetes
2. Bahan
a. HCl
b. NaOH
c. Indikator
d. Kembang Sepatu Merah
e. Kunyit
f. Kembang Sepatu Putih
g. Labu cuka
h. Sari buah jeruk
i. Minuman berkarbonat
j. Deterjen cair
k. Shampoo
V. Prosedur Praktikum
a. Indikator Kimia
1. Isi tabung reaksi 10 ml menggunakan larutan standar HCl 0,01 M
dengan larutan pH 1 - 6
2. Isi tabung reaksi 10 ml menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M
dengan pH 7 - 14
3. Ambil 2 ml indikator PP, teteskan tetes indikator masing masing ke
dalam tabung reaksi.
4. Amati dan catat perubahan warna.
5. Lakukan langkah 1 - 4 dengan indikator Mo dan Mr
b. Indikator Alami
1. Haluskan bahan alam yang akan digunakan sebagai indikator
2. Isi tabung reaksi 10 ml menggunakan larutan standar HCl 0,01 M
dengan larutan pH 1 - 6
3. Isi tabung reaksi 10 ml menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M
dengan pH 7 - 14
4. Tambahkan 2 ml indikator kunyit ke masing masing tabung reaksi
5. Lakukan langkah 1 - 5 dengan indikator kembang sepatu merah, deterjen
VI. Data Hasil Pengamatan

Perubahan warna setelah Perubahan Warna Setelah


Warna dicampurkan indikator buatan Dicampurkan Indikator Alami
No pH Asli
Kembang
Larutan Deterjen
PP Mo Mr Kunyit Sepatu
Cair
Merah

1 1 TB TB U M M TB M

2 2 TB TB U M M TB M

3 3 TB TB U M M TB M

4 4 TB TB MM O M TB M

5 5 TB TB O O M TB M

6 6 TB TB O K M TB M

7 7 TB TB O K K TB U

8 8 TB MM O K MM TB H

9 9 TB MM U K MM TB H

10 10 TB MM U K MM TB H

11 11 TB MM U K MM TB B

12 12 TB MM U K MM TB B

13 13 TB MM U K MM TB B

14 14 TB MM U K MM TB B

Keterangan:
TB = Tidak Berwarna
MM = Merah Muda
U = Ungu
O = Oranye
M = Merah
K = Kuning
H = Hijau
B = Biru
VII. Pembahasan
Dalam praktikum ini, kami melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi sifat asam dan basa dalam larutan menggunakan berbagai
indikator. Ketika HCl yang merupakan larutan asam, digunakan sebagai
contoh, hasil pengamatan perubahan warna indikator sesuai dengan
karakteristik kimia dari masing-masing indikator. Sebagai contoh,
fenolftalein tetap tidak berwarna pada pH rendah karena pada dasarnya,
fenolftalein memiliki sifat netral dalam suasana asam, yang
menyebabkannya tetap tidak berwarna pada pH rendah. Indikator
molybdenum (Mo) masih berwarna ungu pada pH asam karena titik
perubahannya yang terletak pada pH yang lebih tinggi. Selanjutnya,
indikator methyl red (Mr) tetap merah pada pH rendah, Ini terjadi karena
pada lingkungan asam, molekul-molekul indikator ini berada dalam bentuk
merah yang dominan. Ketika larutan bersifat asam, jumlah ion hidrogen
yang dominan mempengaruhi warna indikator ini.
Ketika pada larutan basa NaOH, fenolftalein berubah menjadi merah
muda. Hal ini disebabkan oleh perubahan karakteristik kimia fenolftalein
yang menghasilkan warna merah muda pada pH tinggi. Namun, perubahan
warna yang signifikan tidak terlihat pada indikator molybdenum (Mo), yang
masih mungkin menunjukkan warna ungu di pH asam, Ini terjadi karena
perubahan warna indikator molybdenum sangat tergantung pada
konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Pada pH asam yang sangat rendah,
jumlah ion hidrogen sangat tinggi, dan indikator molybdenum dapat
berinteraksi dengan ion-ion ini, namun perubahan warna tidak mencolok.
Indikator methyl red (Mr) juga tetap berwarna oranye pada pH tinggi, Hal
ini karena indikator methyl red tidak mengalami perubahan warna dramatis
di lingkungan basa yang lebih tinggi, dan ini tercermin dalam warna oranye
yang tetap stabil.
Selain indikator kimia, kami juga menguji beberapa indikator alami,
seperti kunyit, kembang sepatu merah, dan deterjen cair. Kunyit berubah
menjadi merah di suasana asam, ini terjadi karena sifat kimia khas dari
senyawa kurkumin yang terkandung dalam kunyit. Kurkumin adalah
senyawa yang memberikan kunyit warna kuning cerah, dan ia juga memiliki
sifat sebagai indikator alami yang sangat responsif terhadap perubahan pH.
Ketika kunyit berada dalam suasana asam, pH larutan menjadi rendah.
Pada pH asam, senyawa kurkumin yang terdapat dalam kunyit berada
dalam bentuk yang merah atau merah-oranye, bukan kuning.
Hal ini disebabkan oleh perubahan struktur molekuler kurkumin yang
terkait dengan peningkatan konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suasana
asam. Di sisi lain, ketika kita berada dalam lingkungan basa, kunyit
mengalami perubahan menjadi hijau hingga biru, Perubahan ini terkait
dengan peningkatan konsentrasi ion hidroksida (OH-) dalam suasana basa.
Kurkumin dalam kunyit berubah menjadi bentuk molekuler yang berbeda
ketika terpapar pH basa yang tinggi, sehingga menghasilkan warna hijau
hingga biru. Kembang sepatu merah mengubah warnanya menjadi merah di
suasana asam, karena antosianin dalam kembang sepatu merah berada
dalam bentuk yang mendominasi yang menunjukkan warna merah. Hal ini
disebabkan oleh perubahan struktur molekuler antosianin yang terkait
dengan peningkatan konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suasana asam.
Lalu warna ungu pada pH netral, terjadi karena sifat kimia khas dari
senyawa antosianin yang terkandung dalam kembang sepatu merah.
Antosianin adalah pigmen alami yang memberikan warna merah, ungu, atau
Dan biru pada berbagai tumbuhan, termasuk kembang sepatu merah.
Ketika kembang sepatu merah berada dalam lingkungan pH netral (sekitar
7), antosianin dalam kembang sepatu merah berada dalam bentuk yang
berbeda dan menunjukkan warna ungu. Ini terkait dengan perubahan
struktur molekuler antosianin yang terkait dengan pH netral dan biru pada
pH basa karena adanya senyawa kimia yang responsif terhadap perubahan
pH. Deterjen cair, menunjukkan stabilitas warna dengan tetap biru muda
dalam kisaran pH 1 hingga pH 14, Ini terjadi karena deterjen cair dirancang
untuk membersihkan kotoran dan noda pada berbagai permukaan,
umumnya tidak mengandung senyawa kimia yang secara khusus dirancang
untuk berperan sebagai indikator pH. Indikator pH yang mengalami
perubahan warna dalam berbagai pH memiliki senyawa kimia yang
responsif terhadap perubahan konsentrasi ion hidrogen (H+) atau ion
hidroksida (OH-) dalam larutan. Senyawa-senyawa tersebut memiliki gugus
kimia tertentu yang menjalani perubahan struktur atau ionisasi, sehingga
menghasilkan perubahan warna yang mencolok, sedangkan pada deterjen
cair tidak ada.
Hasil percobaan ini membantu kami memahami karakteristik
perubahan warna yang terjadi dalam berbagai kondisi pH, yang berasal dari
sifat kimia masing-masing indikator. Hal ini memungkinkan kita untuk
mengidentifikasi sifat asam dan basa dalam larutan dengan dasar perubahan
warna karakteristik yang terjadi pada titik-titik tertentu dalam skala pH.
VIII. Mekanisme Reaksi
1. Reaksi antara HCl dan fenolftalein (PP)
HCl + H₂In → In⁻ + 2H₂O
2. Reaksi antara larutan NaOH dengan indikator fenolftalein (PP)
NaOH + HIn → NaIn + H₂O
3. Reaksi antara larutan HCl dengan Metil Merah (Mr)
HCl + Methyl Red (MR) → Klorida Merah (merah) + H₂O
4. Reaksi antara larutan NaOH dan metil merah (Mr)
NaOH + Mr → Natrium Methyl Red + H₂O
5. Reaksi antara larutan NaOH dengan Molybdenum (Mo)
NaOH + Mo → Na₂MoO₄ + H₂O
IX. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Perubahan warna adalah cara umum untuk mengindikasikan
perubahan pH dalam kimia.
2. Perubahan warna merupakan metode yang berguna untuk
mengidentifikasi perubahan pH dalam percobaan kimia.
3. Kunyit dan kembang sepatu merah adalah indikator alami yang
berubah warna sebagai respons terhadap perubahan pH.
4. Indikator Mo dan deterjen cair biasanya tidak berubah warna
dalam respons terhadap perubahan pH.
5. Memahami perubahan warna sebagai respons terhadap perubahan
pH dalam kimia membantu dalam analisis kimia, identifikasi
senyawa, serta pemahaman dasar kimia dalam berbagai konteks
percobaan.
B. Saran
Perubahan warna mungkin tidak selalu jelas. Kadang-kadang
perubahan warna bisa lebih halus. Oleh karena itu, perhatikan perubahan
warna dengan teliti. Pastikan tidak ada kontaminasi dari senyawa atau
indikator lain yang dapat memengaruhi perubahan warna. Selalu ikuti
prosedur keselamatan yang benar, gunakan alat pelindung diri, dan
pastikan keamanan dalam penggunaan bahan kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2010. Chemistry 10th Edition. New York: McGraw-Hill.

Boyle Robert. 1996. The Molecular Nature of Matter and Change. New
York: McGraw-Hill

Murphy. 1977. Chemistry: The Central Science. New York: Pearson.

Theodore. 2000. Chemistry:The Central Science. New Jersey: Prentice Hall

Zakiyyah Ummu. 2020. Alat Pengukur pH Berbasis Arduino. Medika


Teknika: Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia, Vol 01 No.2
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai