Anda di halaman 1dari 3

Nama : Chany Zanetta Ghymnasti

NIM : 215010101111043
Mata Kuliah : Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kelas :N
MASUKAN PUBLIK SNP BISNIS DAN HAM
Hak Asasi Manusia adalah merupakan sebuah hak yang melekat pada setiap
individu tanpa memandang ras,agama,jenis kelamin, stasus social,warna kulit dan
lain-lain. HAM sendiri juga mencakup hak-hak ekonomi,sosial, dan budaya, seperti
contohnya hak atas perlindungan hukum, hak mendapatkan pekerjaan yang layak
dan lain-lain. Ekonomi dan HAM sendiri memiliki keterkaitan satu sama lain. Standar
Norma dan Pengaturan (SNP) mengenai Bisnis dan Hak Asasi Manusia dirancang
untuk mengatur perilaku pelaku usaha terkait dengan Hak Asasi Manusia. SNP
merujuk pada instrumen hukum yang mengikat pelaku usaha, memberi wewenang
kepada pemerintah untuk mengatur atau membatasi tindakan perusahaan. Instrumen
ini memberikan panduan kepada lembaga penegak hukum, terutama pemerintah,
untuk menghormati dan melindungi hak-hak pelaku usaha.
Fokus utama lembaga ini adalah mendorong implementasi HAM di berbagai
aspek kehidupan dan meningkatkan perlindungan serta penegakan HAM. Maka dari
itu Dalam menangani isu Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia (Komnas HAM RI) memegang peran yang sangat
penting. Upaya mencapai tujuan tersebut diwujudkan melalui penyusunan "Draft 02
Standar Norma dan Pengaturan tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia" oleh Komnas
HAM. Dokumen ini bertujuan untuk mengatur hubungan hak dan kewajiban antara
pelaku usaha serta negara, terkait dengan perlindungan HAM dari dampak yang
mungkin timbul akibat kegiatan bisnis. Diharapkan draft ini akan menjadi panduan
bagi semua pihak dalam menangani isu HAM yang muncul akibat kegiatan bisnis yang
dijalankan.
Poin-Poin Usulan dan Rekomendasi SNP Komnas HAM:
1. Penting bagi negara untuk memasukkan Hak Asasi Manusia (HAM) ke dalam
semua regulasi bisnisnya dan dalam semua perangkat penunjang bisnis,
termasuk kementerian/lembaga terkait. Tindakan ini bertujuan untuk
memastikan ketiadaan konflik antara kewajiban HAM dan prioritas kebijakan
ekonomi. Oleh karena itu, negara perlu menerapkan pendekatan yang
komprehensif, luas, dan holistik guna menjamin konsistensi antara kebijakan,
baik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.
2. SNP sepatutnya memberikan penekanan pada integrasi Hak Asasi Manusia
dalam semua aspek bisnis, melibatkan perencanaan strategis, pengambilan
keputusan, dan kegiatan operasional dalam kehidupan keseharian dalam
bermasyarakat.
3. SNP Komnas HAM perlu menetapkan standar kebijakan dan persyaratan khusus
bagi pelaku usaha terkait penegakan HAM dalam kegiatan mereka. Ini
mencakup uji tuntas untuk mengidentifikasi, mencegah, mitigasi, dan
mengatasi dampak buruk terhadap HAM, serta proses pemulihan korban.
Partisipasi tenaga kerja dianggap wajib dalam penegakan HAM pelaku usaha
untuk memastikan keselarasan kebijakan antara pelaku usaha dan tenaga
kerja. Diperlukan pembentukan unit di setiap kegiatan bisnis yang melibatkan
perwakilan perusahaan dan tenaga kerja, seperti serikat, untuk mengurangi
pelanggaran HAM. Unit tersebut dapat menjadi fokus dalam memastikan
pemenuhan HAM di perusahaan dan berfungsi sebagai saluran pengaduan
kepada Komnas HAM untuk penegakan HAM yang lebih efektif.
4. Hak pekerja memiliki beberapa aspek yang perlu dihormati oleh bisnis.
Pertama, bisnis diharapkan mengakui hak pekerja untuk membentuk serikat
pekerja dan berpartisipasi dalam perundingan kolektif sesuai dengan peraturan
ketenagakerjaan Indonesia. Selain itu, bisnis juga bertanggung jawab untuk
memastikan kondisi kerja yang adil dan layak bagi para pekerja.
5. Pemajuan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Rantai Pasok merupakan suatu
kewajiban bagi bisnis. Mereka harus memastikan bahwa pemasok dan mitra
bisnis yang bekerja sama dengan mereka mematuhi standar HAM yang sejalan
dengan kebijakan HAM yang diterapkan oleh bisnis itu sendiri. Selain itu, bisnis
diharapkan untuk melaksanakan pelaporan yang transparan terkait praktik
bisnis, dampak lingkungan, dan kinerja sosial mereka. Pelaporan ini dapat
disampaikan melalui laporan keberlanjutan atau mekanisme pelaporan yang
sesuai, sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai komitmen bisnis
terhadap HAM dan tanggung jawab sosial mereka.
6. Perusahaan atau pemberi usaha memiliki tanggung jawab terhadap
pekerja/buruh, yang melibatkan pengakuan dan jaminan terpenuhinya hak-hak
pekerja untuk membentuk serikat pekerja dan/atau berpartisipasi dalam
perundingan bersama mengenai hak-hak pekerja dan kondisi kerja. Dalam
konteks ini, perusahaan dapat membangun budaya saling percaya dan
kolaborasi yang konstruktif dengan perwakilan pekerja atau serikat pekerja.
Keberlanjutan kondisi ini harus dijaga secara berkelanjutan untuk menjamin
kesejahteraan pekerja dan kelangsungan bisnis perusahaan.
7. Evaluasi berkala terhadap praktik yang telah berlangsung bersama dengan
pembuatan langkah-langkah preventif dan represifnya merupakan langkah
penting. Evaluasi ini ditujukan kepada pihak yang terdampak serta kepada
korporasi atau pelaku bisnis, dengan tujuan memastikan bahwa perumusan
norma dan peraturan tidak hanya menjadi retorika semata dari negara, tetapi
benar-benar mampu melindungi hak asasi manusia dari semua individu yang
terlibat dalam lingkungan bisnis. Selain itu, pendekatan ini tidak dimaksudkan
untuk meniadakan manfaat dan peluang bisnis yang menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai