Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ULKUS DEABETIKUM

DISUSUN OLEH :

FIRDA NINGSI DUWILA

224291517103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2022
1. Pengertian
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah
satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni,
2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai
sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL
yang tinggi memainkan peranan penting untukterjadinya Ulkus Uiabetik untuk
terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding
pembuluh darah, (zaidah 2005).

2. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes yang utama menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1220), adalah
sebagai berikut :
a. Tipe 1 Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus)
b. Tipe II Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus)
c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan sindrom lainnya.
d. Diabetes Mellitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus)

3. Etiologi
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angipati,
neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan
ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang
lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada
jarak tertentu.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan
nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar
sembuh (Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai Ulkus
Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angipati
dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan Ulkus Diabetikum.(Askandar 2001).

4. Klasifikasi
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu:
a) Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw,callus “.
b) Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c) Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d) Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e) Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
f) Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai

5. Manifestasi
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5
P yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).

6. Komplikasi
Menurut Subekti (2002: 161), komplikasi akut dari diabetes mellitus adalah sebagai
berikut :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan kronik gangguan syaraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat
berupa koma dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia adalah obat-obat
hiperglikemik oral golongan sulfonilurea.
b. Hiperglikemia
Secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan,
penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda
khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat. Ulkus Diabetik jika
dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit melepuh, kuku kaki yang tumbuh
kedalam, pembengkakan ibu jari, pembengkakan ibu jari kaki, plantar warts,
jari kaki bengkok, kulit kaki kering dan pecah, kaki atlet, (Dr. Nabil RA).

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
a. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dl
mengindikasikan diabetes.
b.Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140 hari
terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
c. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan
akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah
meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
d.Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum,
sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada
mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar
glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
e. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )
f. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
8. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan
Diabetes Mellitus meliputi:
● Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3) Penghambat glukoneogenesis.
4) Penghambat glukosidase alfa.
● Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

b. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus
dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan
kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat
ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka
amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM. Menurut Smeltzer dan Bare (2001:
1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen
dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik : Diet, Latihan, Pemantauan, Terapi (jika
diperlukan), Pendidikan, Kontrol nutrisi dan metabolic, Stres Mekanik dan Tindakan
Bedah
9. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan integritas kulit
3. Risiko infeksi

10. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut Setelah dilakukannya tindakan keperawatan, maka tingkat Intervensi utama :
nyeri menurun, dengan kriteria hasil : Manajemen Nyeri
- Keluhan nyeri menurun 1. Observasi
- Meringis menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Sikap protektif menurun - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Kesulitan tidur menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Menarik diri menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Berfokus pada diri sendiri menurun - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Perasaan depresi menurun 2. Terapeutik
- Perasaan takut mengalami cedera menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Control
- Muntah menurun lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Mual menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekeunsi nadi membaik 3. Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukannya tindakan keperawatan, maka Perawatan Integritas Kulit
integritas integritas kulit/jaringan meningkat, dengan kriteria hasil : 1. Observasi
kulit - Elisitas meningkat - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
- Hidrasi meningkat 2. Terapeutik
- Perfusi jaringan meningkat - Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Kerusakan jaringan menurun - Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
- Kerusakan lapisan kulit menurun - Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive
- Nyeri menurun - Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
- Kemerahan menurun 3. Edukasi
- Hematoma menurun - Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
- Pigmentasi abnormal menurun - Anjurkan minum air yang cukup
- Jaringan parut menurun - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Nekrosis menurun - Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
- Abrasi kornea menurun - Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
- Suhu kulit membaik
- Sensasi membaik
- Tekstur membaik
- Pertumbuhan kulit membaik
3. Risiko Setelah dilakukannya tindakan keperawatan, maka tingkat Pencegahan Infeksi
Infeksi infeksi menurun, dengan kriteria hasil : 1. Observasi
- Kemerahan menurun - Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
- Nyeri menurun - Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
- Bengkak menurun 2. Terapeutik
- Kultur area luka membaik - Dokumentasikan informasi vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
3. Edukasi

Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek samping
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4), Jakarta: EGC

Brunner dan Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC

Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta: EGC

Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT Gramedia

Syaifuddin (2005). Anatomi Fisiologi; untuk mahasiswa keperawatan (edisi 3), Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai