Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Embriogenesis adalah proses pembentukkan dan perkembangan embrio.

Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan

atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaruh ditingkat

sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Proses

embriogenesis pada setiap organisme berbeda- beda, tergantung tingkatan

individunya.

Salah satu hewan yang menarik untuk dipelajari adalah ayam. Ayam

hewan vertebrata yang tergolong ke dalam bangsa aves. Salah satu ciri kelas aves

adalah memiliki bulu dan berkembang biak dengan bertelur. Telur di hasilkan

oleh ayam betina di dalam ovarium. Folikel-folikel akan berkembang bergiliran

menjadi sebuah telur yang sebelum keluar di saluran oviduct dibungkus terlebih

dahulu dengan zat kapur. Perkembangan embrio ayam sangat menarik di

pelajari, dimana dalam kurang lebih 21 hari pengeraman anak ayam siap

menetas.

Embrio ayam yang masih dalam tahap perkembangan ini dapat dijadikan

suatu preparat sebagai hasil daripada mikroteknik yang baik. Pengamatan pada

embrio ayam ini dapat dilakukan dengan pembuatan preparat sediaan utuh

(Whole Mount) dengan menggunakan keseluruhan embrio ayam secara utuh

tanpa melalui penyatan terlebih dahulu. Sehingga tahapan perkembangan pada

embrio ayam yang masih berumur kurang dari satu minggu dapat diamati dan
dianalisis. Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakan praktikum “whole

mount” Embrio Ayam.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat pada praktikum “whole mount” Embrio

Ayam adalah bagaimana membuat preparat utuh dari embrio ayam ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum “whole mount” Embrio Ayam

adalah untuk mengetahui cara membuat preparat utuh dari embrio ayam.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti praktikum “whole mount”

Embrio Ayam adalah dapat mengetahui cara membuat preparat utuh dari embrio

ayam.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Embrio hewan dimungkinkan untuk mendapatkan hasil mikroteknik yang

baik. Embrio berukuran kecil dapat difiksasi secara utuh. Embrio mamalia

umumnya dikeluarkan dari rahim dan selaput pembungkusnya untuk kemudian

dimasukkan ke dalam cairan fiksatif. Embrio jenis hewan piaraan pada tahap akhir

(tahap fetal) akan terlalu besar untuk difiksasi secara utuh, sehingga memerlukan

pemilihan dan penyayatan bagian jaringan yang dikehendaki (Harlis, 2014).

Pada ayam (dan burung-burung lain), sel telur yang sebenarnya hanya terdiri

atas kuning telur dan, disisi satunya lagi sebuah daerah sitoplasma tipis dan sebuah

nucleus. Fertilisasi terjadi di dalam oviduk, dan albumin serta cangkang

disekresikan sebagai lapisan tambahan oleh kelenjar-kelenjar khusus saat telur

bergerak menuruni oviduk. Tahapan-tahapan blastula dan gastrula terjadi saat telur

masih berada dalam ovidul (Fried, 2006).

Tiga ensim utama yang dapat diukur untuk mengevaluasi perkembangan

emrbio ayam seperti 5’nucleotidase (5’NT), choline esterase (ChE) dan alkaline

phosphatase (ALP). Abnormalitas perkembangan embrio ayam akan terjadi apabila

kadar ke tiga ensim tersebut menurun karena pemaparan teratogen Pengukuran

kadar ChE lebih sering dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemaparan

insektisida dibanding dua ensim yang lain. Sebagian besar insektisida seperti

karbofuran mempunyai mekanisme menghambat aktivitas serine esterase (ensim

golongan ester) terutama ChE. Ayam yang terpapar karbofuran sangat potensial

membentuk residu pada kuning telur (yolk sac), sedang kuning telur sangat
dibutuhkan embrio sebagai sumber nutrisi dalam proses perkembangan. Residu

karbofuran dalam kuning telur akan mengganggu tumbuh kembang embrio ayam

yang dapat berakibat pada abnormalitas perkembangan. Pada pembentukan vesikel

otak embrio ayam sangat diperlukan keberadaan ChE sebagai regulasi pertumbuhan

dan fungsi morfogenetik (Luqman, 2007).

Mortalitas embrio tidak dipengaruhi oleh kualitas ransum. Hal ini

menunjukkan bahwa perbaikan nutrisi ransum belum mampu menurunkan

mortalitas embrio. Nutrien yang ditingkatkan pada penelitian ini adalah kandungan

energi metabolis, protein, Ca dan P. Namun, kandungan vitamin A dan E dapat

dinyatakan belum mampu mencukupi kebutuhan embrio karena kandungan dalam

ransum lebih rendah dari standar. Kurangnya asupan vitamin A dan E dapat

mempengaruhi ketahanan embrio. Vitamin E sebagai antioksidan mampu

menghambat kerusakan sel yang berkaitan dengan kemampuan hidup embrio.

Fungsi vitamin E juga dapat meningkatkan ukuran kuning telur sebagai sumber

nutrien bagi embrio untuk pertumbuhan sehingga dapat meningkatkan daya hidup

(Suryani, 2012).

Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur,

amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan

enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio.

Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai

ke oksigen embrio,menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa

pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta

membantu alantois, serta membantu mencerna albumen (Nurhayati, 2004).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum “whole mount” Embrio Ayam dilaksanakan pada hari Sabtu

tanggal 8 November 2014, pukul 13.00-16.00 WITA dan bertempat di

Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum “whole mount” Embrio Ayam

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum “Whole Mount” Embrio Ayam
No. Alat Kegunaan
1. Cawan Petri Untuk menyimpan embrio ayam
yang akan diamati
2. Mikroskop Untuk mengamati struktur embrio
ayam
3. Kaca preparat Untuk meletakkan preparat embrio
ayam yang akan diamati
4. Pipet Tetes Untuk mengambil larutan fiksatif,
alkohol dan eosin
5. Pinset Untuk membantu memisahkan
embrio ayam dengan putih telur
6. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan embrio ayam
7. Gunting Untuk membantu membuka
cangkang telur ayam
8. Alat tulis Untuk menuliskan hasil
pengamatan
2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum “whole mount” Embrio

Ayam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum“whole mount” Embrio Ayam


No. Bahan Kegunaan
1. Telur ayam umur kurang Sebagai obyek pengamatan
dari satu minggu
2. Larutan Bouin Sebagai larutan fiksatif

3. Alkohol 70% - absolut Sebagai larutan washing/ pencucian


dan dehidrasi
4. Larutan Eosin Sebagai larutan pewarnaan preparat

5. Air Sebagai bahan mencuci cawan petri


6. Tissue Sebagai bahan membersihkan cawan
petri dari larutan dan sisa lapisan
embrio

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum “whole mount” Embrio

Ayam adalah sebagai berikut :

1. Memisahkan embrio ayam dengan cangkangnya.

2. Melakukan fiksasi dengan larutan Bouin.

3. Melakukan pencucian/ washing dengan alkohol 70% (3 x 5 menit).

4. Melakukan pewarnaan dengan larutan Eoisn selama 2 menit.

5. Melakukan pencucian/ washing kembali dengan alkohol 70% (3 x 5 menit).

6. Melakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat mulai dari 80% sampai

absolut, masing-masing dilakukan selama 5 menit.

7. Melakukan delakoholisasi dengan xilol.


8. Melakukan mounting dengan meletakkan embrio pada kaca preparat yang

telah diberi Canada balsam.

9. Mengamati dengan menggunakan mikroskop kemudian mengidentifikasi

bagian-bagian embrio tersebut.

10. Mengambil gambar pengamatan.

11. Menuliskan hasil pengamatan .


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum “Whole Mount” Embrio Ayam dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan pada praktikum “Whole Mount” Embrio Ayam


No Gambar Pengamatan Gambar literatur Keterangan
1 2 1 1 1. Bakal mata
2
2. Bakal otak
3. Bakal paruh
4. Bakal ekor
3 3
6 5. Bakal kaki
6. Bakal sayap

5 6 4 5 4

B. Pembahasan

Whole mount merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan

diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan atau

penyayatan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang

utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang

dihasilkan oleh preparat whole mount ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti

ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat

dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Metode

pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh,

artinya mempelajari struktur objek pengamatan tanpa melakukan penyayatan


terhadap objek yang diamati tersebut karena metode ini menggunakan semua

bagian organisme sebagai preparatnya. Metode whole mount mempunyai

kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapat

mengamati seluruh bagian organisme pada tahap embrio dengan jelas tiap

bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa

dilakukan pada organisme tahap embrio dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa

dengan embrio hewan piaraan yang besar sehingga metode ini perlu terus

dikembangkan dengan melakukan berbagai percobaan.

Pembuatan preparat sediaan utuh seperti pada embrio ayam, dilakukan

melalui beberapa tahapan, yakni tahap fiksasi, pencucian (washing), pewarnaan,

dehidrasi, penjernihan dan tahap pengamatan. Langkah pertama dalam

pembuatan preparat sediaan utuh yakni dengan melakukan fiksasi atau

pengawetan terhadap objek pengamatan berupa embrio ayam yang sebelumnya

telah dikeluarkan dari cangkangnya dan telah dipisahkan dari selaput yang

membungkusnya (membrane vitelin). Fiksasi terhadap embrio ayam dilakukan

dengan menggunakan larutan fiksatif berupa larutan Bouin yang komposisinya

terdiri dari asam pikrat 75 ml, formalin pekat 20 ml dan asam asetat glasial 5 ml.

Tujuan pada tahap fiksasi ini adalah untuk mengawetkan protoplasma dengan

seminimal mungkin untuk terjadinya perubahan atau tidak mengubah bentuk

semula.

Tahapan selanjutnya yakni melakukan pencucian/ washing terhadap

embrio ayam. Pencucian ini dilakukan dengan menggunakan alkohol 70%

sebanyak 3x dalam rentang waktu 5 menit. Setelah itu masuk ke tahap


pewarnaan. Perwarnaan terhadap embrio ayam ini dilakukan dengan

menggunakan pewarnaan eosin yang berwarna merah dan dilakukan selama 2

menit. Pewarnaan dilakukan tidak terlalu lama agar embrio ayam tidak

memperlihatkan warna yang mencolok atau tebal.

Kemudian melakukan pencucian kembali dengan menggunakan alkohol

70% (3 x 5 menit). Pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan zat warna

eosin pada embrio ayam. Setelah itu masuk ke tahap dehidrasi. Tahap dehidrasi

ini dilakukan dengan menggunakan alkohol bertingkat yakni alkohol 80%, 90%,

96% dan alkohol 100% (absolut). Tujuan dari dehidrasi ini adalah untuk

menghilangkan kandungan air pada embrio ayam dengan menggantikannya

dengan cairan tertentu yakni berupa alkohol. Dehidrasi ini harus menggunakan

alcohol, sebab alkohol merupakan zat dehidratif yang harus dapat bercampur

dengan zat penjernih pada saat penjernihan dan alkohol juga tidak berlawanan

dengan kerja fiksatif.

Setelah tahap dehidrasi, selanjutnya masuk ke tahapan penjernihan

(dealkoholisasi). Larutan yang digunakan untuk tahap penjernihan ini yakni

menggunakan penjernih xilol. Pernjernihan dilakukan dengan merendam embrio

ayam di dalam perjernih xilol selama 5 menit. Pernjernih xilol dapat

menggantikan alkohol dengan waktu yang singkat sehingga lama penjernihan

berlangsung cepat. Penjernihan tidak dilakukan dengan waktu yang cukup lama

sebab akan menyebabkan jaringan embrio menjadi keras dan rapuh. Pengamatan

embrio ayam ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya.


Pengamatan dilakukan untuk mengamati bagian-bagian dari preparat embrio

ayam.

Hasil pengamatan pada preparat embrio ayam, terlihat jelas preparat

memperlihatkan bagian-bagian dari embrio ayam, seperti bakal mata, bakal otak,

bakal paruh, bakal ekor, bakal kaki dan bakal sayap. Bagian-bagian yang terlihat

pada embrio ayam ini jika telah dewasa akan berkembang menjadi organ-organ

tubuh dari ayam yang akan membantu ayam dalam melakukan aktivitas sesuai

dengan preferensi habitat dari ayam.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah mengikuti praktikum “Whole Mount”

Embrio Ayam adalah pembuatan preparat sediaan utuh berupa embrio ayam

dilakukan melalui tahapan-tahapan seperti tahap fiksasi dengan menggunakan

larutan Bouin, tahap pencucian/ washing dengan menggunakan alkohol 70%,

tahap pewarnaan dengan menggunakan pewarna merah eosin, tahap dehidrasi

dengan menggunkan alkohol bertingkat,tahap penjernihan dengan menggunakan

larutan penjernih berupa xilol, tahap mounting atau penempelan embrio ayam

pada medium yang telah diberi Canada balsam, dan terkahir yakni tahap

pengmatan dengan menggunakan mikroskop.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum “Whole Mount” Embrio Ayam

adalah agar praktikan dalam pembuatan preparat harus mengikuti metode atau

prosedur dengan baik dan benar sehingga memperoleh hasil preparat yang bagus

yang dapat diamati dan dianalisis serta mengikuti arahan asisten agar praktikum

dapat berjalan sesuai dengan harapan.


DAFTAR PUSTAKA

Fried, G. H., dan Hademenos, G. J., 2006, Biologi Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta

Harlis, W. O., dan Ningsih, R., 2014, Penuntun Praktikum Mikroteknik, Universitas
Halu Oleo, Kendari

Luqman, E, M, dkk., 2007, Peranan Choline Esterase (ChE) pada Pembentukan


Vesikel Otak Embrio Ayam yang Terpapar Insektisida Karbofuran, J.
Media Kedokteran Hewan, XXIII (3) : 146

Nurhayati., 2004. Perkembangan Hewan, URM, Makassar

Suryani, N, dkk., 2012, Fertilitas Telur Dan Mortalitas Embrio Ayam Kedu Pebibit
Yang Diberi Ransum Dengan Peningkatan Nutrien Dan Tambahan
Sacharomyces Cerevisiae, J. Animal Agricultural, I (1) : 399

Anda mungkin juga menyukai