Fungsi ginjal:
1) Mengatur volume air atau cairan dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan
di ekresi oleh ginjal sebagai urin yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan
cairan akan mengakibatkan urine yang di ekresi berkurang dan konsentrasi nya
lebih pekat sehingga susunan volume cairan tubuh yang dapat di pertahankan
relative normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan ion yang optimal
dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Apabila terjadi pemasukan atau
pengeluaran yang yang abnormal ginjal akan meningkatkan ekresi ion ion
penting misal nya: Na, K, CL, Ca, dan fosfat.
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh, hal ini tergantung dari
makanan apa yang masuk ke dalam tubuh karena campuran makanan akan
menghasilkan urine yang bersifat agak asam dan jumlah PH kurang dari 6 dan
apabila banyak mengkonsumsi sayur sayuran maka urine akan bersifat basa.
Ginjal akan menyekresi urine sesuai dengan perubahan PH darah.
4) Ekresi sisa sisa hasil metabolisme zat zat toksik, obat obatan, hasil
metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia asing.
Bagian bagian ginjal
1) Ginjal
2) Ureter
Saluran dari ginjal ke kandung kemih yang panjangnya sekitar 25-30 cm
dengan garis tengah 3 mm letaknya di posterior dinding abdomen di luar
rongga peritonium.
3) Kandung kemih (bladder)
Tempat untuk penyimpanan urine sebelum dikelurakan yang letak nya di
dalam rongga panggul dan berbentuk seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot
otot yang kuat.
4) Uretra
Saluran dari kantung kemih ke lubang pembuangan, uretra Wanita lebih
pendek dari pria yang Panjang nya hanya 4 cm sedangkan pada pria
panjangnya 20 cm.
o Faktor Prerenal
Faktor prerenal merupakan faktor yang menyebabkan perburukan fungsi ginjal
sebelum organ ginjal.
Salah satu penyebab prerenal paling umum adalah syok hipovolemik, yakni
kondisi kekurangan cairan yang menyebabkan aliran darah ke ginjal
berkurang, misalnya akibat perdarahan atau diare hebat.
Contoh penyebab lainnya adalah akibat penyakit jantung, luka bakar, reaksi
alergi hebat, dll.
2. Faktor Renal
Faktor renal berarti gagal ginjal terjadi akibat kerusakan yang terjadi pada
ginjal. Beberapa gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal secara
langsung adalah toksin, metanol dan infeksi.
Kondisi infeksi berat (sepsis), scleroderma, keganasan myeloma multiple,
serta berbagai penyakit ginjal juga masuk dalam faktor renal.
Faktor Risiko
Mengingat banyaknya kemungkinan penyebab gagal ginjal akut, beragam pula
faktor risiko yang berpotensi menimbulkan kondisi ini. Beberapa di antaranya
adalah:
4. Pemeriksaan penunjang
Dokter akan mendiagnosis gagal ginjal akut dengan melakukan wawancara
medis, pemeriksaan fisik, serta beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
5. Pathway
6. Penatalaksanaan
Ada beberapa cara yang akan dilakukan dokter untuk mengatasi gagal
ginjal akut, misalnya:
Mencukupi kebutuhan cairan tubuh pasien melalui infus, atau
memperbanyak asupan air putih bila gagal ginjal akut disebabkan oleh
dehidrasi.
Menghentikan konsumsi obat-obatan yang bisa memperparah kondisi
gagal ginjal akut.
Bila gagal ginjal akut disebabkan infeksi, dokter akan mengobati
infeksi tersebut hingga tuntas.
Merekomendasikan pasien untuk melakukan cuci darah bila
kondisinya sudah cukup berat. Pengobatan cuci darah ini bisa
dihentikan bila fungsi ginjal sudah kembali normal.
2. Etiologic
Etiologi dari penyakit ginjal kronis sangat luas, tetapi diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit ginjal lain yang berkepanjangan, seperti
glomerulonefritis kronis dan pielonefritis kronis, merupakan etiologi tersering.
c. Hipertensi, hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan
darah diastolik > 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
d. Ginjal polikistik, pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar
di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain oleh karena kelainan
genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang paling sering
didapatkan.
4. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronis melibatkan kerusakan fungsi dan struktur
ginjal dengan evolusi yang lambat dan progresif serta ireversibel. Mekanisme
yang menyebabkan hal ini bergantung pada penyakit yang mendasari
(underlying disease). Namun, progresivitas kerusakan dari pada struktural dan
fungsional nefron yang tersisa (surviving nephrons) diperantarai oleh molekul
vasoaktif, yang menyebabkan peningkatan hemodinamik dan tekanan kapiler
pada glomerulus.
5. Pathway
6. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis GGK dilakukan dengan menanyakan gejala, serta riwayat penyakit
pasien dan keluarganya, diikuti dengan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan
melakukan pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi ginjal dan
mendeteksi kerusakan ginjal. Pemeriksaan tersebut meliputi:
1. Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kerja ginjal dengan memeriksa kadar
limbah dalam darah, seperti kreatinin dan ureum.
2. Tes urine
Dalam tes ini, kadar albumin (protein darah), kreatinin, dan sel darah merah
dalam urine akan diperiksa. Hasil pemeriksaan tersebut bisa menunjukkan
seberapa parah kerusakan ginjal yang dialami pasien.
3. Pemindaian
Pemindaian ini bertujuan melihat struktur dan ukuran ginjal. Umumnya,
pemeriksaan yang dilakukan adalah USG ginjal, tetapi bisa juga menggunakan
MRI atau CT scan.
4. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari jaringan ginjal.
Sampel ini selanjutnya akan dianalisis di laboratorium, agar penyebab
kerusakan ginjal bisa diketahui.
7. Penatalaksanaan
Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan dan kondisi ginjal yang rusak tidak
dapat kembali seperti semula. Penanganan GGK yang dilakukan oleh dokter
bertujuan untuk:
1. Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan limbah dan cairan dalam tubuh. Terdapat
dua jenis dialisis, yakni:
Hemodialisis atau biasa dikenal dengan cuci darah, yakni prosedur
dialisis yang menggunakan mesin
CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis), yaitu dialisis yang
dilakukan dengan memasukkan cairan dialisis ke dalam perut melalui
lubang buatan
2. Tranplantasi ginjal
Pada transplantasi ginjal, ginjal pasien diganti dengan ginjal sehat dari
pendonor. Pasien tidak perlu lagi menjalani cuci darah seumur hidup setelah
transplantasi. Namun, pasien perlu mengonsumsi obat imunosupresif dalam
jangka panjang, untuk menghindari risiko penolakan organ cangkok.
8. Asuhan keperawatan
Pengkajian Diagnose keperawatan Intervensi
Mual 1. Gangguan Pemantauan Respirasi
Muntah pertukaran gas Observasi
Penurunan b.d 1) - Monitor frekuensi, irama,
nafsu makan ketidakseimbang kedalaman, dan upaya nafas
Kelelahan a n 2) - Monitor pola nafas (seperti
ventilasiperfusi,
Gangguan tidur perubahan bradipnea, takipnea,
Perubahan membrane hiperventilasi,
frekuensi alveolus-kapiler 3) kussmaul, cheyne-stokes, biot,
berkemih 2. Pola nafas tidak ataksik)
Penurunan efektif b.d 4) - Monitor kemampuan batuk
konsentrasi penurunan efektif
Kram pada otot ekspansi paru, 5) - Monitor adanya produksi
Pembengkakan edema pulmo sputum
pada kaki dan 6) - Monitor adanya sumbatan
pergelangan jalan nafas
kaki 7) - Palpasi kesimetrisan ekspansi
Gatal yang paru
menetap 8) - Auskultasi bunyi nafas
9) - Monitor saturasi oksigen
Sesak napas
10) - Monitor nilai AGD
11) - Monitor hasil x-ray thorax
Teraupetik
12) - Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
13) - Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
14) - Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
15) - Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Pemantauan Respirasi
1) Observasi
a. Monitor
frekuensi, irama,
kedalaman, dan
upaya nafas
b. Monitor pola
nafas (seperti
bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
2) kussmaul, cheyne-
stokes, biot, ataksik)
a. Monitor
kemampuan
batuk efektif
b. Monitor adanya
produksi sputum
c. Monitor adanya
sumbatan jalan
nafas
d. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
e. Auskultasi
bunyi nafas
f. Monitor saturasi
oksigen
g. Monitor nilai
AGD
h. Monitor hasil x-
ray thorax
3) Teraupetik
a. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
b. Dokumentasikan
hasil
pemantauan
4) Edukasi
a. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
5) - Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu