Anda di halaman 1dari 14

Cindy Amelia Soenaryo 210210256

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

 Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem perkemihan secara singkat


Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia, karna ginjal berfungsi
mempertahankan homeostatis cairan tubuh supaya selalu berfungsi dengan baik.
Untuk mempertahankannya maka ginjal mengatur volume cairan serta
menyeimbangkan osmotic, asam basa, ekresi sisa metabolisme dan pengaturan sistem
hormonal.
Posisi ginjal berada di rongga abdomen, reproperitoneal primer kiri dan kanan
vetebralis serta dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat di belakang peritonium.
Ginjal terdiri atas lebih dari satu juta unit penyaringan individu yang disebut nefron.
Setiap nefron terdiri dari tubuh penyaringan, sel darah ginjal, dan urin untuk
mengumpulkan dan berkonsentrasi pada tabung dan tubulus ginjal, pada ginjal sel
darah merupakan kumpulan dari dua struktur, glomelurus dan bowman kapsul.

 Fungsi ginjal:
1) Mengatur volume air atau cairan dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan
di ekresi oleh ginjal sebagai urin yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan
cairan akan mengakibatkan urine yang di ekresi berkurang dan konsentrasi nya
lebih pekat sehingga susunan volume cairan tubuh yang dapat di pertahankan
relative normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan ion yang optimal
dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Apabila terjadi pemasukan atau
pengeluaran yang yang abnormal ginjal akan meningkatkan ekresi ion ion
penting misal nya: Na, K, CL, Ca, dan fosfat.
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh, hal ini tergantung dari
makanan apa yang masuk ke dalam tubuh karena campuran makanan akan
menghasilkan urine yang bersifat agak asam dan jumlah PH kurang dari 6 dan
apabila banyak mengkonsumsi sayur sayuran maka urine akan bersifat basa.
Ginjal akan menyekresi urine sesuai dengan perubahan PH darah.
4) Ekresi sisa sisa hasil metabolisme zat zat toksik, obat obatan, hasil
metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia asing.
 Bagian bagian ginjal
1) Ginjal
2) Ureter
Saluran dari ginjal ke kandung kemih yang panjangnya sekitar 25-30 cm
dengan garis tengah 3 mm letaknya di posterior dinding abdomen di luar
rongga peritonium.
3) Kandung kemih (bladder)
Tempat untuk penyimpanan urine sebelum dikelurakan yang letak nya di
dalam rongga panggul dan berbentuk seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot
otot yang kuat.
4) Uretra
Saluran dari kantung kemih ke lubang pembuangan, uretra Wanita lebih
pendek dari pria yang Panjang nya hanya 4 cm sedangkan pada pria
panjangnya 20 cm.

 Proses pembentukan urine meliputi


1) Proses filtrasi
Pada proses ini cairan di ubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik, atau
oleh sekresi zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.
2) Proses absorpsi
Terjadi penyerapan Kembali Sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat,
dan ion bikarbonat.
3) Proses augmentasi
Proses ini terjadi dari Sebagian tubulus kontrosus distal sampai tubulus
pengumpul dan terjadi penyerapan sehingga terbentuklah urine lalu ke
kandung kemih yaitu tempat penyimpanan sementara.
4) Proses sekresi
Sel tubuh akan membentuk amoniak yang bersenyawa dengan asam,
kemudian di sekresi sebagai ammonium supaya PH darah dan cairan tubuh
tetap alkalis.
5) Proses berkemih
Ketika kandung kemih terisi banyak urine maka tekanan kandung kemih akan
semakin tinggi hal ini menyebabkan kontraksi otot detrusor menjadi lebih
kuat. Komposisi urine normal yaitu air kemih terdiri dari kira kira 95% air.

 Karakteristik urine normal


1) Bewarna kekuningan atau jernih
2) Berbau amoniak
3) Jumlah 1cc/jam/kg BB/hari
4) Konsisten : sgt cair steril
5) Mempunyai berat jenis 1.010-1,025
6) Frekuensi tergantung dari produksi urine dan kemauan individu

A. GAGAL GINJAL AKUT


1. Pengertian
Gagal ginjal akut adalah kondisi penurunan fungsi ginjal secara mendadak.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, termasuk kekurangan
cairan, infeksi, atau adanya sumbatan aliran keluar urine.
Pada umumnya, gagal ginjal akut merupakan komplikasi dari penyakit serius
lainnya. Jika tidak segera ditangani dengan baik, gagal ginjal akut bisa
memicu berhentinya fungsi ginjal serta membahayakan nyawa penderitanya.
Gagal ginjal akut terjadi saat ginjal mengalami kerusakan secara mendadak
dan tidak berfungsi dengan normal. Akibatnya, ginjal tidak dapat membuang
limbah metabolisme dari dalam tubuh dan tidak dapat menyeimbangkan air
serta elektrolit.
Limbah metabolisme akan terus menumpuk karena tidak dapat dikeluarkan
dalam bentuk urine.
Gagal ginjal akut didefinisikan oleh kidney disease: Improving Global
Outcomes (KDIGO) sebagai penyakit yang memenuhi setidaknya satu dari
hal-hal ini:
 Peningkatan kreatinin serum ≥ 0.3 mg/dL dalam kurun waktu 48 jam,
atau
 Peningkatan kreatinin serum ≥ 1.5 kali dari nilai dasar yang
diperkirakan terjadi dalam kurun waktu 7 hari, atau
 Keluaran urin kurang dari 0.5 mL/kgBB/jam dalam kurun waktu 6 jam

2. Tanda dan gejala


 Gejala :
 Penderitanya mengeluh mual, dan muntah
 Pembengkakan kaki atau pembengkakan yang menyeluruh
 Penderita menunjukkan adanya nyeri pada bagian perut
 Pada gangguan ginjal akibat dehidrasi penderita dapat menunjukkan
tanda-tanda diare atau perdarahan aktif.
 BAK sedikit
 Kelelahan
 Sesak napas

3. Etiologic dan Patofisiologi

o Faktor Prerenal
Faktor prerenal merupakan faktor yang menyebabkan perburukan fungsi ginjal
sebelum organ ginjal.
Salah satu penyebab prerenal paling umum adalah syok hipovolemik, yakni
kondisi kekurangan cairan yang menyebabkan aliran darah ke ginjal
berkurang, misalnya akibat perdarahan atau diare hebat.
Contoh penyebab lainnya adalah akibat penyakit jantung, luka bakar, reaksi
alergi hebat, dll.

 2. Faktor Renal
Faktor renal berarti gagal ginjal terjadi akibat kerusakan yang terjadi pada
ginjal. Beberapa gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal secara
langsung adalah toksin, metanol dan infeksi.
Kondisi infeksi berat (sepsis), scleroderma, keganasan myeloma multiple,
serta berbagai penyakit ginjal juga masuk dalam faktor renal.

 3. Faktor Faktor Post-renal


Faktor post renal adalah suatu keadaan di mana ginjal dapat membentuk urine
dengan cukup baik, tapi alirannya dalam saluran kemih terhambat.
Hal ini dapat dijumpai pada tumor daerah perut bawah (misalnya prostat,
serviks, atau kandung kemih) yang menyebabkan urine terbendung dan
menyebabkan kerusakan ginjal. Batu ginjal juga dapat menyebabkan sumbatan
aliran urine.

 Faktor Risiko
Mengingat banyaknya kemungkinan penyebab gagal ginjal akut, beragam pula
faktor risiko yang berpotensi menimbulkan kondisi ini. Beberapa di antaranya
adalah:

 Lansia (di atas 65 tahun)


 Tekanan darah terlalu rendah/hipotensi
 Sepsis
 Kekurangan cairan/hipovolemia, termasuk kesulitan untuk konsumsi
cairan untuk mencukupi kebutuhan cairan harian
 Penyakit ginjal kronis
 Penyakit pembuluh darah
 Penyakit kronis lain, khususnya jantung, hati, kencing manis/diabetes
 Penggunaan obat-obatan nefrotoksik (obat yang beracun untuk ginjal)

4. Pemeriksaan penunjang
Dokter akan mendiagnosis gagal ginjal akut dengan melakukan wawancara
medis, pemeriksaan fisik, serta beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:

 Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar kreatinin dan ureum dalam


darah.
 Pemeriksaan urine dan pengukuran volume urine yang keluar.
 Pemindaian dengan USG ginjal atau CT scan untuk mengetahui
penyebab gagal ginjal akut, seperti penyumbatan pada saluran kemih.
 Biopsi ginjal dengan mengambil sebagian jaringan ginjal sebagai
sampel untuk diperiksa di bawah mikroskop dapat dilakukan jika
diperlukan untuk menentukan penyebab gagal ginjal akut.

5. Pathway
6. Penatalaksanaan
 Ada beberapa cara yang akan dilakukan dokter untuk mengatasi gagal
ginjal akut, misalnya:
 Mencukupi kebutuhan cairan tubuh pasien melalui infus, atau
memperbanyak asupan air putih bila gagal ginjal akut disebabkan oleh
dehidrasi.
 Menghentikan konsumsi obat-obatan yang bisa memperparah kondisi
gagal ginjal akut.
 Bila gagal ginjal akut disebabkan infeksi, dokter akan mengobati
infeksi tersebut hingga tuntas.
 Merekomendasikan pasien untuk melakukan cuci darah bila
kondisinya sudah cukup berat. Pengobatan cuci darah ini bisa
dihentikan bila fungsi ginjal sudah kembali normal.

 Prinsip pengobatan dari gagal ginjal akut berdasarkan dari stadium


penyakitnya yang direkomendasikan oleh KDIGO adalah:
7. Asuhan keperawatan
Pengkajian Diagnose keperawatan Intervensi
 Penderitanya mengeluh mual, dan 1. Perubahan 1) Catat pemasukan
muntah kelebihan cairan dan pengeluaran
 Pembengkakan kaki atau b.d gagal ginjal akurat
pembengkakan yang menyeluruh dengan kelebihan 2) Awasi bj urine
 Penderita menunjukkan adanya air 3) Timbang BB tiap
nyeri pada bagian perut 2. Resiko tinggi hari dg alat yang
 Pada gangguan ginjal akibat terhadap curah sama
dehidrasi penderita dapat jantung b.d 4) Awasi nadi,
menunjukkan tanda-tanda diare kelebihan cairan tekanan darah,
atau perdarahan aktif. 3. Perubahan nutrisi suara paru
 BAK sedikit kurang dari 5) Kaji kulit wajah
 Kelelahan kebutuhan tubuh area edema
b.d katabolisme evaluasi darajat
 Sesak napas
protein edema
6) Auskuktasi paru
dan bunyi jantung
7) Memperbaiki
penyebab
8) Awasi
pemeriksaan lab
9) Batasi cairan
sesuai indikasi
10) Beri obat sesuai
dengan indikasi

B. GAGAL GINJAL KRONIS


1. Pengertian
Penyakit gagal ginjal kronis, atau chronic kidney disease (CKD), adalah
kondisi penurunan bertahap pada fungsi ginjal.
Ginjal sendiri berfungsi menyaring produk sisa dan cairan berlebih dari tubuh,
yang kemudian dikeluarkan melalui urine.
Walaupun pada tahap awal tidak terlalu banyak gejala yang dapat timbul, saat
penyakit ginjal kronis mencapai tahap yang cukup lanjut, dapat terjadi
penumpukan cairan, elektrolit, dan produk sisa dalam tubuh.
Gagal ginjal kronik disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan bersifat irreversibel dimana ginjal
tidak dapat berfungsi dengan baik untuk membersihkan darah sehingga
terjaidnya penumpukan limbah dan cairan di dalam darah dan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
(Rivandi & Yonata, 2015). Gagal ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu
kondisi yang disebabkan oleh turunya fungsi ginjal yang bersifat menahun.
Gangguan fungsi ginjal terjadi disaat tubuh tidak mampu untuk
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan serta elektrolit sehingga
menimbulkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Mailani &
Andriani, 2017)
Gagal ginjal kronis yang terjadi karena penurunan kemampuan ginjal dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. GGK merupakans alah
satu penyakit tidak menular, dimana proses pejalanan penyakitnya
membutuhkan waktu yang lama sehingga terjadi penurunan fungsi dan tidak
dapat kembali ke kondisi semula. Kerusakan ginjal terjadi nefron termasuk
pada glomerulus dan tublus ginjal, nefron yang telah mengalami kerusakan
tidak dapat kembali berfungsi normal.

2. Etiologic
Etiologi dari penyakit ginjal kronis sangat luas, tetapi diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit ginjal lain yang berkepanjangan, seperti
glomerulonefritis kronis dan pielonefritis kronis, merupakan etiologi tersering.

a. Glomerulonelritis berdasarkan sumber terjadinya kelainan,


glomerulonefritis
dibedakan primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila'penyakit
dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonelritis sekunder
apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik ldain seperti diabetes
melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multiple atau
amiloidosis.

b. Diabetes melitius merupakan gangguan proses metabolisme gula darah yang


berlangsung kronik ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang
diakibatkan oleh gangguan pengeluaraan insulin, resistensi insulun atau
keduanya (Karota & Sitepu, 2020)

c. Hipertensi, hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan
darah diastolik > 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

d. Ginjal polikistik, pada keadaan ini dapat ditemukan kista-kista yang tersebar
di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Selain oleh karena kelainan
genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang paling sering
didapatkan.

3. Tanda dan gejala


Gejala gagal ginjal kronis tidak terlalu spesifik, dan dapat disebabkan oleh
kondisi kesehatan lainnya.
Selain itu, karena ginjal merupakan organ yang mudah beradaptasi dan dapat
berkompensasi bila terjadi kehilangan fungsi, gejala umumnya tidak tampak
hingga penyakit mencapai tahap yang lebih lanjut.
Berikut beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi:
● Mual
● Muntah
● Penurunan nafsu makan
● Kelelahan
● Gangguan tidur
● Perubahan frekuensi berkemih
● Penurunan konsentrasi
● Kram pada otot
● Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
● Gatal yang menetap
● Sesak napas
Gejala gagal ginjal kronis tersebut dapat bertambah dalam hal intensitas
seiring dengan berjalannya waktu.

4. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronis melibatkan kerusakan fungsi dan struktur
ginjal dengan evolusi yang lambat dan progresif serta ireversibel. Mekanisme
yang menyebabkan hal ini bergantung pada penyakit yang mendasari
(underlying disease). Namun, progresivitas kerusakan dari pada struktural dan
fungsional nefron yang tersisa (surviving nephrons) diperantarai oleh molekul
vasoaktif, yang menyebabkan peningkatan hemodinamik dan tekanan kapiler
pada glomerulus.

Proses tersebut merupakan proses adaptasi yang dapat berlangsung dengan


singkat, dan diikuti dengan proses maladaptasi yang berupa sklerosis nefron
yang masih tersisa. Pada proses maladaptasi, fungsi nefron akan menurun
dengan progresif dan menyebabkan gangguan keseimbangan air dan elektrolit
(terutama natrium dan kalium).

Progresivitas penyakit ginjal kronis mungkin terus berlangsung hingga pasien


membutuhkan terapi pengganti ginjal, seperti dialisis.

5. Pathway
6. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis GGK dilakukan dengan menanyakan gejala, serta riwayat penyakit
pasien dan keluarganya, diikuti dengan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan
melakukan pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi ginjal dan
mendeteksi kerusakan ginjal. Pemeriksaan tersebut meliputi:

1. Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kerja ginjal dengan memeriksa kadar
limbah dalam darah, seperti kreatinin dan ureum.

2. Tes urine

Dalam tes ini, kadar albumin (protein darah), kreatinin, dan sel darah merah
dalam urine akan diperiksa. Hasil pemeriksaan tersebut bisa menunjukkan
seberapa parah kerusakan ginjal yang dialami pasien.

3. Pemindaian
Pemindaian ini bertujuan melihat struktur dan ukuran ginjal. Umumnya,
pemeriksaan yang dilakukan adalah USG ginjal, tetapi bisa juga menggunakan
MRI atau CT scan.

4. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari jaringan ginjal.
Sampel ini selanjutnya akan dianalisis di laboratorium, agar penyebab
kerusakan ginjal bisa diketahui.

7. Penatalaksanaan
Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan dan kondisi ginjal yang rusak tidak
dapat kembali seperti semula. Penanganan GGK yang dilakukan oleh dokter
bertujuan untuk:

 Memperbaiki gangguan yang terjadi akibat kerusakan ginjal, seperti


ketidakseimbangan mineral dan elektrolit, anemia, dan hipertensi
 Mengendalikan penyakit yang menyebabkan gagal ginjal kronis
 Menghambat perkembangan gagal ginjal kronis menjadi lebih parah.
 Mempertahankan laju filtrasi ginjal sebaik mungkin
Adapun metode pengobatan yang dapat dilakukan oleh dokter meliputi:
 Pemberian Obat-obatan
Pemberian obat-obatan dilakukan untuk mengendalikan penyakit
penyebab gagal ginjal kronis dan gangguan yang muncul akibat
kerusakan ginjal. Jenis obat yang diberikan antara lain:
 Obat hipertensi
Tekanan darah tinggi dapat menurunkan fungsi ginjal lebih
parah dan mengubah komposisi elektrolit dalam tubuh. Obat
yang dapat diberikan untuk mencegah ini adalah ACE
inhibitor atau ARB.
Suplemen untuk anemia
Dokter dapat memberikan suntikan hormon eritropoietin dan
terkadang ditambah suplemen besi untuk mengatasi anemia
pada penderita GGK.
Suplemen kalsium dan vitamin D
Kedua suplemen ini diberikan untuk mengatasi kekurangan
kalsium dan vitamin D akibat kerusakan ginjal. Salah satu
manfaatnya adalah untuk mencegah pengeroposan tulang
(osteoporosis) yang bisa meningkatkan risiko patah tulang.
 Obat diuretik
 Obat ini dapat mengurangi penumpukan cairan pada bagian
tubuh. Contoh obat ini adalah furosemide.
 Obat kortikosteroid
 Obat ini diberikan pada penderita GGK akibat
glomerulonefritis atau penyakit lain yang menyebabkan
peradangan pada ginjal.
 Perubahan Pola Hidup
Di samping pemberian obat, penderita gagal ginjal kronis juga disarankan
untuk melakukan perubahan pola hidup, antara lain dengan:

 Menjalani diet khusus, yaitu dengan mengurangi konsumsi garam,


serta membatasi asupan protein dan kalium dari makanan untuk
meringankan kerja ginjal
 Berhenti merokok
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol
 Berolahraga secara teratur, setidaknya 150 menit dalam seminggu
 Menurunkan berat badan jika berat badan berlebih atau obesitas
 Tidak mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang
dapat menyebabkan gangguan pada ginjal
 Memeriksakan tekanan darah secara berkala
 Menerima vaksinasi, seperti vaksinasi flu dan pneumonia, karena GGK
membuat tubuh rentan terserang infeksi
 Berkonsultasi dan melakukan pemeriksaan diri ke dokter secara teratur

 Terapi Pengganti Ginjal


Untuk pasien gagal ginjal kronis tahap akhir atau stadium 5, penanganan yang
dapat dilakukan adalah mengganti tugas ginjal dalam tubuh dengan terapi
pengganti ginjal. Terapi ini terdiri dari:

1. Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan limbah dan cairan dalam tubuh. Terdapat
dua jenis dialisis, yakni:
 Hemodialisis atau biasa dikenal dengan cuci darah, yakni prosedur
dialisis yang menggunakan mesin
 CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis), yaitu dialisis yang
dilakukan dengan memasukkan cairan dialisis ke dalam perut melalui
lubang buatan

2. Tranplantasi ginjal
Pada transplantasi ginjal, ginjal pasien diganti dengan ginjal sehat dari
pendonor. Pasien tidak perlu lagi menjalani cuci darah seumur hidup setelah
transplantasi. Namun, pasien perlu mengonsumsi obat imunosupresif dalam
jangka panjang, untuk menghindari risiko penolakan organ cangkok.

8. Asuhan keperawatan
Pengkajian Diagnose keperawatan Intervensi
 Mual 1. Gangguan  Pemantauan Respirasi
 Muntah pertukaran gas  Observasi
 Penurunan b.d 1) - Monitor frekuensi, irama,
nafsu makan ketidakseimbang kedalaman, dan upaya nafas
 Kelelahan a n 2) - Monitor pola nafas (seperti
ventilasiperfusi,
 Gangguan tidur perubahan bradipnea, takipnea,
 Perubahan membrane hiperventilasi,
frekuensi alveolus-kapiler 3) kussmaul, cheyne-stokes, biot,
berkemih 2. Pola nafas tidak ataksik)
 Penurunan efektif b.d 4) - Monitor kemampuan batuk
konsentrasi penurunan efektif
 Kram pada otot ekspansi paru, 5) - Monitor adanya produksi
 Pembengkakan edema pulmo sputum
pada kaki dan 6) - Monitor adanya sumbatan
pergelangan jalan nafas
kaki 7) - Palpasi kesimetrisan ekspansi
 Gatal yang paru
menetap 8) - Auskultasi bunyi nafas
9) - Monitor saturasi oksigen
 Sesak napas
10) - Monitor nilai AGD
11) - Monitor hasil x-ray thorax
 Teraupetik
12) - Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
13) - Dokumentasikan hasil
pemantauan
 Edukasi
14) - Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
15) - Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

 Pemantauan Respirasi
1) Observasi
a. Monitor
frekuensi, irama,
kedalaman, dan
upaya nafas
b. Monitor pola
nafas (seperti
bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
2) kussmaul, cheyne-
stokes, biot, ataksik)
a. Monitor
kemampuan
batuk efektif
b. Monitor adanya
produksi sputum
c. Monitor adanya
sumbatan jalan
nafas
d. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
e. Auskultasi
bunyi nafas
f. Monitor saturasi
oksigen
g. Monitor nilai
AGD
h. Monitor hasil x-
ray thorax
3) Teraupetik
a. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
b. Dokumentasikan
hasil
pemantauan
4) Edukasi
a. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
5) - Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai