Anda di halaman 1dari 5

TUGAS I

MATA KULIAH
HUKUM AGRARIA

Oleh:

Rezi Apri Saputra


NIM: 048934516

ILMU HUKUM
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
1) Menurut analisa saya administrasi pertanahan merupakan bagian dari Administrasi
Negara. Tujuan pembangunan di bidang pertanahan adalah menciptakan
kemakmuran dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pencapaian tujuan tersebut
dilaksanakan dengan pengelolaan pertanahan dan pengembangan administrasi
pertanahan. Untuk dibuatlah keputusan presiden No. 7 tahun 1979 tentang catur
tertib pertanahan. Masalah paling mendasar yang dihadapi bidang pertanahan adalah
suatu kenyataan bahwa persediaan tanah selalu terbatas sedangkan kebutuhan
manusia akan tanah selalu meningkat. Faktor-faktor yang menyebabkan
meningkatnya kebutuhan akan tanah adalah : 1. Pertumbuhan penduduk 2.
Meningkatnya kebutuhan akan ruang sebagai akibat peningkatan kualitas hidup. 3.
Meningkatnya fungsi kota terhadap daerah sekitarnya. 4. Terbatasnya persediaan
tanah yang langsung dapat dikuasai atau dimanfaatkan. 5. Meningkatkan
pembangunan. Dengan kondisi tersebut maka pengaturan terhadap tanah sangat
dibutuhkan dan disinilah administrasi pertanahan memegang peranan yang sangat
penting.
2) Akibat hukum jika mendirikan bangunan namun tidak sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah
a) Sanksi Administratif, bentuk pengenaan sanksi administratif yang terdapat dalam
Pasal 61 UU Penataan Ruang dan Pasal 182 sampai 186 PP No.15/2010
merupakan pelanggaran terhadap kewajiban dalam menyelenggarakan penataan
ruang.
(1) Peringatan tertulis
(2) Penghentian sementara kegiatan
(3) Penghentian sementara pelayanan umum
(4) Penutupan lokasi
(5) Pencabutan izin
(6) Pembatalan izin
(7) Pembongkaran bangunan
(8) Pemulihan fungsi ruang
(9) Denda administratif.
b) Sanksi Perdata, bahwa bentuk pengenaan sanksi perdata yang terdapat dalam
Pasal 75 UU Penataan Ruang merupakan pelanggaran terhadap terhadap
kewajiban dalam menyelenggarakan penataan ruang yaitu :
(1) Ganti kerugian atau pemenuhan kewajiban (prestasi). Ganti kerugian yang
dimaksud adalah bagi pelanggaran terhadap setiap orang yang melanggar
kewajiban dalam penyelenggaraan penataan ruang.
(2) Hilangnya suatu keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya hukum
yang baru.
c) Sanksi Pidana, bahwa bentuk pengenaan sanksi pidana yang terdapat dalam Pasal
69 – Pasal 74 UU Penataan Ruang merupakan pelanggaran terhadap terhadap
kewajiban dalam menyelenggarakan penataan ruang
(1) Sanksi pidana penjara dan denda diberikan kepada :
(a) Dalam menetapkan rencana tata ruang, namun kepada setiap orang itu
tidak ditaati, apalagi menimbulkan perubahan terhadap fungsi ruang, serta
menimbulkan matinya orang.
(b) Dalam izin pemanfaatan ruang, namun kepada setiap orang tidak
dimanfaatkan dengan sesuai, apalagi yang menibulkan kerugian atau
kerusakan harta benda, dan menimbulkan matinya orang.
(c) Melanggar ketentuan izin pemanfaatan ruang.
(d) Melanggar peraturan perundang-undangan dengan tidak diberikannya
akses terhadap kawasan umum.
(2) Sanksi pidana penjara, denda, dan pidana tambahan diberhentikan secara
tidak hormat diberikan kepada :
(a) Pejabat pemerintah yang berwenang melanggar ketentuan dalam
menertibkan izin yang tidak sesuai rencana tata ruang.
(3) Sanksi pidana penjara, denda, pidana tambahan dengan dicabut izin usaha
dan dicabut status badan hukum diberikan kepada :
(a) Korporasi yang melakukan pelanggaran terhadap penyelenggaraan
penataan ruang.
3) Hak ulayat tidak selalu dapat diimplementasikan meskipun memiliki dasar
pengakuan hukum. Hak Ulayat itu sendiri artinya adalah hak penguasaan tertinggi
dalam masyarakat hukum adat tertentu atas tanah yang merupakan kepunyaan
bersama para warganya. konsep pengaturan hak ulayat dan hak menguasai negara
diatur Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945. Hak ulayat sebagai kewenangan sekaligus
kewajiban mempunyai kekuatan berlaku ke dalam dan ke luar. Ke dalam
berhubungan dengan para warganya, sedang kekuatan berlaku ke luar dalam
hubungannya dengan bukan anggota masyarakat hukum adatnya yang disebut “orang
asing” atau “orang luar”. Hak ulayat mengandung 2 (dua) unsur yaitu unsur
kepunyaan yang termasuk bidang hukum perdata dan unsur tugas-kewenangan untuk
mengatur penguasaan dan memimpin penggunaan tanah bersama yang termasuk
bidang hukum publik. Unsur tugas-kewenangan yang termasuk bidang hukum publik
tersebut pelaksanaannya dilimpahkan kepada kepala adat sendiri atau bersama-sama
dengan para tetua adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan.
Konsep dasar hak menguasai oleh negara di Indonesia dimuat dalam Pasal 33 ayat
(3) UUD 1945 yang berbunyi: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Sesuai dengan Penjelasan Umum II/2 UUPA, perkataan “dikuasai” dalam
Pasal ini bukanlah berarti “dimiliki”, akan tetapi adalah pengertian yang memberi
wewenang kepada negara, sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia itu.
Menelaah konsep pengaturan di atas, terdapat 2 (dua) hal utama yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu hak menguasai negara dan penguasaan tersebut
ditujukan untuk menciptakan kemakmuran/kesejahteraan bagi rakyat. Hal ini
diperkuat dengan Pasal 34 UUD 1945 yang secara keseluruhan mengatur mengenai
kewajiban negara untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyat yang berupa
pemeliharaan bagi fakir miskin dan anak terlantar, pengembangan sistem jaminan
sosial serta penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas umum yang layak.
DAFTAR PUSTAKA
MW Purwaningdyah dan Wahyudi, Agus, Konsep Dasar Administrasi dan Administrasi
Pertanahan, http://repository.ut.ac.id/4747/1/ADPU4335-M1.pdf diakses pada
tanggal 29/04/2023 pukul 22.00
Handayaningrat. (1996). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta:
Gunung Agung.
Harsono, B. (1999). Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan
Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.

Anda mungkin juga menyukai