Anda di halaman 1dari 12

HUKUM TATA RUANG

DAN PENGADAAN
TANAH
NAMA: ALI APRIANTO
NIM: 202073098
Pengertian Hukum Tata Ruang dan Pengadaan Tanah

• Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


menyebutkan “Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.”
Dilanjutkan dengan Pasal 1 angka 2 menyebutkan “Tata ruang adalah wujud struktur ruang
dan pola ruang” Selain itu Penataan Ruang adalah suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

• Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,
bangunan,tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Dalam Peraturan
Presiden Nomor 65 Tahun 2006 maka pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah
dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
Tujuan Hukum Tata Ruang dan Pengadaan Tanah

Tata Ruang
Adapun rumusan tujuan penataan ruang di Indonesia bisa dilihat diPasal 3 Undang Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Ketentuan itu tidak diubah dalam UU Cipta Kerja.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional
dengan: Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan Pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang

Pengadaan Tanah
Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum bertujuan untuk menyediakan tanah bagi pelaksanaan
pembangunan guna meningkatkan kesejahtraan dan kemakmuran bangsa, negara dan masyarakat
dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak
Peranan Hukum Tata Ruang dan
Pengadaan Tanah
Dalam pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, intinya menjelaskan bahwa Penataan Ruang
diselenggarakan guna mengwujudkan keharmonisan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan, guna terwujudnya keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia, guna terwujudnya perlindungan
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang. Intinya dua peraturan ini mempunyai tujuan yang
sama yakni, guna mengwujudkan keharmonisan antara lingkungan alam
dan lingkungan buatan serta antara manusia dan lingkungan itu sendiri
(alam dan buatan), sehingga terciptalah apa yang dinamakan dengan
“keseimbangan”.
Aspek - Aspek yang Mempengaruhi
Penataan Ruang
• Teknis atau Rekayasa
Aspek teknis atau rekayasa menjelaskan tentang proses
perencanaan sampai pelaksanaan yang berkaitan dengan
konstruksi infrastruktur

• Ekonomi
Dari segi ekonomi, dalam penataan ruang
pengaruh
tidak hanya dari biaya tetapi dipengaruhi oleh
kegiatan
ekonomi dan potensi SDA (Sumber Daya Alam)
maupun
sumber daya buatan pada wilayah tersebut.
Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud UU Cipta

kerja pada ayat (2) terdiri atas :


1 2 3
Rencana tata ruang Rencana tata ruang Rencana tata ruang
wilayah nasional pulau/kepulauan kawasan strategis
nasional
4 5
Rencana tata ruang Rencana tata ruang
wilayah provinsi wilayah kabupaten/kota
Hubungan Antara Penataan Ruang Dan
Pengadaan Tanah

Pada dasarnya kendala dalam penyusunan Rencana Umum Tata Ruang tersebut antara lain:

• Pertama, Rencana yang tersusun tidak memperhitungkan keserasian, keseimbangan dan


kelestarian lingkungan. Karena itu jika rencana tersebut dijalankan sebagaimana yang ditetapkan
maka diperkirakan dalam waktu jangka panjang akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainya.

• Kedua, Tidak adanya ketegasan hukum bagi setiap orang yang melanggar ketentuan dalam
ruang. Artinya bahwa setiap orang yang melakukan penyimpangan penggunaan rencana tata
ruang tidak pernah diberikan sanksi.
• Ketiga, Dalam perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan rencana pengembangan.
Sehingga penetapan rencana tata ruang menjadi kabur karena simpang siur dengan rencana
pengembangan. Seharusnya rencana pengembangan mengacu pada rencana tata ruang.

• Keempat, Dalam penetapan rencana tata ruang lebih banyak di dominasi oleh keputusan politik,
sehingga obyektifitas terhadap karakteristik wilayah menjadi tidak dapat berjalan dengan baik.

• Kelima, Dalam menghadapi otonomi daerah setiap daerah dituntut untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah, sehingga setiap upaya pemanfaatan tata ruang diupayakan harus dapat
memberikan sumbangan nilai ekonomi bagi daerah.
Implikasi Pada Study Kasus
• Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum pelebaran
jalan Ngaliyan-Mijen sudah direncanakan sejak tahun 1996, Pembangunan
pelebaran jalan ini sangat mendesak dilakukan mengingat arus lalu lintas
di sepanjang jalan Ngaliyan-Mijen semakin padat. Meskipun rencana
pelebaran jalan dimulai pada tahun 1996, hingga sekarang pembangunan itu
belum terselesaikan. Penelitian mengenai penulisan hukum ini bertujuan
untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum
dalam pelebaran jalan Ngaliyan-Mijen, pemberian ganti kerugian, dan
kendala apa saja yang menyeababkan belum terselesaikanya proyek itu.

• Pelaksanaan Pembangunan Pelebaran Jalan Ngaliyan – Mijen sampai sekarang


belum selesai karena terbatasnya dana yang tersedia di Pemkot melalui APBD,
alotnya masalah pembebasan lahan dan masih adanya masyarakat yang belum
mengambil ganti rugi karena kurangnya pemahaman tentang mekanisme
keberatan atas ganti rugi
Permasalahan Dan Faktor Penyebab
Dalam hal penyelesaian masalah mengenai
Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum Di Semarang khususnya dalam
pelebaran Jalan Raya Ngaliyan Mijen, tidak
hanya dari segi bekerjanya hukum secara
otonom, akan tetapi memandang
bekerjanya hukum itu sebagai bagian
dari bekerjanya segi-segi kehidupan
masyarakat lainnya, seperti ekonomi,
sosial, politik, budaya dan lain
sebagainya, dimana rasa keadilan ada
pada kenyataan di masyarakat. Oleh
karena itu rasa keadilan berada di
masyarakat, bukan pada peraturan
perundang-undangan
Tindak Lanjut /
Solusi
Proses Musyawarah untuk menetapkan bentuk dan besarnya ganti
kerugian. Ganti kerugian untuk pengadaan tanah bagi pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum menurut pasal 12 Keputusan
Presiden Republik Indonesia nomor 55 tahun 1993, diberikan untuk:
1) Hak atas tanah
2) Bangunan
3) Tanaman
4) Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Sedangkan bentuk ganti kerugian diatur alam pasal 13 Keputusan


Presiden Republik Indonesia nomor 55 tahun 1993, berupa:
1) Uang
2) Tanah pengganti
3) Pemukiman kembali
4) Gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian
TERIMA
KASIH!!

Anda mungkin juga menyukai