Perjanjian Tuntang dilaksanakan pada tanggal 18 September 1811 dengan isi sebagai berikut :
Pemerintah Belanda menyerahkan wilayah Hindia Belanda kepada Inggris
Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris
Orang Belanda dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris
Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris
Raffles memberi kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk melakukan perdagangan bebas
Atas jasa Stamford raffles dalam menaklukkan jawa,gubernu jendral EIC di india menugaskan raffles
untuk menjadi letnan gubernur di jawa. Setelah raffles menjadi gubernur Indonesia mengalami banyak
perubahan seperti menghapus system monopoli perdagangan dan tanam paksa. Ia juga menerapkan system
sewa tanah dan membagi wilayah jawa menjadi 16 Karesidenan agar memudahkan Inggris mengorganisir
pemerintahan.
Pada tahun 1815, Raffles ditarik dan digantikan John Fendall. Hal ini berkaitan dengan Perjanjian Anglo-
Dutch yang terjadi pada 1814 menjelang berakhirnya Perang Napoleon di Eropa.
Berakhirnya masa pemerintahan Raffles berkaitan dengan Konvensi London pada tahun 1814. dengan isi
sebagai berikut :
Prancis kemudian menderita kekalahan dari Inggris dan sekutunya dalam Perang Koalisi
yang terakhir (1813-1814). Kekalahan Prancis dalam Perang Koalisi menyebabkan wilayah
kekuasaannya, termasuk Belanda, lepas dari kekuasaan Prancis
Penyerahan wilayah Hindia Belanda dari Inggris ke Belanda berlangsung di Batavia pada 19
Agustus 1816. Selang 2 tahun tersebut salah satunya disebabkan oleh Napoleon yang
sempat kembali menyatakan perang. Serah terima Hindia Belanda sebagai wilayah jajahan
diwakili John Fendall dari Inggris, sementara Belanda diwakili Mr. Elout, van der Capellen,
dan Buyskes.
tambahan :
Pada awal abad ke-19, Inggris mulai mengambil alih kekuasaan dari Belanda selama Perang
Napoleon. Mereka berhasil menguasai beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Jawa, Bali,
dan bagian Sumatra. Namun, setelah Perang Napoleon berakhir pada 1815, Inggris
mengembalikan sebagian besar wilayah tersebut kepada Belanda sesuai Perjanjian London
tahun 1814.
Meskipun demikian, Inggris terus memiliki pengaruh di Indonesia, terutama dalam hal
ekonomi dan perdagangan. Setelah pecahnya Perang Dunia II, Belanda mencoba untuk
mengembalikan kekuasaannya di Indonesia, yang kemudian memicu Perang Kemerdekaan
Indonesia. Inggris berperan sebagai mediator dalam konflik ini, dan akhirnya pada tahun
1949, Indonesia meraih kemerdekaan penuh setelah berjuang selama beberapa tahun.
Jadi, Inggris memiliki peran yang kompleks dalam sejarah penjajahan di Indonesia, terutama
melalui pengaruh ekonomi dan peran sebagai mediator dalam perjuangan kemerdekaan.
Awal Kontak: Inggris pertama kali datang ke Indonesia melalui perusahaan dagang
seperti Perusahaan Hindia Timur Inggris (EIC) pada awal abad ke-17. Mereka
mendirikan pos perdagangan di wilayah-wilayah seperti Pulau Banda, Maluku, dan
Bengkulu.
Pengaruh di Maluku: Pada tahun 1603, Inggris mendirikan pos perdagangan di Pulau
Banda yang kaya rempah-rempah. Namun, persaingan dengan Belanda
menyebabkan ketegangan dan konflik di wilayah ini.
Penguasaan Jawa dan Bengkulu: Pada abad ke-18, Inggris memperluas kekuasaannya
di Indonesia dengan mengambil alih wilayah Jawa dan Bengkulu. Mereka
membentuk aliansi dengan beberapa penguasa lokal untuk mengamankan
kepentingan mereka.
Perang Napoleon: Selama Perang Napoleon pada awal abad ke-19, Inggris merebut
sejumlah wilayah di Indonesia dari tangan Belanda. Pada 1811, Jawa dikuasai oleh
Inggris di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford Raffles.
Penyerahan Kembali kepada Belanda: Setelah Perang Napoleon berakhir pada 1815,
Inggris mengembalikan sebagian besar wilayah yang telah mereka kuasai kepada
Belanda melalui Perjanjian London tahun 1814. Penyerahan Jawa kembali kepada
Belanda dalam keadaan yang lebih lemah secara ekonomi dan politik.