Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

ANALISIS KASUS ANAK YANG MENGALAMI KECANDUAN GAME


ONLINE MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSELING SELF

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-Model Konseling

Dosen Pengampu : Siti Aminah Al-Falathi, M.Pd.

Disusun oleh :

Zahwa Mutia Ardianti 202101500385

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah-Nya dalam penyusunan makalah Model-Model Konseling. Sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan
umatnya yang selalu membela beliau didalam memperjuangkan agama Allah. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Model-Model Konseling. Penulis
menyadari sepenuhnya, bahwa terselesaikannya makalah ini berkat atas limpahan rahmat,
barakah dan ridha Allah SWT.

Selain itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terima kasih kepada Siti
Aminah Al-Falathi, M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Model-Model Konseling
Penulis ucapkan “Jazakumullah Khairon katsiron wa jazakumullah ahsanal jaza”. Semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan lebih dari yang telah diberikan, jauh dari itu penulis
menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga segala
bentuk kritik dan saran sangat diharapkan dan diterima dengan senang hati. Dan semoga
laporan ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 23 Juni 2023

Zahwa Mutia Ardianti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Topik..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengantar Konseling Self..............................................................................................3

2.2 Struktur Kepribadian Konseling Self............................................................................4

2.3 Tujuan Konseling Self...................................................................................................5

2.4 Proses Konseling Self....................................................................................................6

2.5 Analisis Kasus...............................................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Era Globalisasi saat ini, pengaruh teknologi sudah berkembang sangat pesat
khususnya pengguna dan penikmat game online. Seluruh manusia baik dari kalangan tua
hingga kalangan muda semuanya menggunakan dan menikmati fasilitas game online yang
telah disediakan oleh dunia teknologi. Bisa kita lihat dan kita perhatikan didalam
kehidupan sehari-hari dari mulai anak-anak dan remaja yang menyalahgunakan game
online untuk kesenangan dan hiburan sehari-hari mereka. Hal tersebut tentu dapat
mengganggu perkembangan anak-anak dan remaja. Waktu yang seharusnya digunakan
untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah justru lebih banyak digunakan untuk
bermain game online. Game online sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat, baik itu
anak-anak maupun remaja. Beberapa tahun terakhir ini, banyak kaum remaja khususnya
gemar bermain game online. Hal ini didukung dengan teknologi yang dirasakan sangat
berkembang secara luar biasa. Internetlah yang bisa dikatakan sebagai tonggak dari
penemuan terbesar perangkat teknologi yang memberikan dampak terbesar pula bagi
kemajuan manusia dalam menggunakan game online untuk bermain.

Dalam mengatasi permasalahan ini, dunia pendidikan pelayanan bimbingan dan


konseling di sekolah sangat berperan penting dalam mengatasi kecanduan game online
yang terjadi dikalangan siswa. Bimbingan konseling merupakan salah satu cara yang
dapat memberikan bantuan dalam mengentaskan permasalahan kecanduan game online.
Karena, didalam bimbingan dan konseling ada terdapat layanan dan teknik yang sangat
dapat membantu dalam proses mengentaskan permasalahan game online.

Dalam analisis kasus ini saya menggunakan pendekatan yang merupakan bagian dari
bimbingan konseling yaitu pendekatan konseling self guna untuk mengentaskan
permasalahan yang dialami oleh seorang anak berusia 16 tahun yang memiliki kecanduan
game online. Pendekatan konseling self sendiri bertujuan untuk melakukan eksplorasi diri
sehingga dapat mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi di dalam perkembangan diri
individu. Proses pemberian bantuan dengan menggunakan pendekatan konseling self,
yang menjadi penekanan dan perhatian guru BK adalah individu itu sendiri dan bukan
kepada pemecahan masalahnya saja. Sampai pada akhirnya diharapkan individu menjadi
mampu mengevaluasi diri, sehingga menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan itu

1
merupakan cara yang paling baik untuk memahami diri individu agar tidak memiliki rasa
kecanduan terhadap game online.

1.2 Topik

Ada beberapa topik yang menjadi rumusan dalam makalah ini adalah mengenai
pendekatan konseling self.

1. Pengantar konseling self


2. Struktur kepribadian konseling self
3. Tujuan konseling self
4. Proses konseling self
5. Analisis kasus konseling self

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengantar Konseling Self

Konseling yang berpusat pada klien sering pula disebut dengan konseling teori
diri (self theory), konseling non-direktif dan konseling rogerian. Konseling self sendiri
dipelopori oleh Rogers. Menurut Rogers konseling dan psikoterapi tidak mempunyai
perbedaan. Konseling yang berpusat pada klien berkembang pesat di Amerika Serikat
dan diterima sebagai konsep dan alat baru dalam terapi yang ditetapkan tidak hanya
bagi orang dewasa akan tetapi juga bagi remaja dan anak-anak. Sepanjang sejarah
keinginan manusia untuk mengetahui sebab-sebab tingkah lakunya dan semenjak
psikologi menjadi pengetahuan yang otonom, masalah aspek kejiwaan yang
mengatur, membimbing dan mengontrol tingkah laku manusia selalu timbul dan
menjadi persoalan.

Dalam teorinya Rogers lebih menekankan konsep organism dan self. Organism
adalah unsur fisiologis dengan semua fungsi fisik dan fungsi psikologisnya. Dalam
setiap organism terdapat lapangan fenomenal dan the self, Calvin S. Hall
mengemukakan bahwa self adalah bagian dari lapangan fenomenal yang
terdeferensiasikan sedikit demi sedikit melalui pengalaman yang disadari maupun
tidak. Tingkah laku adalah fungsi pola pengalaman subyektif, yang berarti tingkah
laku merupakan hasil dari realitas yang dialami, dirasa, dinilai, dan bahkan ditafsirkan
dalam konteks pengertian individu. Self pada diri seseorang merupakan konsep diri
yang terdiri dari persepsi mengenai kekhasan dari “I” atau “Me” dan persepsi
hubungan antara “I” atau “Me” dengan orang lain dalam aspek kehidupan. Self
bersifat lentur dan fleksibel, serta didalamnya terdapat diri ideal yang menunjukkan
keinginan seseorang untuk mempertahankan apa yang ingin diperoleh dalam
pengembangan diri dan prestasinya dalam mempertahankan diri dan aktualisasi diri.

Kecocokan dan ketidakcocokan diantara self dan organisme akan menentukan


kematangan, penyesuaian diri, dan kesehatan mental seseorang. Congruence berarti
ada kecocokan antara self yang dirasakan dengan pengalaman aktual organism.
Incongruence dapat menimbulkan kecemasan, perasaan terancam, mempertahankan
diri, berpikiran kaku, dan melakukan hal-hal yang tidak positif. Perhatian Rogers
adalah bagaimana dari self yang dapat dibuat menjadi lebih coungruence.

3
2.2 Struktur Kepribadian Konseling Self
Rogers merumuskan teori kepribadiannya dengan tiga unsur yang penting yang
disebut dengan organisme, lapangan fenomenal, dan diri. Ketiga unsur ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Organisme
Istilah organisme berarti keseluruhan individu, yaitu pikiran, tingkah
laku, dan keadaan fisik seseorang. Menurut Rogers, organisme berbuat dalam
suatu penampilan keseluruhan sebagai suatu usaha untuk memuaskan
kebutuhan, organisme sebagai motif dasar untuk mengaktualisasi, dan
organisme bertindak dalam cara yang memungkinkan sejumlah pengalaman
dilambangkan dalam kesadaran sementara itu juga menolak atau mengabaikan
pengalaman orang lain dan organisme merupakan keseluruhan dari individu.
b. Lapangan fenomenal
Lapangan fenomenal merupakan keseluruhan dari pengalaman
seseorang. Pengalaman yang dimaksud tidak hanya pengalaman eksternal,
tetapi juga pengalaman internal. Pengalaman eksternal mencakup semua
kejadian yang dipersepsi oleh individu dan digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sementara itu pengalaman internal, bagaimana penghayatan
individu terhadap semua hal yang mempengaruhi dirinya. Lapangan
fenomenal juga berisi pengalamanpengalaman yang membantu individu
mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Semua yang ada dalam
fenomenal akan mempengaruhi organisme dan self.
c. Self
Self berarti diri, yaitu bagaimana keadaan individu tersebut. Dengan
adanya self tersebut terbentuk melalui pengalaman individu semenjak kecil.
Ada dua unsur dalam memaknai self oleh Rogers yaitu “I” dan “Me”. “I”
berarti saya yaitu merupakan pandangan individu terhadap siapa dirinya
misalnya adalah “saya adalah orang yang cakap”, “saya adalah orang yang
pintar”, dan lain sebagainya. Saya bisa mengubah rumus statistik, saya bisa
mengendarai mobil, saya dapat memperbaiki komputer, dan lain sebagainya.
Karena itu, self merupakan bagian dari medan fenomenal yang terdiri dari
pola-pola pengamatan dan penilaian sadar dari “I” atau “Me”.

4
2.3 Tujuan Konseling Self
Tujuan konseling self adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien
untuk melakukan eksplorasi diri sehingga dapat mengetahui hambatanhambatan
dalam perkembangannya. Pada giliran berikutnya klien diharapkan dapat
mengembangkan aspek diri yang sebelumnya mengalami gangguan.
Proses pemberian bantuan dengan menggunakan model konseling self, yang
menjadi penekanan dan perhatian konselor adalah para individu klien itu sendiri,
bukan pada pemecahan masalahnya saja. Yang pada akhirnya diharapkan adanya
pertumbuhan dan perkembangan yang berarti pada diri klien setelah menjalani
proses konseling selesai, yaitu aktualisasi diri. Dengan pertumbuhan dan
perkembangan pada diri klien, diharapkan:
a. Terjadinya keseimbangan dalam diri klien, sehingga klien lebih terbuka
pada pengalamannya.
b. Klien dapat menjadi lebih realistis, obyektif, dan persepsinya lebih luas,
sehingga ideal selfnya lebih realistis dan seimbang dengan selfnya. Sengan
demikian ketegangan yang terjadi pada diri akan dapat dikurangi.
c. Sebagai konsekuensi diri perubahan pada butir a dan b diatas, selanjutnya
akan tumbuh rasa percaya diri yang menjadi meningkat, klien mampu
mengevaluasi diri, sehingga dapat menjadi pribadi yang utuh, dapat
menerima diri sendiri sebagaimana adanya dengan segala kekurangan dan
kelebihannya, dapat menerima orang lain dan lingkungannya, lebih kreatif,
dapat menentukan tujuan hidupnya, mandiri, serta mampu bertanggung
jawab.

Kemudian tidak hanya itu saja, klien diajak untuk dapat memahami dirinya
sesuai dengan kenyataan yang ada. Memang sering terjadi klien yang datang keruang
konseling dengan membawa keyakinan diri yang tidak dapat diubah dan seringkali
menyalahkan orang lain atau dengan membawa gangguan psikologis. Pada saat ini
konselor berusaha untuk menggali permasalahan dan perasaan yang di miliki oleh
klien. Dengan penggalian ini, diharapkan klien akan dapat menyadari dan kemudian
memiliki permasalahan yang ada dalam dirinya.

Setelah klien sadar dan memiliki apa yang ada dalam dirinya, maka konselor
kemudian mengadakan revisi konsep diri yang dimiliki oleh klien. Revisi ini
didasarkan pada pengalaman perasaan yang dimiliki oleh klien selama proses

5
konseling berjalan. Lebih lanjut, Rogers menyatakan bahwa tujuan konseling self
adalah membantu klien agar menjadi manusia yang berfungsi seutuhnya.

2.4 Proses Konseling Self


Dalam terapinya Rogers lebih memilih istilah klien dari pada pasien. Konsep
Rogers menyatakan bahwa apapun tingkah laku klien, atau perasaan dan pikiran
yang diungkapkanya, konselor harus merasakan bahwa klien adalah seseorang
yang memiliki nilai, bukan orang yang sakit datang berobat.
Konseling Self memusatkan perhatian pada pengalaman individual, konseling
berupaya meminimalkan rasa diri terancam dan memaksimalkan dan menompang
eksplorasi diri. Memanfaatkan potensi individu untuk menilai pengalamanya,
menumbuhkan perasaan untuk memacu pada pertumbuhan.
Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk
mengungkapkan, mengaju dan memadukan pegalaman-pengalaman sebelumya ke
dalam konsep diri. Dengan menganalisa pengalamanpengalaman tersebut,
individu akan mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain serta menjadi
manusia yang berkembang penuh (fully functioning).
Teknik yang digunakan adalah interpersonal relations dengan wawancara
sebagai alat utama sehingga terjadi hubungan timbal balik, saling menerima,
saling memberi informasi, dan digunakan terapi permainan, dan terapi kelompok,
baik langsung maupun tidak langsung. Berikut ini diuraikan penyelenggaraan
konseling.
1. Penyelenggaraan Konseling
Proses yang dijalani konseling adalah sebagai berikut :
a. Konseling memusatkan pada pengalaman individu; artinya
pengalamanya-pengalaman yang dialami klien diungkapkan, dibahas,
dimaknai dan ditafsirkan dan diambil nilai positifnya.
b. Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan
memaksimalkan dan serta menompang eksplorasi diri. Perubahan
perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai
pengalamanya, membuatnya untuk mempejelas dan mendapatkan
titikan perasaan yang mengarah pada pertumbuhan.

6
c. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk
menyatakan, mengaji dan memadukan pengalaman-pengalaman
sebelumnya kedalam konsep diri.
d. Dengan cara melakuka re-definisi pengalaman, diharapkan individu
akan dapat mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain serta
dapat menjadi orang yang berkembang penuh (fully functioning).
e. Wawancara merupakan alat utama dalam konseling; yaitu berguna
untuk menumbuhkan hubungan timbal balik

Langkah-langkah konseling self sebagai berikut :

a. Klien datang sendiri kepada konselor untuk mendapatkan bantuan.


Atau konselor diminta datang, maka pada saat berada bersama
konselor, konselor hendaklah berusaha menumbuhkan kesukarelaan
untuk menjalani konseling.
b. Konselor berusaha membangun atau menciptakan situasi dan kondsi
yang cocok utuk suasana pemberian bantuan.
c. Konselor berusaha menerima, mendengar, mengenal dan memperjelas
perasaan negatif yang ada pada diri klien.
d. Konselor memberikan kebebasan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya ataupun masalahnya.
e. Apabila perasaan negatif tersebut telah dinyatakan klien kepada
konselor seluruhnya, maka secara berangsur-angsur akan timbul
perasaan positif.
f. Konselor menerima klien apa adanya, mengenal dan berusaha
memperjelas perasaan positif klien.
g. Dengan demikian pada diri klien akan tumbuh pemahaman tentang diri
sendiri, dan mengetahui apa yang harus diperbuat untuk memenuhi
kebutuhaanya.
h. Selanjutnya diharapkan timbul insiatif pada diri klien untuk melakukan
perbuatan yang positif.
i. Lebih lanjut diharapkan adanya perkembangan lebih lanjut pada diri
klien tentang pemahaman terhadp diri sendiri. Dengan demikian akan
timbul perkembangan tindakan yang merasa tidak membutuhkan
bantuan lagi.

7
j. Selama proses itu berjalan dan mendapatkan hasil yang memadai,
maka selanjutnya secara berangsur-angsur klien merasa tidak
membutuhkan bantuan lagi.

Proses konseling tersebut menunjukkan bahwa inisiatif untuk


memecahkan masalah tumbuh dalam diri klien sendiri. Sehingga
berangsur-angsur klien merasa tidak membutuhkan bantuan konselor lagi,
karena klien telah menemukan dirinya dan jelas hidupnya. Agar proses
konseling berhasil harus diperhatikan persyaratan hubungan yang positif
sebagai berikut :

a. Pemeliharaan hubungan yang akrab, kehangatan, dan responsif dengan


klien. Selanjutnya secara berangsur-angsur akan berkembang menjadi
pertalian emosional yang mendalam antara konselor dan klien.
b. Konselor hendaknya memahami kedudukanya sebagai “sahabat”
jangan bersikap superior, hendaknya konselor juga peka terhadap
kebutuhan klien sehingga dapat menerima pelayanan dengan sebaik-
baiknya.
c. Bersifat permisif berkenaan dengan ekpresi perasaan, sehingga klien
mampu mengekspresikan segala dorongan dan keluhanya, jangan
sampai terbawa sikap agresif, malu, dan perasaan berdosa pada diri
klien.
d. Penentuan waktu konseling hendaknya merupakan hasil dari
kesepakatan bersama.
e. Konseling hendaknya terbebas dari tekanan, paksaan. Waktu konseling
adalah milik klien, dan bukan milik konselor.

Dengan demikian, jangan terjadi jalinan hubungan yang bersifat


negatif seperti: hubungan jangan didasarkan atas rasa kasih sayang yang
mendalam, hubungan dokter dengan pasien, hubungan teman kerja, dan
hubungan antara atasan dengan bawahan. Disamping itu keberhasilan
konseling tergantung pada faktor-faktor: tingkat gangguan psikis, fisik,
usia, lingkungan hidup klien dan ikatan emosional.

2.5 Analisis Kasus

8
Saya mengangkat kasus dari fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar saya.
Seorang siswa berinisial RA kelas X Sekolah Menengah Kejuruan berusia 16
tahun yang mengalami kecanduan game online. RA mulai mengenal dan bermain
game online sejak memasuki SMP dan mulai aktif bermain game online sejak
kelas VII. Dalam sehari RA bisa bermain 1-2 jam paling sedikitnya. Ia
terpengaruh oleh teman-teman di lingkungan rumahnya yang rata-rata bermain
game online, pada saat pandemic covid-19 RA sering mengisi waktu luangnya
untuk bermain game online apa lagi di saat waktu luang dan di saat mulai merasa
jenuh dan bosan maka game online yang dijadikan tempat pelarian. RA juga
sering lupa mengerjakan tugas jika sudah bermain game online. Orang tua RA
mengetahui bahwa RA sangat gemar bermain game online dan mereka biasa-biasa
saja karena menurut orangtuanya selagi tidak melakukan hal yang tidak baik
orangtuanya memperbolehkannya bermain game online. Adapun beberapa
perubahan perilaku yang tampak pada RA diantaranya mengantuk di kelas, sering
membahas game online bersama teman-temannya di sekolah maupun di sekitar
rumah, tidak mengerjakan tugas, sering memainkan hp pada jam kosong, dan
sering tidak mengikuti proses pembelajaran daring.
Faktor penyebab RA kecanduan game online yaitu, (a) merasa Bahagia dan
terhibur bermain game online, RA sulit berhenti saat bermain game online karena
merasa bahagia dan terhibur serta tertantang untuk menang dalam bermain game
online. (b) perasaan jenuh dan bosan yang dirasakan selama belajar daring, proses
pembelajaran yang dilakukan selama pandemi sangat monoton yang dilakukan
secara terus menerus sehingga siswa sering merasa bosan sehingga banyak yang
mengikuti pembelajaran hanya sebatas absen saja. (c) Perasaan jenuh dengan
banyaknya tugas, RA sering merasa jenuh dengan banyaknya tugas dan sering
kesusahan untuk mengerjakan karena sering tidak paham dengan pelajaran yang
diberikan sebelumnya selama pandemi sehingga menjadikan game online sebagai
tempat untuk pelarian dalam menghilangkan perasaan jenuh tersebut. (d) Sulit
mengatur prioritas aktivitas dalam diri RA hingga lupa waktu dan mengabaikan
aktivitas serta kegiatan penting lainnya. (e) Pola asuh orang tua, orang tua RA
yang menormalisasikan kebiasaanya bermain game online tanpa adanya
melakukan pengontrolan terhadap RA dalam bermain game online. (f) Mudah
terpengaruh oleh teman-teman di sekolah dan di sekitar rumah yang semuanya
memainkan game online maka dari itu RA juga terpengaruh untuk bermain game

9
online karena sering melihat teman-temannya yang asik bermain RA sulit untuk
menolak pengaruh tersebut.
Dampak game online yang dialami oleh RA diantaranya; sering tidak
mengikuti proses belajar daring, mengantuk saat belajar di kelas, susah untuk
focus belajar, menurunnya rasa tanggung jawab RA terhadap tugasnya sebagai
seorang siswa karena sulit dalam mengatur prioritas aktivitas yang sehari-hari
lebih banyak digunakan untuk bermain game online, kesehatan yang menurun
karena kurangnya peduli terhadap diri sendiri terlihat bahwa RA memiliki jerawat
pada wajahnya dan memiliki mata minus.
Pelaksanaan bantuan layanan konseling dengan menggunakan pendekatan
konseling self. 1) Konselor memberikan kebebasan kepada RA untuk
mengungkapkan perasaan ataupun masalahnya selama ini, dan konselor pun
berusaha menerima, mendengar, mengenal, dan memperjelas perasaan negatif
yang ada pada diri RA. Apabila perasaan negatif tersebut telah dinyatakan oleh
RA kepada konselor sepenuhnya , maka secara berangsur-angsur akan timbul
perasaan positif dan konselor akan berusaha untuk memperjelas perasaan positif
itu. 2) Dengan demikian pada diri RA akan tumbuh pemahaman tentang diri
sendiri, dan mengetahui apa yang harus diperbuat agar ia tidak lagi kecanduan
game online dan bisa bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai seorang
siswa. 3) RA diharapkan melakukan perbuatan yang positif sesuai dengan dirinya
yaitu mengontrol dirinya sendiri untuk tidak bermain game untuk beberapa kali
saja dalam seminggu tidak seperti sebelumnya yang hampir tiap hari dan
memprioritaskan aktivitas serta kegiatan penting.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menerapkan pendekatan konseling self dalam kasus ini bertujuan untuk dapat
memahami serta menjelajahi masalah individu lebih jauh. Terdapat faktor yang
timbul terhadap individu tersebut yang mengalami kecanduan game online ialah
faktor dari lingkungan yang memang mempengaruhi individu untuk bermain game
online, faktor dari individu tersebut yang ingin bermain game online, dan kurangnya
rasa perhatian dari orang tuanya yang menyebabkan siswa mencari kesibukan dalam
bermain game online. Mengatasi kecanduan game online dengan menggunakan
pendekatan konseling self dianggap bisa membantu mengentaskan permasalahan
individu yang sudah kecanduan game online dan individu tersebut juga dapat
mengeksplorasi dirinya sehingga dapat mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi
pada diri individu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tarmizi, (2018), Bimbingan Konseling Islami, Medan: Perdana Publishing, hal. 90.

Sumadi Suryabrata, Op.Cit, hal. 264.

Muhammad Putra Dinata, (2020), Buku Ajar Pendekatan Teknik Dalam Konseling, hal. 97-
100.

Zainal Aqib, Op.Cit, hal. 162-163.

Zainal Aqib, Op.Cit, hal. 164-165.

12

Anda mungkin juga menyukai