2011-2-00021-PL 2
2011-2-00021-PL 2
LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan definisi, teori, dan kerangka berfikir yang dijadikan
Penjelasan yang akan diutarakan sepanjang bab dua ini antara lain adalah
efek psikologis dan phisiologis, emosi dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
afek positif dan afek negatif. Afek positif mengacu pada emosi seperti:
emosi, seperti: amarah, takut, kesedihan, rasa bersalah, jijik, dan penghinaan.
(hal. 39)
mental yang memiliki unsur perasaan, indrawi, pemikiran dan tindakan yang
yaitu suatu keadaan mental yang memiliki unsur perasaan, indrawi, pemikiran
dan tindakan yang dapat menghasilkan afek-afek negatif, seperti: amarah, takut,
8
2.1.2 Manfaat Emosi Positif
Seligman (2002) mengatakan EP dapat membantu individu untuk
masa sekarang, masa lalu, dan masa depan. Kemudian EP akan mengerahkan
kekuatan khas yang merupakan jalan alami untuk menuju kehidupan yang baik.
sesuatu yang lebih akbar dari diri sendiri. Jika individu dapat mengalami kedua
yang utuh. Kehidupan yang utuh adalah mengalami EP tentang masa lalu dan
menggunakan kekuatan ini untuk melayani sesuatu yang lebih akbar demi
Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Alice Isen dan
oleh Estrada, dkk (dalam Seligman, 2002) ditemukan bahwa EP juga dapat
intelektual (hal 46). EP membuat individu memiliki cara berfikir yang sama sekali
berbeda dengan cara berpikir yang berasal dari EN. EP membuat individu
9
berpikir kreatif, toleran, konstruktif, murah hati, tidak defensif, dan lateral. Cara
berpikir ini tidak berjalan dengan mendeteksi kesalahan karena tidak melakukan
bahkan mungkin timbul dibagian otak yang berbeda dan memiliki neurokimiawi
mengiringi penuaan.
waktunya, yaitu: EP yang ditujukan pada masa lalu, EP yang ditujukan pada
masa depan, dan terakhir EP yang ditujukan pada masa kini. Perlu diketahui
bahwa ketiga jenis EP ini berbeda dan tidak mesti berhubungan erat, karena
Waktu adalah sebuah satuan yang terus berubah, bahkan tiap detiknya.
Oleh sebab itu, penulis mendefinisikan; masa lalu sebagai satuan waktu yang
telah dilalui individu, masa depan sebagai satuan waktu yang akan dilalui
individu, dan masa kini adalah satuan waktu yang sedang dialami individu. Tentu
saja, karena waktu yang terus dinamis dan pengalaman individu ditiga masa
waktu tidak pernah sama. Maka sangat wajar jika individu memiliki pengalaman
emosi yang bisa saja jauh berbeda dari tiap masa waktunya dan tidak memiliki
10
Berdasarkan Seligman (2002) EP sendiri terdiri dari beragam emosi, misalnya:
kesuksesan, kelegaan.
keyakinan, kepercayaan.
Sesuai yang dibahas oleh Seligman (2005), penulis akan membahas dua sudut
pandang mengenai hubungan antara pikiran dan emosi tentang masa lalu. Emosi
tentang masa lalu bisa meliputi: kelegaan, kepuasan, dendam, kegetiran, dan
lain-lain.
isi pikiran disebabkan oleh emosi dan hal ini ditegaskan oleh Teasdale. Menurut
Teasdale 1997 (dalam Seligman, 2002) hal ini terjadi karena pada saat individu
negatif inilah yang kemudian mendorong pikiran untuk bergerak kearah negatif
kebencian akan cita rasa makanan terakhir yang dimakan, bahkan walaupun
individu tersebut tahu bahwa yang menjadi penyebab muntah bukan makanan
11
Pandangan kedua disampaikan sekitar tiga puluh tahun lalu saat revolusi
psikologi kognitif terjadi. Ditegaskan oleh Aaron T. Beck (dalam Seligman, 2002),
pakar teori terkemuka tentang terapi kognitif, bahwa emosi selalu ditimbulkan
oleh kognisi, bukan sebaliknya. Pikiran tentang hal negatiflah yang kemudian
tentang apa yang terakhir dia rasakan dari pengalamannya merupakan faktor
individu mampu melalui masa lalu dengan EP adalah memiliki kepuasan akan
lalu merupakan kunci EN pada masa lalu. Terlalu menekan peristiwa buruk juga
tentang masa lalu ini keranah kelegaan dan kepuasan. Memiliki EP bersyukur
penghayatan dan pemahaman terhadap peristiwa baik pada masa lalu dan
menulis ulang sejarah dengan disertai rasa maaf dan kegetiran peristiwa buruk
12
2.1.3.1.1 Memaafkan
Memaafkan adalah kesediaan untuk menetralkan kenangan negatif.
memaafkan dapat menurunkan efek dari amarah dan rasa ingin balas dendam.
Rasa marah dan benci dibuat oleh perasaan pribadi yang bisa merusak
memori tentang pelaku menghilang. Hingga saat ini belum ditemukan cara untuk
Ditambah lagi, upaya untuk menekan pemikiran negatif merupakan suatu upaya
yang kontra-produktif, karena hanya akan membuat individu terus teringat hal
yang ingin dilupakan (Wegner & Zanakos, 1994). Memaafkan juga berbeda
dengan rekonsiliasi, karena tidak dibutuhkan persetujuan dari kedua belah pihak
Witvliet, 2002; Peterson & Seligman, 2004 (dalam Baumgardner, 2010) belum
sangat bersifat subjektif. Oleh karena atu-satunya cara untuk menata ulang EN
tindakan yang membiarkan masa lalu tetap utuh, tetapi EN yang telah dirasakan
13
Memaafkan memiliki perasaan positif dan tindakan nyata terhadap pelaku atau
bertambah, dan efek-efek tersebut dapat diukur Harris et al. (dalam Seligman,
2002)
2.1.3.1.2 Bersyukur
Bersyukur merupakan penerimaan terhadap masa lalu yang diwujudkan
dengan rasa terima kasih akan segala sesuatu yang telah diterima. Penelitian
merasa bahagia, damai, dan mau berpendapat (Bono et al., 2004; Emmons, &
Bersyukur juga disertai dengan perilaku membalas budi sebagai tanda bahwa
apa yang telah dilakukan penolong merupakan hal yang berarti baginya.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Robert Emmons & Mike McCullough
harian selama dua minggu. Sebagian ditugasi mencatat kejadian yang mereka
14
2.1.3.2 Masa Depan
EP tentang masa depan antara lain optimisme, harapan, percaya diri,
harapanlah yang paling sering menjadi tema penelitian dan pembahasan empiris
kinerja yang lebih tinggi, dan kesehatan fisik menjadi lebih baik. Dengan
harapan.
2.1.3.2.1 Optimisme
Seligman (2002) mengatakan optimis adalah pemikiran atau ekspektasi
positif terhadap masa depan. Individu yang optimis merupakan individu yang
dapat melihat peluang yang ada, memiliki pandangan positif, mengacu pada
fakta logis, percaya diri, dan bisa menghadapi tantangan. Sedangkan individu
pesimis merupakan individu yang memiliki pandangan negatif, melihat apa yang
2010).
1. Optimisme Permanen
2. Optimisme Pervasif
bahwa penyebab kejadian buruk itu bersifat sementara. Jika individu memikirkan
15
hal-hal yang buruk dengan kata “selalu” dan “tidak pernah” disertai ciri-ciri yang
baik memiliki penyebab yang permanen lebih optimistis dari pada mereka yang
permanen, ketika berhasil, mereka berusaha lebih keras lagi pada kali
percaya itu hanya suatu kebetulan. Orang yang paling bisa memanfaatkan
keberhasilan dan terus bergerak maju begitu segala sesuatu mulai berjalan
1. Optimis Pervasif.
jenis optimis pervasif, yaitu universal dan spesik (Seligman 2002). Dalam
pesimistis yakin bahwa peristiwa baik disebabkan oleh factor tertentu (hal.
118-119).
2.1.3.2.2 Harapan
Harapan adalah kepercayaan bahwa hal yang diinginkan akan terjadi.
Harapan merupakan salah satu tabiat positif manusia yang dapat memberikan
penyebab temporer dan spesifik untuk peristiwa baik, adalah perilaku putus asa.
Peristiwa buruk dapat diterangkan melalui cara tanpa harapan atau penuh
17
Begitu pula dengan peristiwa baik:
kejadian baik, begitu pula penjelasan temporer dan spesifik untuk kejadian buruk,
dengan cepat pulih kembali dan dengan mudah kembali melangkah begitu
keduanya dalam waktu lama dan menyebar keberbagai dimensi, dan jarang
masa sekarang yang meliputi seluruh unsur batiniah adalah kenikmatan dan EP
yang merupakan puncak dari unsur lahiriah adalah gratifikasi, oleh karena itu
2.1.3.3.1 Kenikmatan
Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen indrawi yang
jelas dan komponen emosi yang kuat, yang disebut oleh parah filsuf sebagai
18
membawa kenikmatan atau tidak, hal tersebut tidak perlu diajarkan, karena itu
hal ini terjadi karena terjadi proses pembiasaan. Contoh dari kenikmatan adalah
2.1.3.3.2. Gratifikasi
Gratifikasi adalah keadaan menyenangkan yang mengikuti pencapaian
dari kegiatan yang sangat kita sukai yang ditopang oleh kekuatan dan kualitas
bertahan lebih lama dari pada kenikmatan dan melibatkan lebih banyak
pemikiran dan interpretasi. Gratifikasi dibentuk oleh kekuatan diri dan kualitas
pertumbuhan psikologis.
disebabkan karena gratifikasi membutuhkan usaha yang lebih banyak dan juga
lebih dan tanpa resiko untuk gagal, dibandingkan berlatih judo. Gratifikasi
19
Mike (dalam Seligman, 2002) mengatakan: “Kenikmatan adalah sumber
kenyamanan dan relaksasi. Sebaliknya, gratifikasi tidak selalu terasa nikmat dan
menghadapi resiko nyaris membeku, kelelahan luar biasa, jatuh ke jurang tak
berdasar, tetapi dia tidak akan menginginkan berada di tempat lain. Meminum
tetapi tidak sebanding dengan kesenangan yang di puncak yang membeku itu.
yang lebih besar dan bertahan lama, namun lebih sukar untuk diperoleh
20