Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

I DENGAN
DENGUE HEMORAGE FEVER (DHF) DI RUANG NURUSH
SHALIHAAT 3 DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase


Keperawatan Dasar Profesiosional Islami
Dosen pembimbing : Sajodin S.Kep., Ners., M.Kes., AIFO
CI Ruangan: Taufik Irman, S.Kep., Ners

Disusun oleh :
ERINA FIKAR FEBRIANA
402022031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2022
Dengue Hemorage Fever (DHF)

A. Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan demam 2-7 hari disertai
dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia),
adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan
hematokrit, asites, efusi pleura, hypoalbuminemia).
B. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
arbovirus B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda. Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti
(didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang,
telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-42 C. Bila
kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4
hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu
9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat
bertelur 100 Butir.
C. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh
pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan pelepasan
zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin, kemudian terjadinya
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding
pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus. Pada pasien dengan
trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia
atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis
secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak
tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15
hari, rata-rata 5-8 hari virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aeygypty.
Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal
di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi.
Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler.
Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan
kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi
dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena Adanya kebocoran
plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura , dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan
yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah
teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita
akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi
yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
D. Manifestasi Klinis
1. Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung selama 2-7 hari
2. Akhir fase demam setelah hari ke-3 saat demam mulai menurun, hati hati
terjadi syok. Demam hari ke 3-6 adalah fase kritis terjadiya syok.
3. Adanya perdarahan spontan seperti : ptekie, purpura, ekimosis, epitaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena, maupun berupa uji
torniquet positif.
4. Trombositopenia (trombosit ≤ 100.000/mm3)
5. Adanya kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas vascular yang
ditandai dengan :
a. Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai baseline atau penurunan
sebesar itu pada fase konvalense.
b. Efusi pleura, asites atau hipoproteinemia/ hypoalbuminemia.
6. Hepatomegali (pembesaran hati)
Pada umumnya ditemukan pada permulaan penyakit, ukurannya bervariasi
dari hanya sekedar diraba sampai 2-4 cmdi bawah lengkungan iga kanan
dan di bawah PX.
7. Syok
Tanda bahaya (warning sign) untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya syok pada penderita, sebagai berikut :
a. Warning sign
1) Demam turun, keadaan memburuk
2) Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
3) Muntah persisten
4) Letargi, gelisah
5) Perdarahan mukosa
6) Hepatomegaly
7) Akumulasi cairan
8) Oliguria
9) Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan trombositopenia
cepat
b. Syok terkompensasi
1) Takikardi
2) Takipnea
3) Perbedaan sistolik dan diastolik < 20 mmHg
4) CRT >2 detik
5) Kulit dingin
6) Produksi urin menurun
c. Syok dekompensasi
1) Takikardi
2) Hipotensi
3) Nadi cepat dan kecil
4) Pernapasan kusmaul atau hiperprone
5) Kulit lembab dan dingin, sianosis
6) Profound shock: nadi tidak teraba dan TD tidak terukur.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hematologi
a. Leukosit
Jumlah leukosit normal tapi biasanya menurun dengan dominasi sel
neutrophil.
b. Trombosit
Pemeriksaan dilakukan dengan craa semi kuantitatif (tidak lnagsung),
Rees-Ecker (langsung). Pemeriksaan trombosit perlu diulang 4-6 jam
sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau
keadaan klinis penderita sudah membaik.
c. Hematokrit
Pemeriksaan dilakukan dengan mikro- hematokrit- certifuge. Dengan
nilai normal sebagai berikut.
1) Anak : 33-38 vol%
2) Dewasa laki- laki : 40-48 vol%
3) Dewasa perempuan : 37-43 vol%
2. Radiologi
Pada foto toraks posisi “Right Lateral Decubitus” dapat mendeteksi
adanya efusi pleura minimal pada paru kanan. Sedangkan Ultra Sonografi
(USG) dapat mendeteksi adanya asites atau penebalan dinding kandung
empedu dan efusi pleura.
3. Serologis
Pemeriksaan ini didasari atas timbulnya antibody pada penderita terinfeksi
virus dengue.
a. Uji hemaglutinasi inhibisi
Pemeriksaan memerlukan 2 sampel darah (serum) yang diambil pada
fase akut dan konvalensen (penyembuhan), sehingga tidak dapat
memberikan hasil yang cepat.
b. ELISA (IgM/IgG)
Uji antibodi dengue IgM dan IgM dapat dilakukan dengan 1 sampel
darah : darah akut.
c. Interpretasi hasil pemeriksaan dengue rapid test
Dengue rapid test mendiagnosis infeksi virus primer dan sekunder
melalui penentuan cut-off kadar IgM dan IgG. Interpretasi hasil adalah
apabila garis yang muncul hanya IgM dan kontrol tanpa garis IgG,
maka positif infeksi virus Dengue Primer (DD), sedangkan apabila
muncul tiga garis pada kontrol, IgM dan IgG dinyatakan sebagai positif
infeksi sekunder (DBD).
F. Penatalaksanaan
1. Tirah baring selama masih demam
2. Pemberian obat antipiretik atau kompres hangat
3. Pemberian parasetamol untuk menurunkan suhu
4. Pemberian cairan elektrolit per IV
5. Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalensens.
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan

A. Definisi
Pada tubuh orang dewasa sekitar 60% terdiri atas air. Sedangkan pada anak
dan bayi komposisi cairan pada tubuh sebanyak 70-80%. Di dalam tubuh, sel-
sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi adalah sel- sel otot dan organ
seperti paru-paru atau jantung. Sedangkan sel sel- sel yang mempunyai
konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang dan gigi.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena dan didistribusi ke seluruh tubuh.
B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1. Distribusi cairan tubuh
Cairan tubuh di distribusi dalam dua kompartemen, yaitu:
a. Cairan ekstra sel (CES)
1) Cairan interstitial (CI): cairan diantara sel, sekitar 15% berat tubuh.
2) Cairan intra vaskular (CIV): terdiri dari plasma (cairan limfe) dan
darah, menyusun 5% berat tubuh.
b. Cairan intra sel (CIS): cairan dalam membran sel, membentuk 40%
berat tubuh.
2. Komposisi cairan tubuh
a. Elektrolit: senyawa yang jika larut dalam air akan pecah menjadi ion
dan mampu membawa muatan listrik.
1) Kation : elektrolit yang mempunyai muatan positif
2) Anion: elektrolit yang mempunyai muatan negative
Elektrolit penting untuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam
basa. Elektrolit diukur dalam mEq/L.
b. Mineral: senyawa jaringan dan cairan tubuh, berfungsi dalam:
1) Mempertahankan proses fisiologis;
2) sebagai katalis dalam respons saraf, kontraksi otot, dan metabolisme
zat gizi;
3) mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon,
menguatkan struktur tulang.
c. Sel: unit fungsional dasar dari jaringan tubuh, contohnya eritrosit dan
leukosit.
3. Pergerakan cairan tubuh
a. Difusi
Yaitu proses dimana partikel berpindah dari daerah berkonsentrasi
tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikel dalam
cairan merata atau melewati membran sel yang permeabel. Contoh:
gerakan oksigen dari alveoli paru ke darah kapiler pulmoner.
b. Osmosi
Yaitu perpindahan pelarut melalui membran semipermeabel dari
larutan dengan zat pelarut (solut) konsentrasi rendah ke larutan dengan
solut konsentrasi tinggi. Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi
solut, suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan
osmosis yang dikeluarkan larutan. Tekanan osmotik merupakan tekanan
dengan kekuatan untuk menarik air dan tekanan ini bergantung pada
jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan osmotik dipengaruhi oleh
protein, khususnya albumin yang menghasilkan osmotik koloid atau
tekanan onkotik. Konsentrasi larutan (osmolalitas) diukur dalam osmol
yang mencerminkan jumlah substansi dalam larutan yang berbentuk
molekul, ion, atau keduanya. Larutan yang osmolalitasnya sama dengan
plasma darah disebut isotonik, akan mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit dari kompartemen intrasel. Hipotonik adalah larutan yang
memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari plasma, akan membuat air
berpindah ke dalam sel. Hipertonik adalah larutan yang memiliki
konsentrasi solut lebih tinggi dari plasma, akan membuat air keluar dari
sel.
c. Filtrasi
Yaitu proses gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Tekanan
hidrostatik adalah tekanan yang dibuat oleh berat cairan. Filtrasi penting
dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler.
d. Transpor aktif
Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi
untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel dari
daerah konsentrasi rendah atau sama ke daerah konsentrasi sama atau lebih
besar. Contoh: pompa natrium kalium, natrium dipompa keluar dari sel
dan kalium dipompa masuk ke dalam sel.
4. Pengaturan cairan tubuh
a. Asupan cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus, yang berpusat di
hipotalamus. Air dapat diperoleh dari asupan makanan (buah, sayuran, dan
daging, serta oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan). Sekitar
220 ml air diproduksi setiap hari selama metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak berlangsung.
b. Haluaran cairan
Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal.
Pada orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma
untuk disaring dan memproduksi urine. Jumlah urine yang diproduksi
ginjal dipengaruhi oleh hormon antideuretik (ADH) dan aldosteron.
Kehilangan air melalui kulit diatur oleh saraf simpatis, yang mengaktifkan
kelenjar keringat.
c. Hormon
Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah ADH dan aldosteron. ADH menurunkan produksi urine dengan
cara meningkatkan reabsosrbsi air oleh tubulus ginjal dan air akan
dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Aldosteron mengatur
keseimbangan natrium dan kalium, menyebabkan tubulus ginjal
mengekskresi kalium dan mengabsorbsi natrium, akibatnya air akan
direabsorbsi dan dikembalikan ke volume darah. Glukokortikoid
memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Pengaturan elektrolit
a. Kation
Kation utama, yaitu narium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan
magnesium (Mg2+), terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja
ion ini memengaruhi transmisi neurokimia dan neuromuskular, yang
memengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan dan
perilaku, fungsi saluran pencernaan, dan proses lain. Natrium merupakan
kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan ekstrasel. Nilai natrium
serum 135-145 mEq/L. Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron, dan
haluaran urine. Kalium merupakan kation intrasel utama, nilai kalium
serum 3,5-5,3 mEq/L. Kalium diatur oleh ginjal, dengan pertukaran ion
kalium dengan ion natrium di tubulus ginjal. Kalsium banyak terdapat di
dalam tubuh. Nilai kalsium serum 4-5 mEq/L. Kalsium diatur melalui
kerja kelenjar paratiroid dan tiroid. Magnesium merupakan kation
terpenting kedua di dalam cairan intrasel. Nilai magnesium serum 1,5-2,5
mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui mekanisme ginjal.
b. Anion
Anion utama adalah klorida (Clon bikarbonat (HCOlam cairan intrasel.
Nilai magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. Magnesium terutama diekskresi
melalui mekanisme ginjal. al.iran, elektrolit, dan asam basa. Klorida
ditemukan di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai klorida serum 100-
106 mEq/L. Klorida diatur melalui ginjal. Bikarbonat adalah bufer dasar
kimia yang utama di dalam tubuh, ditemukan dalam cairan ekstrasel dan
intrasel. Nilai bikarbonat arteri mEq/L, dan bikarbonat vena 24-30 mEq/L,
bikarbonat diatur oleh ginjal Fosfat merupakan anion bufer dalam cairan
intrasel dan ekstrasel. Nilai fosfat serum 2,5-4,5 mg/100 ml. Konsentrasi
fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon paratiroid, dan vitamin D
teraktivasi.
C. Gangguan Keseimbangan, Elektrolit, dan Asam Basa
1. Ketidakseimbangan cairan
a. Ketidakseimbangan isotonik
1) Kekurangan volume cairan
Kekurangan cairan, tetapi kadar elektrolit serum tidak berubah,
terjadi melalui gastrointestinal (muntah, diare), perdarahan, pemberian
obat diuretik, banyak keringat, demam, dan penurunan asupan per oral.
2) Kelebihan volume cairan
Kelebihan cairan tanpa disertai perubahan elektrolit serum, terjadi
pada gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan sirosis.
3) Sindrome ruang ketiga
Sindrome terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke dalam suatu
ruangan tubuh sehingga cairan tersebut terperangkap di dalamnya.
Obstruksi usus, luka bakar dapat menyebabkan perpindahan cairan
sebanyak 5-10 liter, keluar dari ruang ekstrasel.
b. Ketidakseimbangan osmolar
1) Hiperosmolar (dehidrasi)
Kehilangan cairan tanpa disertai kehilangan elektrolit yang
proporsional, terutama natrium. Misalnya, asupan oral tidak cukup,
lansia (penurunan cairan intrasel, penurunan respons terhadap rasa
haus, peningkatan proporsi lemak tubuh), penurunan sekresi ADH
(diabetes insipidus), deuresis osmotik, pemberian formula/larutan
hipertonik, yang meningkatkan jumlah solut dan konsentrasi darah.

Tabel derajat dehidrasi


Derajat % Kehilangan air Gejala
Ringan 2-4% dari BB Rasa haus, mukosa kulit kering,
mata cowong
Sedang 4-8% dari BB Sda, disertai delirium, oligo uri,
suhu tubuh meningkat.
Berat 8-14% dari BB Sda, disertai koma, hipernatremi,
viskositas plasma meningkat.

2) Hipoosmolar (kelebihan cairan)


Kelebihan cairan terjadi ketika asupan cairan berlebihan, sekresi
ADH berlebihan, sehingga terjadi pengenceran cairan ekstrasel disertai
osmosis cairan ke sel dan menyebabkan edema.
2. Ketidakseimbangan elektrolit
a. Ketidakseimbangan natrium
Hiponatremia adalah konsentrasi natrium dalam darah lebih rendah,
terjadi saat kehilangan natrium atau kelebihan air. Hiponatremia
menyebabkan kolaps pembuluh darah dan syok. Hipernatremia adalah
konsentrasi natrium dalam darah lebih tinggi, dapat disebabkan oleh
kehilangan air yang ekstrim atau kelebihan natrium.
Dosis NaCl yang harus diberikan, dihitung melalui rumus berikut:
NaCl = 0,6( N-n) x BB
N = Kadar Na yang diinginkan n = Kadar Na sekarang
BB = berat badan dalam kg
Tabel Gradasi Hiponatrermia
Gradasi Gejala Tanda
Ringan (Na 105-118) Haus Mukosa kering
Sedang (Na 90-104) Sakit kepala, mual, Takikardi, hipotensi
vertigo
Berat (Na<90) Apatis,, koma hipotermi

b. Ketidakseimbangan kalium
Hipokalemia adalah kalium yang bersikulasi tidak adekuat, dapat
disebabkan oleh penggunaan diuretik. Hipokalemia dapat
menyebabkan aritmia jantung. Hiperkalemia adalah jumlah kalium
dalam darah lebih besar, disebabkan oleh gagal ginjal.
Rumus untuk menghitung defisit kalium:
K = K1 - (K0 x 0,25 x BB)
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur BB = berat badan (kg)
c. Ketidakseimbangan kalsium
Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium serum.
Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi kalsium serum.
d. Ketidakseimbangan magnesium
Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun
sampai di bawah 1,5 mEq/L, menyebabkan peningkatan iritabilitas
neuromuskular. Hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi
magnesium serum meningkat sampai di atas 2,5 mEq/L, menyebabkan
penurunan eksitabilitas sel-sel otot.
e. Ketidakseimbangan klrorida
Hipokloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai di bawah
100 mEq/L, disebabkan oleh muntah atau drainage nasogastrik/fistula,
diuretik. Hiperkloremia terjadi jika kadar serum meningkat sampai di
atas 106 mEq/L.
3. Ketidakseimbangan asam basa
a. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik ditandai dengan peningkatan konsentrasi
karbon dioksida (PaCO2), kelebihan asam karbonat, dan peningkatan
hidrogen (penurunan pH). Hal ini disebabkan oleh hipoventilasi akibat
gagal napas atau overdosis obat, sehingga cairan serebrospinalis dan sel
otak menjadi asam, menyebabkan perubahan neurologis.
b. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik ditandai dengan penurunan PaCO2 dan
penurunan konsentrasi hidrogen (peningkatan pH). Hal ini disebabkan
oleh penghembusan karbon dioksida berlebihan pada waktu
mengeluarkan napas atau oleh hiperventilasi, akibat ansietas atau asma.
c. Asidosis metabolic
Asidosis metabolik diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi
hidrogen dalam cairan ekstrasel, disebabkan oleh peningkatan kadar
hidrogen atau penurunan kadar bikarbonat.
d. Alkalosis metabolic
Alkalosis metabolik ditandai dengan kehilangan asam dari tubuh
atau meningkatnya kadar bikarbonat, disebabkan oleh muntah,
gangguan asam lambung, menelan natrium bikarbonat.
D. Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam
Basa
1. Usia
a. Bayi
Proporsi air dalam tubuh bayi lebih besar daripada proporsi air dalam
tubuh anak usia sekolah, remaja, atau dewasa. Namun, bayi memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami kekurangan cairan atau
hiperosmolar karena per kilogram berat tubuhnya akan kehilangan air
yang lebih besar secara proporsional.
b. Anak-anak
Respons anak terhadap penyakit adalah demam yang dapat
meningkatkan kecepatan kehilangan air.
c. Remaja
Perubahan keseimbangan cairan remaja perempuan lebih besar
karena adanya perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus
menstruasi.
d. Lansia
Risiko lansia untuk mengalami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit mungkin berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan
ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urine. Selain itu jumlah total
air tubuh menurun seiring dengan peningkatan usia, penggunaan
diuretik atau laksatif.
2. Ukuran Tubuh
Lemak tidak mengandung air, karena itu orang gemuk memiliki
proporsi air tubuh lebih sedikit. Wanita memiliki lebih banyak cadangan
lemak di dalam payudara dan paha, sehingga jumlah total air tubuh wanita
lebih kecil.
3. Temperatur Lingkungan
Lingkungan yang panas menyebabkan berkeringat, akibatnya tubuh
kehilangan cairan, sehingga kehilangan natrium dan klorida.
4. Gaya Hidup
a. Diit
Diit cairan, garam, kalium, kalsium, magnesium, karbohidrat,
lemak, dan protein, membantu tubuh mempertahankan status cairan,
elektrolit, dan asam basa. Intake nutrisi tidak adekuat menyebabkan
serum albumin menurun sehingga cairan interstitiil tidak ke pembuluh
darah, yang disebut udem.
b. Stres
Stres meningkatkan kadar aldosteron dan glukokortikoid, sehingga
menyebabkan retensi natrium dan garam. Selain itu, peningkatan
sekresi ADH akan menurunkan haluaran urine, sehingga meningkatkan
volume cairan.
c. Olah raga
Olah raga menyebabkan peningkatan kehilangan air melalui
keringat, dan mekanisme rasa haus membantu mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan meningkatkan asupan
cairan.
E. Perhitungan Keseimbangan Cairan (IWL)
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor :
BB, umur.
1. Rumus IWL
15 𝑥 𝐵𝐵
IWL = 24 𝑗𝑎𝑚

2. Rumus IWL dengaan kenaikan suhu tubuh


(10% 𝑥 𝐶𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘)𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢
IWL = + IWL normal
24 𝑗𝑎𝑚

F. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
meliputi riwayat perawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit
ditujukan/difokuskan pada:
a. Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa:
1) Usia: sangat muda, sangat tua
2) Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung
kongestif), penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK,
penyakit ginjal (gagal ginjal prorogresif), perubahan tingkat
kesadaran.
3) Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
4) Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
5) Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis,
pengisapan nasogastrik, fistula.
b. Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan
kesemutan.
c. Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat
anoreksia, kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
d. Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam
jumlah maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine,
apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan? Bila ya ! melalui apa?
Muntah, diare, berkeringat.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b. Berat badan
Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko terkena
gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan dapat
dideteksi lebih dini karena 2,5–5 kg cairan tertahan di dalam tubuh
sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik, atau stabil.
c. Intake dan output cairan
Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan parenteral. Output
cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster, drainage selang
paska bedah, maupun IWL. Apakah balance cairan seimbang, positif
atau negatif. Kaji volume, warna, dan konsentrasi urine.
d. Bayi: fontanela cekung jika kekurangan volume cairan, dan menonjol
jika kelebihan cairan.
e. Mata:
1) Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
2) Edema periorbital, papilledema
f. Tenggorokan dan mulut :
Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan kering,
saliva menurun lidah di bagian longitudinal mengerut
g. Sistem kardiovaskular:
1) Inspeksi:
a) Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi
b) Central venus pressure (CVP) abnormal
c) Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat
2) Palpasi:
a) Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan
tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki)
b) Denyut nadi: frekuensi, kekuatan
c) Pengisian kapiler
d) Auskultasi:
e) Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya stabil, meningkat, atau menurun.
f) Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan
h. Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
i. Sistem gastro intestinal:
1) Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare
2) Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
j. Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
k. Sistem neuromuskular :
1) Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
2) Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
3) Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada,
hiperaktif/meningkat)
l. Kulit:
1) Suhu tubuh: meningkat/menurun
2) Inspeksi: kering, kemerahan
3) Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi,
konsentrasi elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang
sering diukur mencakup natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan daya
gabungan karbon dioksida.
b. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit
dan leukosit per milimeter kubik darah. Perubahan hematokrit terjadi
sebagai respons terhadap dehidrasi atau overhidrasi. Anemia juga dapat
memengaruhi status oksigenasi.
c. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal.
Kreatinin adalah produk normal metabolisme otot dan diekskresikan
dalam kadar yang cukup konstan, terlepas dari faktor asupan cairan, diet,
dan olah raga.
d. Berat jenis urine
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine.
Rentang berat jenis urine normal antara 1,003 – 1,030.
e. Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status
keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam
mengakomodasi oksigen-karbon dioksida secara normal.
Pemeriksaan pH darah arteri mengukur konsentrasi hidrogen.
Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan peningkatan pH
dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur tekanan parsial karbon
dioksida dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial oksigen
dalam darah arteri. SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang disaturasi
oleh oksigen. Bikarbonat mencerminkan porsi pengaturan asam basa
ginjal.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia
Definisi : penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dana tau
intraseluler.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
H. Intervensi Keperawatan
1. Hipovolemia
Manajemen hipovolemia (I.03116)
a) Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume
urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan lemah)
2) Monitor intake dan output cairan
b) Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan posisi modified trendelenburg
3) Berikan asupan cairan oral
c) Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
4) Kolaborasi pemberian produk darah
2. Hipertermia
Manajemen hipertermia (1.1556)
a) Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermi
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor haluaran urin
5) Monitor komplikasi akibat hipertermi
b) Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
6) Lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin)
7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8) Berikan oksigen, jika perlu
c) Edukasi
Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
3. Defisit nutrisi
Manajemen nutrisi (1.03119)
a) Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
4) Identifikasi perlunya penggunaan selang NGT
5) Monitor asupan makanan
6) Monitor BB
7) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b) Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet
3) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
c) Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (antiemetika)
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.I DENGAN DIAGNOSA MEDIS
DHF DAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. I
Tanggal lahir : 02 Oktober 1965
Usia : 56 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. Pnorama Jatinangor Blok. Q90
Pekerjaan : Pegawai negeri
Agama : Islam
Pendidikan :-
Status marital : Janda
Nomor RM : 547161
Diagnosa medis : DHF
Tanggal Pengkajian : 20 September 2022
Tanggal masuk RS : 19 September 2022
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki- laki
Pendidikan :-
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Jl. Kiara Asri Utara no.14
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :
Pasien mengeluh panas di area perut disertai mual dan nyeri kepala
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
4 hari SMRS pasien datang ke IGD klinik Pratama Akademi Padjajaran
dengan keluhan demam 3-4 hari dengan trombositopenia (79.000) dan
kadar leukosit di bawah batas normal 3.700, sehingga mendapat rujukan
ke RS Al- Islam. Pada 19 September 2022, pasien masuk ke RS Al- Islam
dengan keluhan demam mendadak selama 3 hari dan terdapat warning
sign, pasien mendapat diagnosa medis Dengue Hemorage Fever (DHF).
Pada tanggal 20 September 2022 dilakukan pengkajian, pasien
mengatakan panas di area perut disertai mual dan kepala seperti ditarik.
Pasien terpasang infus RL 1500 cc/24 jam di tangan kiri.
c. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit sebelumnya
4. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data psikologis
Pasien merupakan seorang janda, namun ia tidak mempermasalahkan
statusnya tersebut. Pasien merasa aman dan terjaga karena memiliki anak
yang perhatian yang senantiasa menjaga pasien di rumah sakit.
b. Data sosial
Pasien mempunyai seorang anak. Sehari- hari pasien beraktivitas sebagai
ibu rumah tangga. Selama di rumah sakit pasien bisa berinteraksi dengan
perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain.
c. Data spiritual
Pasien beragama islam. Selama di rumah, pasien beribadah shalat 5
waktu dengan posisi berdiri. Sedangkan selama di rumah sakit, pasien
beribadah shalat 5 waktu dengan posisi duduk di bed, dan wudhu ke
kamar mandi dengan didampingi perawat. Pasien percaya bahwa
penyakit yang dialaminya merupakan pemberian Allah SWT sebagai
penggugur dosa.
5. Pola Aktivitas Hidup Sehari- hari (Activity Daily Living/ ADL)
No Kebiasaan dirumah dirumah sakit
1. Nutrisi Makan :
• Jenis • Nasi, sayur, • Mengkonsumsi
ayam ikan makanan dari RS
• Frekuensi • 3 x/hari • 3 x/hari
• Porsi • 1 porsi habis • ½ porsi habis
• Kadang mual
• Keluhan • Tidak ada
keluhan
Nutrisi Minuman :
• Jenis • Air putih, Susu, • Air Putih, Susu,
teh teh
• Frekuensi • 8 Gelas/hari • 1-2 gelas x sesuai
pasien
• Jumlah (cc) • ± 900-1500cc • 800-1250 cc/Hari
• Keluhan • Tidak Ada • Tidak ada
2. Eliminasi BAB :
• Frekuensi • 2 x/hari • Belum BAB
• Warna • Kuning • Belum
• Konsistensi • Berbentuk • Belum
• Keluhan • Tidak Ada • Tidak Ada
Eliminasi BAK :
• Frekuensi • Sering • Sering
• Warna • Kuning jernih • Kuning jernih
• Jumlah (cc) • Banyak • 100-150 cc/jam
• Keluhan • Tidak Ada • Tidak Ada
3. Istirahat dan tidur
• Waktu tidur • Tidak menentu • Kadang sulit
o Malam, tidur
pukul

o Siang, pukul • Tidak menentu • Tidak tentu


• Lamanya • 3 – 5 Jam • 1 jam
• Keluhan • Tidak Ada • Tidak ada

4. Kebiasaan diri
• Mandi • 3x/hari • belum
• Perawatan • 2x/minggu • Belum
rambut
• Perawatan kuku • 3x/hari • Belum
• Perawatan gigi • 2x/hari • Belum
• Ketergantungan • Mandiri • dibantu
• Keluhan • Tidak ada • Dibantu
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Lemas
Kesadaran : Composs Mentis GCS 15 (E4 M6 V5)
TTV : TD = 96/51 mmHg
HR = 59 x/menit
RR = 19 x/menit
S = 36,3℃
Status antropometri : BB = 57 kg
TB = 155 cm
IMT = 23,73
b. Data pemeriksaan fisik sistem
1) Kepala dan leher
Kebersihan kulit kepala bersih, rambut bersih, kedua mata simetris,
pupil isokor, sklera tidak ikterik. Konjuctiva anemis, penglihatan
jelas, tidak ada nyeri tekan di bola mata, passage hidung lancar, masih
bisa membedakan rasa di lidah dan aroma hidung, tidak terdapat
nyeri sinus, tidak ada kesulitan menelan dan mengunyahm mukosa
bibir kering, fungsi pendengaran masih terdengar, tidak ada nyeri di
area telinga, kebersihan telinga bersih. Tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe, kelenjar tiroid tidak teraba, tidak terdapat peningkatan
vena jugularis.
2) Dada anterior
Tidak ada lesi, pengembangan paru simetris, fremitus tacticle +/+,
perkusi resonan di ICS kanan dullness di ICS 2-ics 5 kiri, tidak ada
pembesaran batas jnatung, suara nafas vesikuler terdengar bunyi
jantung S1 dan S2, bunyi jantung tambahan tidak ada, pembengkakan
area payudara/ discharge mamae (-).
3) Dada posterior
Postur tubuh kifosis, perkusi paru terdengar resonan seluruh lapang
paru, suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru.
4) Abdomen
Bising usus aktif 18 x/menit tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, klien
mengatakan panas di area perut.
5) Genital
Terdapat hemoroid, terdapat darah saat BAK, BAB konstipasi
6) Ekstremitas atas
Terpasang infus RL 1500 cc/24 jam di tangan kiri, CRT <3 detik,
ROM (+).
7) Ekstremitas bawah
Tidak ada lesi, pitting edema (-), ROM (+), CRT<3 detik. Reflek
patella (+).
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan radiologi :-
b. Pemeriksaan laboratorium

20-9-2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Interpretasi
Rujukan
Hemoglobin 11,4 12-16 gr/dL Menurun
Hematokrit 35,6 36-48 % Menurun
Leukosit 6.200 4.000- Sel/mm3 Normal
10.000
Trombosit 80.000 150.000- Sel/mm3 Menurun
400.000
21-9-2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Interpretasi
Rujukan
Hemoglobin 11,1 12-16 mg/dL Menurun
Hematokrit 34,9 36-48 mg/dL Menurun
Leukosit 8.500 4.000- U/L Normal
10.000
Trombosit 76.000 150.000- U/L Menurun
400.000

8. Terapi yang Diberikan

Nama Obat Cara Pemberian Dosis Indikasi Obat


Obat
Sucralfat PO 3x10 Obat untuk mengatasi tukak
ml lambung
Sanmol PO 3x500 Untuk meredakan demam
mg
Ondansentron IV 2x1 gr Untuk mencegah mual dan muntah
Omeprazole IV 1x1 gr Untuk mengatasi masalah asam
lambung

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Virus dengue Risiko
Pasien mengatakan panas di Hipovolemia
area perut disertai mual dan Reaksi antigen – antibody
nyeri kepala
Mengeluarkan zat mediator
DO :
- TD : 96/51 (menurun)
Peningkatan permeabilitas
- HR : 59 x/menit
dinding pembuluh darah
- Hb : 11,4 (menurun)
- Ht : 35,6 (menurun)
Kebocoran plasma
- Trombosit : 80.000
(menurun)
Trombositopenia
- Membrane mukosa
tampak kering
Risiko perdarahan
Risiko hipovolemia

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
D. NURSING CARE PLAIN (NCP)

NO Medrek : 547161 Diagnosa Medis: DHF


Tanggal : 21 September 2022

NO DIAGNOSIS TUJUAN RENCANA RASIONAL


KEPERAWATAN TINDAKAN
1 Setelah dilakukan Pemantauan cairan Pemantauan cairan
Risiko hipovolemia intervensi keperawatan Observasi :
selama 3x24 jam, maka 1. Monitor tekanan darah 1. Untuk mengetahui kanaikan atau
status cairan membaik 2. Monitor hasil pemeriksaan penurunan dari tekanan darah
dengan kriteria hasil : serum (hematokrit, 2. Untuk mengetahui kadar hematokrit,
1. Tekanan darah trombosit, Hb) trombosit, dan hemoglobin sebagai
meningkat dalam 3. Identifikasi tanda- tanda salah satu penentu diagnosa demam
batas normal (120/80) hipovolemia (tekanan berdarah
2. Kadar Hb meningkat darah menurun, membrane 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
(12-16) mukosa kering, hematokrit hipovolemia seperti tekanan darah
3. Kadar Hematokrit meningkat, haus, lemah, menurun, membran mukosa kering,
meningkat (36-48) konsentrasi urin) kadar hematokrit, haus, merasa lemah,
4. Kadar trombosit Terapeutik : konsentrasi urin yang meningkat.
meningkat dalam 4. Atur interval waktu 4. Untuk menetapkan waktu pemantauan
batas normal pemantauan cairan agar sesuai dengan kondisi
(150.000-400.000) Edukasi : pasien.
5. Jelaskan tujuan dan 5. Untuk mengkaji adanya tanda tanda
prosedur pemantauan hipovolemia pada pasien.
Manajemen hipovolemia Manajemen hipovolemia
Observasi: 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia sehingga meminimalisir
hipovolemia terjadinya hipovolemi
2. Monitor intake output 2. Untuk mengetahui keseimbangan cairan
cairan tubuh
Terapeutik : 3. Untuk menentukan jumlah cairan yang
3. Hitung kebutuhan cairan diperlukan klien secara tepat
4. Berikan asupan cairan oral 4. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
Edukasi : pasien
5. Anjurkan memperbanyak 5. Untuk menaikkan kadar trombosit pada
asupan cairan oral : jus/ pasien.. Buah kurma merupakan bahan
sari kurma alami dengan kandungan gula dan
6. Menganjurkan diet lunak isoflavone yang tinggi, buah kurma
Kolaborasi: dapat meningkatkan agregasi trombosit.
7. Kolaborasi pemberian Kurma mengandung mineral tinggi yang
cairan IV isotonis baik untuk diberikan pada pasien DBD
(Simorangkir & Asmeriyanti, 2022).
6. Untuk mengurangi mual
7. Sebagai terapi penunjang untuk
mengganti kekurangan cairan atau
elektrolit, dan kebutuhan akan zat-zat
makanan untuk kebutuhan dalam tubuh
sehari- hari.

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO TGL & IMPLEMENTASI CATATAN KEPERAWATAN TANDA TANGAN
DX JAM
KEP
1 20/09/2022
1. Memonitor TTV S:
14.00 2. Melakukan pengkajian identitas, alasan - Klien mengatakan panas di area perut
masuk RS - Klien mengatakan mual saat perut ditekan
3. Mengidentifikasi keluhan panas di area - Klien mengatakan kepala seperti ditarik
perut tairk
4. Mengkaji penyebab mual dan nyeri O:
kepala - TD : 96/51 (menurun)
5. Mengidenitfikasi tanda-tanda HR : 59 x/menit
hipovolemia (TD menurun, membran RR : 19 x/menit
mukosa kering, hematokrit meningkat, Suhu : 36,3ºC
haus, lemah) - Membrane mukosa dan bibir tampak
6. Memonitor intake dan output cairan kering
7. Menghitung kebutuhan cairan - Hematokrit : 35,6 (menurun)
Hemoglobin : 11,4 (menurun)
Trombosit : 80.000 (menurun)
- Intake : 1.450
Output : 700
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,5,6.

15.00 1. Berkolaborasi memberikan cairan RL S:


1500 cc/24 jam di tangan kiri - Klien mengatakan tidak lagi mual dan
2. Memberikan asupan cairan oral lebih nyaman saat cairan infus masuk
3. Menganjurkan perbanyak asupan cairan - Klien mengatakan setuju untuk
oral : jus/ sari kurma untuk memperbanyak minum sar kurma
meningkatkan kadar trombosit. O:
4. Menganjurkan diit lunak untuk - Klien masih tampak lemas
mengurangi mual - Hematokrit : 37,6 (menurun)
Hemoglobin : 11,4 (menurun)
Trombosit : 85.000 (menurun)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3.
1. Memonitor TTV
18.00
2. Mengidentifikasi tanda-tanda S : Klien mengatakan lemas berkurang
hipovolemia O:
3. Memonitor intake dan output cairan - TD : 101/57 (meningkat)
4. Mengatur interval waktu pemantauan HR : 58 x/menit
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur RR : 20 x/menit
pemantauan Suhu : 36,2℃
Intake : 2.200
Ouput : 900
Balance : +1.300
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intrevensi 2, 3,

07.00 1. Memonitor TTV S : Klien mengatakan lemas berkurang


2. Memberikan asupan cairan oral O : Klien tampak lemas berkurang
3. Menganjurkan perbanyak asupan cairan - TD : 113/65 (meningkat)
oral : sari kurma HR : 53 x/menit
4. Mengidentifikasi tanda- tanda RR : 20 x/menit
hipovolemia Suhu : 36,4℃
5. Memonitor intake dan output cairan Intake : 600
Output : 200
Balance : +400
Trombosit : 90.000 (meningkat)
Hematokrit : 38 (meningkat)
Hemoglobin : 12 (meningkat)
A : Masalah teratasi sebagain
P : Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Simorangkir, AR., Asmeriyanti. 2022. Konsumsi Jus Kurma terhadap Peningkatan
Kadar Trombosit pada Pasien Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kota
Jambi. Jambi: Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi.

Anda mungkin juga menyukai