NPM : 20013010294 ANGGARAN SEKTOR PUBLIK – A RMK 09 PRO – GENDER BUDGETING
Pro-gender Budgeting atau Anggaran Responsif Gender (ARG) bertujuan mengalokasikan
anggaran yang responsif terhadap kebutuhan gender demi mencapai kesetaraan dalam pembangunan. Pola pikir patriarki sering mengabaikan kaum perempuan, sehingga perlu rekonstruksi rencana pembangunan dengan memperhitungkan aspek KKG. Bidang ekonomi juga harus mengadopsi perspektif gender melalui strategi PUG agar hasil pembangunan dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.
Konsep Pro-gender Budgeting
Anggaran Responsif Gender sering disalahartikan sebagai alokasi dana khusus bagi perempuan, menyebabkan resistensi terhadap usaha mewujudkan keadilan gender dalam anggaran. Konsep utamanya meliputi integrasi isu gender dalam penganggaran, komitmen pemerintah untuk kesetaraan gender, analisis dampak belanja pemerintah terhadap kesenjangan gender, dan manfaat yang setara bagi laki-laki dan perempuan. Dengan Anggaran Responsif Gender, kesenjangan gender dapat menyusut, mendorong terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender.
Urgensi Pro-gender Budgeting
Penerapan anggaran responsif gender tidak menambah beban dalam penganggaran, melainkan memastikan integrasi perspektif gender dalam menilai kebutuhan dan penerima manfaat anggaran. Alasan pentingnya termasuk: a. Memastikan alokasi anggaran sesuai analisis gender untuk menyesuaikan peruntukan dan kebutuhan, serta mengatasi kesenjangan gender, yang menjadi dasar dalam menetapkan target dan jenis kegiatan yang akan didanai. b. Mengurangi ketimpangan penerima manfaat pembangunan dengan mempertimbangkan kesenjangan gender dalam menetapkan target dan indikator kinerja, untuk mengurangi ketidakadilan di antara mereka. c. Menunjukkan komitmen pemerintah terhadap konvensi internasional yang diratifikasi, seperti CEDAW, BFPA, dan MGDs, yang menekankan strategi pengarusutamaan gender sebagai prasyarat untuk mencapai kesetaraan gender dalam tujuan pembangunan.
Karakteristik Pro-gender Budgeting
Anggaran responsif gender, seperti juga anggaran yang mendukung orang miskin, memperhatikan pendapatan dan pengeluaran. Pada sisi pendapatan, karakteristiknya mencakup pembebasan dari pembayaran pajak dan retribusi terkait pemenuhan reproduksi dasar bagi perempuan dan laki-laki, seperti pemeriksaan kehamilan, konsultasi KB, dan partisipasi dalam program KB. Selain itu, anggaran ini juga membebaskan biaya visum bagi korban kekerasan, terutama dalam kasus pemerkosaan perempuan yang membutuhkan visum sebagai bukti, serta tidak membebankan biaya pembuatan akta kelahiran bagi anak perempuan maupun laki-laki.
Tahapan pro gender budgeting
Penyusunan Pro Gender Budgeting melibatkan beberapa tahap, termasuk: a. Analisis Gender Tahap ini melibatkan analisis yang komprehensif terhadap dampak kebijakan dan anggaran pada perempuan dan laki-laki. Ini termasuk mengidentifikasi ketimpangan, kebutuhan, dan dampak kebijakan terhadap kedua jenis kelamin. b. Pengidentifikasian Prioritas Gender Menentukan area atau kebijakan mana yang memerlukan penyesuaian agar lebih responsif terhadap isu gender, serta mengidentifikasi prioritas untuk mengatasi ketidaksetaraan. c. Alokasi Dana Tahap ini melibatkan pengalokasian dana atau anggaran dengan mempertimbangkan isu-isu gender yang diidentifikasi sebelumnya. Ini bisa melibatkan penyesuaian dalam alokasi anggaran yang ada atau pengalokasian dana baru untuk mendukung kebutuhan gender. d. Pemantauan dan Evaluasi Setelah implementasi, penting untuk memantau dan mengevaluasi dampak dari kebijakan atau alokasi dana yang telah dilakukan. Ini membantu untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan benar-benar responsif terhadap isu- isu gender yang dituju.