Anda di halaman 1dari 15

BUDIDAYA TANAMAN HIAS MAWAR (Rosa sp.

)
PAPER
OLEH:
AMIN HARIS SIHOMBING
210301031
AGRONOMI 1

TANAMAN HORTIKULTURA II (TANAMAN HIAS)


PROGRAM STUDI AGROTEKNLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Sejarah Penyebaran Bunga Mawar (Rosa sp.)
Mawar yang dikenal sebagai ratu bunga memiliki latar belakang sejarah
(historis) amat menarik untuk dicermati oleh kalangan masyarakat luas. Seperti
bunga-bunga yang lainnya, mawar pun tidak bisa dipisahkan begitu saja dari
tatanan kehidupan dan penghidupan manusia. Konon sejak zaman dahulu kala,
bunga sudah merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban
manusia. Manusia mengenal mawar diduga sama tuanya dengan perkembangan
peradaban nenek moyang terdahulu, salah satu bukti yang memperjelas dugaan
tersebut adalah dengan ditemukannya fosil bunga mawar yang berusia 40 juta tahun
di Colorado dan Oregon Amerika Serikat (Rukmana, 2015)
Popularitas mawar tidak pernah pudar sepanjang zaman. Banyak bukti yang
mengungkapkan cerita kharismatik tentang bunga mawar. Menurut Rukmana
(1995), bangsa yunani kuno menganggap mawar mempunyai nilai magis, yaitu
sebagai tetesan darah Adonis seorang kekasih Dewi Venus yang mati dalam
pertempuran. Konon versi cerita ini mengungkapkan sewaktu Adonis terbunuh
darahnya menetes di tanah dan menjelma menjadi mawar. Sampai saat ini bunga
mawar memiliki banyak makna, diantaranya sebagai lambang cinta kasih,
keindahan, rasa hormat, keremajaan, rasa suka-cita dan duka-cita. Pada anggapan
bila seorang pemuda memberikan mawar merah kepada gadis pujaan hati,
menunjukkan isyarat pernyataan cinta. Namun, bila gadisnya membalas dengan
mawar kuning, berarti gadis tersebut belum menentukan pilihan. Lain halnya bila
membalas dengan mawar merah, maka isyarat ini menunjukkan rasa cinta yang
sama. Harus dicermati pula, bila gadis membalas dengan mawar putih, artinya
masih terlalu mudah untuk bercinta. Tetapi bila gadis membalas dengan setangkai
mawar tanpa bunga, berarti isyarat penolakan cinta.
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), mawar berasal dari dataran Cina,
Timur Tengah, dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya menyebar luas didaerah
beriklim dingin (subtropis) dan panas (tropis). Mawar masuk ke Indonesia dari
Eropa dengan perantara orang-orang Belanda. Saat itu, orang-orang Belanda
menanamnya di daerah beriklim sejuk, seperti di Lembang, Cipanas, Bandunga
(Ambarawa). Dari daerah-daerah tersebut, mawar berkembang dan diperdagangkan
oleh pedagang asing hingga ke seluruh pelosok Nusantara, terutama di daerah-
daerah yang banyak dihuni orang Belanda. Setelah Indonesia merdeka, para
pedagang dan pemilik kebun mawar yang merupakan orang asing (Belanda)
kembali ke negaranya. Kebun mawar yang ditinggalkan kemudian diambil ahli atau
dilanjutkan pengelolanya oleh masyarakat pribumi di sekitar kebun yang
sebelumnya banyak menjadi buruh pekerja.
Adapun bebrapa makna warna bunga mawar adalah sebagai berikut (Tim
Karya Tani Mandiri, (2010)
a. Merah
Selain secara universal melambangkan cinta atau perkataan (aku cinta padamu),
mawar merah juga bisa bermakna kehormatan dan keberanian.
b. Merah Muda
Menyimbolkan gentle dan mengesankan kegembiraan. Mawar berwarna pink
tua berarti terimakasih, sedangkan mawar yang berwarna pink muda bermakna
menghormati dan simpati.
c. Peach
Menyimbolkan makna sosial, persahabatan, penghargaan, penghormatan, dan
simpati.
d. Kuning
Mengekspresikan kesenangan dan kegembiraan. Bisanya digunakan atau
diberikan untuk seseorang yang baru saja menjadi ibu (baru saja melahirkan),
orang yang baru diwisuda, dan pasangan yang sibuk (kurang perhatian).
e. Putih
Melambangkan ketidak bersalahan (innocent), kemurnian, kediaman, dan untuk
mengungkapkan bahwa seseorang merasa bersyukur karena mendapatkan
pasangannya. Ditelusur dari sejarahnya, pada awalnya mawar putih mempunyai
makna mawar yang sama dengan mawar merah.
f. Oranye
Melambangkan antusisme, hasrat, dan memperlihatkan pada orang bahwa yang
memberi mawar oranye ingin lebih mengenal lebih jauh terhadap orang yang
diberi mawar tersebut.
Klasifikasi dan Botani Tanaman Bunga Mawar (Rosa sp.)
Bunga mawar (Rosa sp.) termasuk dalam Famili Rosaceae, sering dijuluki
Prince of flower karena keindahan bentuk dan warnanya, serta baunya yang harum
dan memikat (Widyawan, 2014).
Menurut Tjitrosoepomo (2016), klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa sp.
Tanaman mawar berbentuk semak dan tergolong tanaman yang mempunyai
umur panjang atau tahunan. Memiliki stuktur batang berkayu, bercabang banyak,
menghasilkan bunga secara terus menerus. Selama siklus hidupnya tanaman
mawar terus tumbuh seolah-olah tidak terbatas dan masa produksinya berulang-
ulang (Rukmana, 2015).
1. Akar
Tanaman mawar ini memiliki sistem perakaran tunggang, dengan akarnya yang
memanjang kebagian bawah, dengan bentuk akar tanaman bunga mawar yang
berbentuk bulat memanjang berwarna kecoklatan muda ataupun tua
(Mattjik, 2010). Akar tanaman bunga mawar berfungsi untuk menopang
tumbuhan agar dapat berdiri dengan tegak untuk menyerap air dari dalam tanah
serta menyerap unsur hara yang diperlukan tumbuhan untuk dapat tumbuh secara
maksimal (Widyawan, 1994).
2. Batang
Tanaman mawar sendiri merupakan tanaman tahunan yang memiliki struktur
batang berkayu serta keras dengan warna bantang hjau, serta terdapat duri-duri
kecil di bagian batang (Mattjik, 2010), batang bunga tanaman mawar memiliki
banyak percabangan, sehingga dari percabangan itu menghasilkan bunga, buah
dan biji secara cukup banyak. (Sudarsono et al., 2016).

3. Daun
Daun tanaman mawar sendiri memiliki daun majemuk dengan jumlah daun
ganjil bentuk daun menyirip, jumlah anak daun tanaman mawar sekitar 5 – 7
helai, warna daun mawar bagian atas hijau muda atau hijau tua sedangkan warna
daun bagian bawah daun bunga mawar umumnya berwarna hijau keabu-abuan,
serta bentuk helaian dau bunga mawar lonjong, dengan ujung meruncing, tepi
bagian daun mawar bergerigi (Suryowinoto, 2017).

4. Bunga
Bunga mawar memiliki bentuk bunga yang hampir bulat dengan lapisan bunga
yang terdiri sekitar 20-25 lapis atau bahkan lebih, hal ini tergantung dari ukuran
bunga tersebut. Bunga mawar dapat dikatakan bunga majemuk, di mana bunga-
bunganya terkumpul dalam satu ruang, tepatnya berada di atas benang sari dan
putik. Bunga mawar termasuk bunga yang sempurna yang dapat membentuk biji.
Warna bunga mawar bervariasi dari putih, merah,merah muda, kuning dan lain-
lain. (Widyawan, 1994).
5. Buah
Bunga mawar merupakan tanaman bunga yang sempurna dengan dapat
membentuk biji sehingga memudahkan memperoleh tanaman hibryda yang baru
(Rukmana, 2015). Biji pada bunga mawar terdapat di bagian bunga, sehingga
biji bunga mawar tidak tampak jelas jika dilihatnya dari kejauhan. Biji tanaman
mawar di lindungi oleh buah yang melapisi biji bunga mawar, biji pada tanaman
bunga mawar memikiki bentuk bulat, oval memanjang berukuran sangat kecil.
Dengan memiliki warna buah kecoklatan, serta di bagian dalam buah bunga
mawar berwarna keputiana atau kecoklatan.

Syarat Tumbuh Tanaman Mawar (Rosa sp.)


Sinar matahari atau cahaya berfungsi sebagai sumber energi dalam proses
fotosintesis. Mawar sangat membutuhkan cahaya 5 hingga 6 jam per hari. Di tempat
yang mendapat sinar matahari cukup, mawar akan berkecambah, cepat berbunga,
dan batangnya kokoh. Suhu udara yang ideal adalah antara 18 hingga 26 derajat
Celcius. Di luar kisaran suhu tersebut, mawar mungkin akan mengalami penurunan
produktivitas. Terlalu dingin atau terlalu panas dapat menghambat kemampuan
mawar untuk berfotosintesis, yang merupakan proses penting dalam pembentukan
makanan dan pertumbuhan tanaman. Selain suhu, kelembapan udara
juga memegang peranan penting. Untuk mawar, kelembapan sekitar 70-80%
dianggap kondisi ideal. Kelembapan yang terlalu rendah dapat menyebabkan
semak mawar mengering dan masalah terkait, sedangkan kelembapan yang
terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit tanaman dan gangguan
pertumbuhan (Rismunandar, 2015)
Mawar bisa ditanam secara permanen di taman atau di dalam pot. Untuk
pertumbuhan tanaman yang optimal, tanah yang cocok adalah tanah lempung
berpasir dengan kandungan liat sekitar 20-30%, kaya bahan organik, subur,
bertekstur gembur, dengan sirkulasi udara dan drainase yang baik. Pada tanah
latosol, endoli merupakan pilihan yang baik karena mempunyai sifat fisik dan
kesuburan tanah yang cukup. Keasaman tanah yang ideal adalah pH 5,5 hingga 7,0.
Pada tanah yang sangat masam (pH 5,8), perlu diberikan kapur dolomit, Kalsit atau
Zeagro sekitar 4 - 5 ton/ha untuk menaikkan pH tanah, menambah unsur Ca dan
Mg, meningkatkan aktivitas mikroba, dan memperbaiki perakaran. bintil,
menurunkan risiko keracunan Fe, Mn dan Al, serta meningkatkan ketersediaan
unsur P dan Mo. Kehadiran tanah yang gembur sangat penting untuk menjamin
sirkulasi udara yang cukup bagi akar semak mawar (Sudirmiayatun 2014)
Tanaman mawar tumbuh optimal pada berbagai ketinggian di daerah tropis
seperti Indonesia, dengan rentang kondisi yang sesuai: antara 560-800 mdpl, 16-
18°C dan maksimum 28-30°C atau pada ketinggian 1100 mdpl, dengan suhu udara
minimum 14-16O C dan maksimum 24-27°C; atau bahkan pada ketinggian 1400
mdpl, dengan suhu udara minimum 13,7-15,°C dan maksimum 19,5-22,6°C. Ini
memungkinkan tanaman mawar untuk tumbuh dan berbunga produktif di dataran
rendah hingga ketinggian pegunungan, dengan batas rata-rata sekitar 1500 mdpl.
Budidaya Tanaman Mawar (Rosa sp.)
Perbanyakan secara Vegetatif
Perbanyakan secara vegetatif mempunyai beberapa keunggulan diantaranya
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan tanaman induknya, berbunga, cepat berbuah
dan tahan terhadap hama dan penyakit. Perbanyakan tanaman secara vegetatif
memberikan keuntungan jangka panjang, seperti memperoleh tanaman yang
identik dengan tanaman induknya, memperoleh benih dalam jumlah banyak dalam
waktu singkat, dan dapat digunakan sebagai pendekatan komersial untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan
dengan cara stek, perbanyakan vegetatif dengan cara stek pada bunga mawar sering
digunakan sebagai batang bawah untuk persiapan okulasi. Bahan potong yang baik
adalah batang atau dahan pohon dengan kayu yang cukup keras, diameter pensil,
dan berkembang dengan baik. Okulasi digunakan untuk menggabungkan dua jenis
bunga mawar atau lebih. Okulasi hanya dapat dilakukan apabila batang bawah
mempunyai sistem perakaran yang kuat. Pencangkokan dilakukan dengan membuat
sayatan ke bawah yang berisi sedikit jaringan xilem. Irisannya lebarnya kira-kira 4-
5 mm, panjang 1,5-2 cm, dan tebal 1-2 mm. Okulasi, adalah teknik perbanyakan
vegetatif dengan cara menyambung dua lapisan kambium dari batang atas dan
bawah (Limbongan Dan Yasin, 2016).

Perbanyakan Secara Generatif


Perbanyakan tanaman melalui perkawinan sel-sel reproduksi.Untuk
tanaman hias yang berbunga, melakukan reproduksi dengan cara membentuk biji
yang diperoleh dari penyerbukan benang sari sebagai sel jantan dan kepala putik
sebagai sel betinanya. Proses tersebut adalah proses penyerbukan
alami.Kelemahannya selain membutuhkan waktu yang lama juga kitatidak tahu
sifat dari bunga induknya. Untuk mempercepatproses penyerbukan, bisa
menggunakan penyerbukan buatan/manual dengan bantuan tangan manusia
(Melati, R., & Abdullatif, Z. 2020).
Pengairan
Pada fase awal pertumbuhan (sekitar umur 1-2 bulan setelahtanam),
dilakukan secara kontinu tiap hari 1-2 kali. Pengairanberikutnya berangsur-angsur
dikurangi atau tergantungkeadaan cuaca dan jenis tanah (media). Waktu pemberian
air yang baik pada pagi dan sore hari, saatsuhu udara dan penguapan air dari tanah
tidak terlalu tinggi. Cara pengairan adalah dengan disiram secara
meratamenggunakan alat bantu emrat (gembor) (Tejasarwana, 2013).
Pemupukan
Jenis dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanamanmawar
adalah pupuk NPK (5-10-5) sebanyak 5 gram/tanaman.Bila pertumbuhan tunas
lambat dipupuk NPK padaperbandingan 10:10:5, bila tangkainya lemah
perbandingan pupuk NPK 5:15:5. Jenis dan dosis pupuk lain adalah campuran
pupuk yang terdiri atas: 90-135 kg N ditambah 400 kg P2O5 ditambah 120
kgK2O/ha/tahun atau setara dengan 200- 300 kg Urea ditambah 840 kg TSP
ditambah 250 kg KCL/ha/tahun. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian
Hortikultura (Balitro), tanaman mawar perlu dipupuk pupuk NPK 5 gram/pohon
pada saat tanam atau 7-15 hari setelah tanam. Pemupukan berikutnya secara kontinu
tiap 3-4 bulan sekali, tergantung keadaan pertumbuhan tanaman. Dosis dan jenis
pupuk yang dianjurkan adalah campuran pupuk Nitrogen 600kg N ditambah Fosfat
1000 kg P2O5 ditambah Kalium 400 kgK2O/ha/tahun atau setara dengan urea ±
1350 kg ditambah TSP 2100 kg ditambah KCL 800 kg/ha/tahun. Tiap kali
pemupukan diberikan 1/4–1/3 dosis pupuk 337,5-450 kg Urea ditambah 525-700
kg TSP ditambah 100-133 kg KCl per hektar. Pemberian pupuk sebaiknya pada saat
sebelum berbunga,sedang berbunga, dan setelah kuntum bunga layu. Cara
pemberian pupuk dengan ditabur dalam paritparit kecil dandangkal diantara barisan
tanaman atau di sekeliling tajuk tanaman, kemudian ditutup dengan tanah tipis dan
segera disiram hingga cukup basah (Hanifah, 2022).
Hama dan Penyakit pada Bunga Mawar
Beberapa jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bunga
mawar yaitu yang pertama adalah Hama Thrips, berukuran sangat kecil sekitar 1
mm, warnanya kuning kecoklatan. Menjadi hama karena menghisap cairan pada
bunga, daun, dan cabang dari tanaman sehingga menyebabkan tanaman mawar mati
(Dwiyanti, 2018). Yang kedua adalah Hama Rayap, meneyarang bagian akar pada
bunga mawar terutama yang ditanam di kebun. Yang ketiga adalah Hama Tungau,
jenis hama yang sering kali ditemukan yaitu Tetranychus telarius. Berukuran sangat
kecil (0,3 mm), berwarna merah, hijau atau kuning. Hama tungau ini sangat suka
dengan kondisi udara yang lembabdan sirkulasi udara yang panas. Gejala tanaman
yang terserang hama ini yaitu ada titik abu-abu kecoklatan pada bagian daun atau
pucuk tanaman yang dihisap cairan sel tanaman. (Hikmah et al., 2018). Hama yang
ke empat adalah ulat daun, bagian tanaman mawar yang diserang oleh hama ini
adalah daun dan kuncup bunga sehingga menjadi rusak dan berlubang
(Sari et al., 2018). Hama yang kelima adalah Belalang (Valanga nigricornis), gejala
serangan belalang antara lain seperti daun menjadi sobek dan berlubang-lubang
besar (Maryani, 2013).

Penyakit yang menyerang bunga mawar adalah penyakit bercak daun,


penyebab penyakit ini disebabkan oleh Cercospora rosicola atau Alternaria. Gejala
serangan akibat penyakit ini yaitu berupa bercak coklat atau kehitaman pada daun
tua. (Suhardi, 2017) Selain itu ada penyakit Tepung yang disebabkan oleh jamur
Oidium. Gejala yang terlihat pada tanaman berupa tepung atau lapisan putih pada
permukaan daun akibat serangan penyakit ini, daun akan menjadi kemerahan,
kemudian menguning dan akhirnya gugur (Ayu et al., 2016).
Panen dan Pasca Panen Mawar
Proses panen mawar untuk bunga potong melibatkan sejumlah ciri khas.
Bunga mawar biasanya siap dipetik ketika kuntumnya belum mekar sepenuhnya
dan memiliki ukuran yang normal. Jika tujuannya adalah untuk bunga hias, maka
bunga mawar sebaiknya dipetik setelah mencapai tahap mekar penuh. Waktu ideal
untuk panen adalah di pagi atau sore hari, saat suhu udara dan penguapan air tidak
terlalu tinggi. Di beberapa daerah produsen, panen mawar bahkan dilakukan pada
malam hari. Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen) untuk tujuan sebagai
bunga potong : kuntum bunganya belum mekar penuhdan berukuran normal. Untuk
tujuan bunga tabur pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh. Waktu
panen yang ideal adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara dan penguapan air tidak
terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga potong melakukan pemetikan
bunga mawar pada malam hari. Cara panen bunga mawar adalah dengan memotong
tangkai bunga pada bagian dasar (pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai
daun. Alat pemotong bunga mawar dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas
yang tajam, bersih dan steril. Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek
ataupun okulasi dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung
varietas dan kesuburan pertumbuhannya. Pembuangan ini akan produktif bertahun-
tahun berkisar 3-5 tahun. Tanaman mawar yang dipelihara secara intensif dari
jenis/varietas unggul dapat menghasilkan 120.000-280.000 kuntum/hektar/tahun.
Tingkat produksi ini tergantung pada varietas mawar, kesuburan tanah, jarak dan
tingkat perawatan tanaman selama di kebun.
Setelah panen dlakukan pengumpulan pascapanen bunga mawar,
Kumpulkan bunga segera seusai panen dan masukkan kedalam wadah yang berisi
air bersih. Posisi tangkai bunga diatur sebelah bawah terendam air. Angkut seluruh
hasil panen ke tempat pengumpulan hasil untuk memudahkan penanganan
berikutnya. Pengumpulan pascapanen bunga mawar tabur, Kumpulkan kuntum
bunga mawar yang baru dipetik ke dalam suatu wadah (keranjang plastik,
tampah/ember berisi airbersih). Penyortiran dan Penggolongan, sortir bunga yang
rusak, layu dan busuk pisahkan secara tersendiri. Klasifikasikan bunga berdasarkan
jenis, ukuran bunga, panjang tangkai bunga dan warna bunga yang seragam.
Pengklasifikasian berdasarkan panjang tangkai bunga dipisahkan ke dalam dua
grade. Grade A bunga dengan panjang tangkai lebih dari 60 cm, grade B panjang
tangkai kurang dari 60 cm (Sudarsono et al., 2016).
KESIMPULAN
Mawar yang dikenal sebagai ratu bunga memiliki latar belakang sejarah
(historis) amat menarik untuk dicermati oleh kalangan masyarakat luas. mawar
berasal dari dataran Cina, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Dalam
perkembangannya menyebar luas didaerah beriklim dingin (subtropis) dan panas
(tropis). Mawar masuk ke Indonesia dari Eropa dengan perantara orang-orang
Belanda. Budidaya tanaman mawar tidak sulit untuk dilaksanakan dan tidak harus
memerlukan keahlian yang khusus, asalkan mengerti jenis-jenis perbanyakan
tanaman, perawatan dan pemeliharaan, teknik pemupukan yang tepat, panen yang
tepat waktu dan pengelolaan pasca panen yang baik maka dengan itu dapat
menghasilkan produksi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Rismunandar. 2015. Budidaya Bunga Potong. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sudarmiyatun, S. 2014. Budidaya Tanaman Hias. Jakarta: Balai Pustaka.
Limbongan, J. & Yasin, M. 2016. Teknologi Multuplikasi Vegetatif Tanaman
Budidaya. IAARD Press. Badan Pengembangan dan Pertanian. Jakarta. 90
h.
Melati, R., & Abdullatif, Z. 2020. Teknik Perbanyakkan Tanaman Hias dan
Pemanfaatan Sabut Kelapa Menjadi Pot Gantung pada Petani Pemula di
Kota Ternate. Proseding Seminar Nasional. IPPeMas. Juni 2020. 760-764.
Tejasarwana, I.B. Rahardjo. 2013. Pengaruh Formula Pupukdan Jarak Tanam
terhadap Hasil Bunga Mawar Potong. J Hort, Vol 19, No 03, 287-293
Hanifah. (2022). Cara menggunakan pupuk NPK yang benar agar tanaman puli
dengan baik. Berita99.com. Diambil dari https://berita99.com/cara-
menggunakanpupuk-npk-yang- benar/. Diakses 28 Oktober 2023.
Hikmah, N., Amelia, C. R., & Ariani, D. 2018. Pengaruh Pemberian Masase
Effleurage Menggunakan Minyak Aromaterapi Mawar terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Dismenore pada Remaja Putri di SMK Negeri 2 Malang
Jurusan Keperawatan. Journal Of Issues In Midwifery.
https://doi.org/10.21776/ub.joim.2018. 002.02.4
Sari, G. M., Diniarti, F., Sindara, Y., . W., . P., & Pasmawi, Y. 2018. Go Green
Laboratory Sebagai Solusi Mengurangi Penyakit Degeneratif Di Desa
Sukaraja Tahun 2018. Journal of Nursing and Public Health.
Suhardi, S. 2017. Efektivitas Fungisida Untuk Pengendalian Penyakit Berdasarkan
Curah Hujan Pada Mawar. Jurnal Hortikultura.
Ayu, A., Setyawan, D., & Widiyanto, B. 2016. Pengaruh Pemberian Slow Stroke
Back Massage Dan Aromaterapi Mawar Untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rsud H.Soewondo Kendal. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK).
Sudarsono, Wahyu Arif, Dewi Sukma, and Juang Gema Kartika. 2016.
“Pengusahaan Mawar Potong Di Di Mayungan, Bali Cut Rose Production
at Di Mayungan, Bali Wahyu.” Buletin Agro 4(June): 352–58.
Rukmana, R. 2015. Mawar. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Bunga Mawar. Nuansa Aulia.
Bandung.
Widyawan. 2014. Bunga potong Tinjauan Literatur. Jakarta. Pusat Dokumentasi
dan Informasi Ilmiah. LIPI.
Tjitrosoepomo, G. 2016. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta.
Kanisius.
Mattjik, N.A. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman Hias. Bogor: IPB
Press. 453 hal.
Suryowinoto. 2017. Flora Eksotika Tanaman Hias Berbunga. Jakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai