Dialogues
Dialogues
Suatu ketika disaat keadilan sudah menjadi kata punah. Ada kisah 3 pelajar
yang duduk di bangku smp. Ketiga pelajar tersebut kebetulan sedang
mengikuti ulangan harian matematika pada hari itu. penasaran dengan
kisahnya langsung saja simak ceritanya.
(para murid memasuki kelas)
Aan : edan tenan... hari ini ulangan matematika, wes siap aku
Ryan: buset, tumben An. Sak retiku koe ra seneng matematika blas
Aan: Siap kui maksudku siap mumet
Ryan: Walah, nek kui aku yo setuju
Aan: kalian udah belajar ? aku belum belum belajar soalnya, paham materi aja
engga
pandhu : buat apa belajar aku kan udah pinter matematika , ngerjain sambil
merem aja dapet nilai bagus
Aan: "Haduh, haduh... cah iki neh"
Ryan : siap sipaling
Aan : halah pinter e mtk doang
pandhu : lha apa gak trima?
Ryan : udah jangan ribut bentar lagi mau dimulai pelajaran nya
Aan: Sssssttt.... kalian denger ga
*kelas diam*
*backsound langkah kaki*
*backsound thrill*
(suasana menjadi tegang saat langkah kaki guru kematian tersebut terdengar)
(bu lala memasuki kelas)
Tak lama, bel istirahat pun berbunyi. Pelajaran berakhir, tapi Aan dan Ryan
masih sibuk bertahan hidup dari tugas matematika.
Aan dan Ryan pun meninggalkan Pandhu yang sombong itu dengan kesal.
Saat Aan dan Ryan ke kantin, Bu Ana datang dan memberikan hasil ulangan
bahasa Jawa ke Pandhu yang saat itu dikelas sendirian.
Setelah Pandu melaksanakan rencana jahat, licik, kejam, dan tanpa belas
kasihan itu Aan dan Ryan pun datang setelah ke kantin.
Pandhu: "Eh guys, ini udah di bagi nilai B Jawa nya. Tadi Ibuku bilang dia
dateng agak telat nanti"
Ryan: "Oh... ngono to? Nilai mu berapa, Ndu"
Pandhu: "90. Bagus kan?"
Ryan: "Hooh tenan"
Ryan: "Aan?"
Aan: "50"
Ryan: "Hah? Tenan wi?"
Aan: "Iki pasti enek salah koreksi. Pandhu ga mungkin 90"
Pandhu: "Lah? Ga terima fakta"
Aan: "Ngajak gelud meneh?"
Ryan: "Udah, jangan berantem, bentar lagi pelajaran Bu Ana"
Aan: "Yan, tuker tempat duduk. Aku males lingguh cedhak cah iki"
Pandhu: "Dih baperan"
Ryan: "Hush rasah manas-manas i. Aku pindah ya"
*Ryan Aan tuker tmpt duduk yg awalnya Aan di tengah"
Suasana makin memanas, Aan mulai muak dengan sikap tinggi hati milik
Pandhu. Ryan pun semakin jengkel dengan Pandhu. Ingin rasanya ia memukul
Pandhu dengan kursi yang ia duduki saat ini. Setelah itu, guru Bahasa Jawa
sekaligus ibu Pandhu pun datang ke kelas.
*Bu Ana dateng, kelas siap² buku*
Bu Ana: Pandhu, sekarang jelasin sama ibu kenapa berani berani nya km ganti
nilai ulangan mu"
Bu Ana: "Kenapa, Ndhu? Kamu tau kan kalau perbuatan itu ga baik?"
Pandhu: "Pandhu minta maaf, Bu. Tadi Pandhu bilang kaya gitu karna dikasih
tau sama Ryan, Pandhu ga tau arti segawon itu apa"
Pandhu: "Pandhu cuma mau ibu bangga sama Pandhu karna Pandhu bisa
bahasa jawa"
Bu Ana: "Yaampun nak, maafin ibu tadi udah salah paham sama kamu"
Pandhu: "Iya bu ga apa apa, tapi ibu jangan salahin Ryan ya"
Bu Ana: "Loh emang kenapa? Bukan nya dia yang bikin kamu salah?"
Pandhu: "Ryan begitu karna dia kesel bu sama Pandhu, tadi Pandhu sedikit
ada konflik sama Ryan dan Aan. Pandhu meremehkan mereka karena Pandhu
lebih pandai dalam matematika"
Bu Ana: "Pandhu.. Walaupun kamu lebih pandai dibanding mereka, jangan
pernah meremehkan mereka"
Pandhu: "Iya, Bu... Pandhu minta maaf, Bu"
Bu Ana: "Jangan minta maaf sama ibu, minta maaf ke mereka ya"
Pandhu : "Iya, Bu"
Bu Ana: "Oiya besok ada seleksi untuk lomba bahasa jawa, dan kelas yg
terpilih utk seleksi kelas 8H. Nanti kamu persiapin di rumah ya le.."
Pandhu: "Ooo siap, Bu"
Bu Ana: "Yaudah, ayo kita pulang dulu"
Sungguh kasihan, Aan menahan rasa sakit dan air mata karena ibunya yang
memandangnya sebelah mata. Ini selalu terjadi setiap hari. Aan selalu
dibandingkan dengan anak lain yang prestasinya jauh lebih tinggi dari Aan.
Anak itu harus bertahan seperti ini selama di rumah.
Keesokan harinya Bu Ana meminta semua murid kelas 8 untuk mengikuti
seleksi lomba menulis cerita bahasa Jawa. Semua murid di seleksi terutama
kelas 8H di hari Sabtu.
Bu Ana: "Ketentuan lomba yaitu menulis cerita minimal 2 paragraf, kalau bisa
bersifat lokal. Tidak di perkenankan mencontek google ataupun sumber lain.
Waktu yang di berikan adalah 2 jam"
Bu Ana: "Tak tinggal metu sik ya"
Murid: "Nggih bu"
*Bu Ana keluar*
*kelas sunyi*
Pandu: "Eh guys, eng... aku minta maaf ya soal ulangan Bahasa Jawa kalian.
Kalian maafin aku nggak?"
Aan: "Eh Pandu, iya deh aku maafin. Lain kali jangan diulangi ya"
Ryan: "Oke Ndu tak maafin. Kan seru to nek satu kelas temenan semua.
Enggak ada yang musuh-musuhan. Enggak ada yang main sirkel."
Aan: "Iya, nggak enak tau Ndu. Kita kan sekelas, harus solid."
Pandu: "Makasih ya temen-temen, padahal aku udah jahat sama kalian. Aku
juga minta maaf karena sering nyakitin kalian dan sombong sama kalian"
Ryan: "Nggak papa Ndu. Meski kamu jahat, sombong, licik, tidak berperasaan,
tidak berperikemanusiaan kami tetep maafin dan temenan sama kamu kok. Ya
kan An?"
Aan: "Iyolah, meski omonganmu selalu nyakitin hatiku dan kadang sirahmu
meh tak genjreng, tapi aku tetep maafin kok"
Pandu: "Makasih ya teman-teman sudah maafin aku, meski kalian bikin kesel
juga*
Ryan Aan: AHAHAHA
Pandu: "An, kan kamu pinter bahasa Jawa. Aku doain kamu menang seleksi
lomba ini deh"
Ryan: "Aminn... Nek entuk hadiah duit bagi tiga ya An"
Aan: "Makasih Ndu. Kalo misalnya aku menang aku akan jajanin kalian cireng
dan semoga aku bisa banggain ibuku"
Ryan: "Nilai ulanganmu 100 pasti ibumu udah bangga An"
Aan: "Tapi ibuku nggak pernah banggain kelebihan ku di bahasa Jawa. Ibuku
bilang aku bodoh cuman karena ga bisa matematika"
Pandu: "Kamu pinter kok An. Standar pintar itu bukan bisa matematika, tapi
bisa mapel apa aja. Asal kamu serius dan berusaha, pasti bisa jadi orang
sukses"
Aan: "Wih, tumben jenius kamu Ndu"
Ryan: "Hooh, ndengaren"
Pandu: "Sebenarnya, ibuku ngajarin itu ke aku. Orang orang bisa sukses
dengan caranya sendiri"
Aan: "Bu Ana pasti sayang banget sama kamu Ndu, nggak kayak ibuku"
Ryan: "An, bentuk kasih sayang orang juga beda-beda. Aku yakin ibumu koyo
ngono ben koe sukses. Mungkin carane wae sing salah"
Pandu: "Bener kata Ryan, coba kamu nanti bicarakan baik-baik dengan ibumu
tentang perasaanmu"
Aan: "Oke, makasih ya kalian. Aku merasa habis ini hubunganku dengan ibuku
bakal membaik"
Ryan: "Eh ayo fokus ngerjain dulu"
Aan Pandu: "Ayo!"
*ngerjain lagi*
Mereka pun kembali akur dan menjadi pribadi yang lebih baik karena saling
bertukar pikiran. Indahnya pertemanan.
Di sisi lain, saat hendak menjemput Aan, Bu Mira bertemu dengan Bu
Ana.Ternyata dahulu mereka adalah teman dekat yang sudah lama tak
bertemu. Mereka memperbincangkan banyak hal.
Tanpa mereka sadari, ternyata anak-anak sudah pulang selesai seleksi. Aan
kaget mendapati ibunya yang sudah ada di sekolahnya itu.
Aan: "I-ibu..."
Ibu: "Aan, bagaimana seleksinya? mudah?"
Aan: "Maaf bu, harusnya Aan fokus belajar matemat-"
Ibu: "Aan, mulai sekarang ibu akan dukung segala hal yang kamu sukai. Ibu
akan dukung terus kemampuan bahasa Jawa kamu"
Aan: "Maksudnya Bu?"
Ibu: "Ibu minta maaf selama ini sudah menyakiti kamu dan mengabaikan
pencapaian luar biasamu selama ini. Maaf, ibu gagal menjadi ibu yang baik.
Ibu hanya ingin memastikan kamu sukses, tapi malah jadi seperti ini"
Aan: "Aku mengerti Bu, ini bentuk kasih sayang ibu kan? Aan juga minta maaf
belum bisa bikin ibu bangga selama ini"
Ibu: "Aan kamu bicara apa? Ibu bangga banget dengan kamu, ibu bangga
sekali dengan pencapaian kamu. Ibu bangga dengan kerja kerasmu. Ibu
bangga punya anak seperti kamu.
Aan: "Makasih ya Bu, mulai sekarang Aan akan lebih bersemangat"
Ibu "Semangat Aan!"
Semenjak saat itu Aan tidak pernah di paksa ibunya untuk meningkatkan nilai
matematika nya dengan kasar. Hubungan mereka semakin erat. Bu Mira
mendukung apapun keputusan Aan. Bahkan hasil tulisan cerita bahasa Jawa
milik Aan berhasil di muat di banyak koran dan mendapatkan juara hasil
tulisan terbaik se-provinsi Jawa Tengah. Semenjak saat itu Aan hidup dengan
bahagia.