Tabel 4. Distribusi Perbedaan Skor Rata-Rata Konsumsi Pangan Sumber Goiterogenik Antara
Penderita Gondok dan Non Gondok
Pangan Sumber Zat Goiterogenik Skor Rata-Rata Konsumsi Taraf signifikan
D. Status Penggunaan Garam Beriodium Dari 78 siswa SDN Tlekung 01 yang menjadi
responden dalam penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar siswa (76,9%) menggunakan
garam yang beriodium untuk memasak sehari-hari. Hanya 23,1% siswa yang menggunakan
garam yang tidak beriodium. Adanya garam yang tidak beriodium diduga disebabkan oleh
kesalahan dalam penyimpanan dan diduga adanya pemalsuan garam dari produsen garam
tersebut.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan status penggunaan garam beriodium antara penderita
gondok dan non gondok (p value < 0,05).
E. Kejadian Anemia
Dengan menggunakan klasifikasi CDC maka dapat diketahui bahwa prosentase terbesar baik
dari kelompok kasus (penderita gondok) dan kelompok kontrol (penderita non gondok) berada
pada keadaan anemia sedang, dimana kadar Hb sampel berkisar antara 7,0-9,9 gr %. Distribusi
siswa berdasarkan klasifikasi anemia disajikan pada Tabel 5. Hasil uji statistik OR untuk anemia
ringan dengan normal pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa OR = 1,75 dan CI
0,0 – 92,99. Sedangkan hasil uji statistik OR untuk anemia sedang dengan normal pada tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa OR = 0,91 dan CI 0,02 – 35,16. Secara statistik hasil
tersebut tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan resiko
kejadian anemia antara penderita gondok dan non gondok.
n % n %
Normal 1 2,56 1
Anemia ringan 7 17,95 4
Anemia sedang 31 79,49 34
Anemia berat 0 0 0
Jumlah 39 100 39
PEMBAHASAN
B. Perbedaan Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Iodium Antara Penderita Gondok dan
Non Gondok
Dalam bahan makanan kandungan iodium ternyata sangat kecil dan kadarnya hanya dapat
ditentukan dengan alat yang sangat peka7. Laut merupakan sumber utama iodium. Oleh karena
itu, makanan laut berupa ikan laut basah maupun ikan laut kering merupakan sumber iodium
yang baik8.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor konsumsi
pangan sumber iodium antara penderita
gondok dan penderita non gondok. Skor rata-rata konsumsi pangan sumber iodium yang
tertinggi yaitu ikan laut kering dan telur. Ikan laut basah dan daging sapi masih merupakan
sumber protein hewani yang jarang dikonsumsi oleh masyarakat di daerah penelitian.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan karakteristik responden maka dapat diketahui bahwa sebagian besar (66,67%)
responden baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol berjenis kelamin perempuan,
sedangkan menurut usia
diketahui sebaran yang paling banyak (24,36%) terdapat pada usia 11 tahun.
2. Ada perbedaan rata-rata skor konsumsi pangan sumber iodium antara penderita gondok dan
penderita non gondok.
3. Ada perbedaan rata-rata skor konsumsi pangan sumber goiterogenik antara penderita
gondok dan penderita non gondok.
4. Dari 78 siswa SDN Tlekung 01 yang menjadi responden dalam penelitian ini, diketahui
bahwa sebagian besar siswa (76,9%) menggunakan garam yang beriodium sedangkan
hanya 23,1% siswa yang menggunakan garam yang tidak beriodium.
5. Ada perbedaan status penggunaan garam beriodium antara penderita gondok dan non
gondok
6. Tidak ada perbedaan resiko kejadian anemia antara penderita gondok dan non gondok.
SARAN
1. Diharapkan bagi orang tua siswa untuk dapat meningkatkan konsumsi pangan sumber
iodium dan selalu menggunakan garam beriodium dengan memperhatikan bentuk dan merk
garam yang digunakan.
3. Diharapkan bagi pengelola program penanggulangan anemia agar dapat memberikan tablet
Fe sesuai dengan sasaran yang seharusnya diberi dan melakukan penyuluhan tentang
anemia, karena berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan seluruh responden menderita
anemia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi, Solihin. 2003. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
2. Baliwati, Yayuk Farida dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 22
3. Triyono. 2004. Identifikasi Faktor yang Diduga Berhubungan dengan Kejadian Gondok pada
Anak Sekolah Dasar di Daerah Dataran Rendah (Studi di Kelurahan Kejayan
Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan). Jurnal GAKI Indonesia (Indonesian
Journal of IDD) Vol 3, No.1-3. April, Agustus,dan Desember 2004 diakses melalui
http://www.idd_indonesia.net/ tanggal 3 Mei 2006, 4:37 am
5. Hess, Sonja Y; Michael B Zimmermann; Pierre Adou; Toni Torresani; and Richard F Hurrell.
2002. Treatment of Iron Deficiency in Goitrous Children Improves The Efficacy of Iodized
Salt in Cote d’Ivoire. Am J Clin Nutr 2002;75:743-8 diakses melalui http://ajcn.org/
tanggal 24 Januari 2006, 7:05 am
6. M. Saidin; Muherdiyantiningsih; Endi Ridwan; Nur Ihsan; Astuti Lamid; Sukati dan Lies
Karyadi. 2002. Efektifitas Penambahan Vitamin A dan Zat Besi Pada Garam Iodium
Terhadap Status Gizi dan Konsentrasi Belajar Anak Sekolah Dasar. Penelitian Gizi
Makanan 2002,25:14-25
7. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
8. Sunita Almatsier. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
10. Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis.
Jakarta: Universitas Indonesia
11. Tim Kimia Pangan. 2002. Penuntun Praktikum Kimia Makanan. Departemen Kesehatan,
Pendidikan Ahli Madya Gizi Malang