Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MILITUS
1. Pengertian Diabetes Melitus
Hepatomegali adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis
penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam tifoid, amoeba, penimbunan
lemak (fatty liver), penyakit keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma)
dan penyebaran dari keganasan (metastasis). (Brunner & Suddarth. 2000:22).
Hepatomegali merupakan nama lain dari pembesaran hati. Hal ini terjadi ketika
organ hati membengkak melebihi ukuran normal. Ini bukan penyakit melaikan
tanda dari berbagai macam penyakit yang akan timbul. Misalnya penyakit hati,
gagal jantung kongesti atau kanker sekalipun (carpenito, 2007)
2.
3. 2. Etiologi
3. Patofisiologi

.
4. Etiologi
Penyebab hepatomegali belom diketahui secara pasti, beberapa factor
yang diduga penyebabnya adalah:
Infeksi/penyakit kronik akibat virus hepatitis sirosis
Alkoholisme
Hepatitis A Hepatitis B
Gagal jantung kongestif (CHF, congestive heart failure)
Leukemia
NeuroblastomaKontak dengan racun kimia missal vinil klorida, arsen,
Merokok
.

5. Klasifikasi Diabetes Melitus


Beberapa klarifikasi Diabetes Militus menurut Hardianto (2021) yaitu:
1) Diabetes MilitusTipe 1
Penyakit yang ditandai dengan autoimun disebabkan gangguan
genetik dan faktor lingkungan, seperti infeksi virus, racun, dan makanan
dapat mempengaruhi perkembangan dan autoimun pada sel β pankreas.
2) Diabetes Militus Tipe 2
Diabetes melitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di
tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin).
3) Diabetes Militus Gestasional
Diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi pada masa
kehamilan. Biasanya terjadi pada trimester kedua dan ketiga saat kehamilan
karena hormon yang disekresi plasenta menghambat kerja insulin. Sekitar
30-40% penderita diabetes gestasional berkembang menjadi DMT2.
Diabetes gestasional terjadi pada 7% kehamilan dan meningkatkan risiko
kematian pada ibu dan janin. Diabetes spesifik lain merupakan diabetes
berhubungan dengan genetik, penyakit pada pankreas, gangguan hormonal,
penyakit lain atau pengaruh penggunaan obat (seperti glukokortikoid,
pengobatan HIV/Aids, antipsikotik atipikal).
6. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Menurut Lestari & Boy (2022), Gejala yang dikeluhkan pada penderita
Diabetes Melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan,
kesemutan. Menurut Hardianto (2021) gejala Diabetes Militus meliputi :
1) Meningkatnya rasa haus karena air dan elektrolit dalam tubuh berkurang
(Polidipsia),
2) Meningkatnya rasa lapar karena kadar glukosa dalam jaringan berkurang
(Polifagia),
3) Kondisi urin yang mengandung glukosa biasanya terjadi ketika kadar
glukosa darah 180 mg/dl (Glikosuria),
4) Meningkatkan osmolaritas filtrat glomerulus dan reabosorpsi air dihambat
dalam tubulus ginjal sehingga volume urin meningkat (Poliuria),
5) Dehidrasi karena meningkatnya kadar glukosa menyebabkan cairan
ekstraselular hipertonik dan air dalam sel keluar,
6) Kelelahan karena gangguan pemanfaatan cho mengakibatkan kelelahan dan
hilangnya jaringan tubuh walaupun asupan makanan normal atau
meningkat,
7) Kehilangan berat badan disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh dan
penggunaan jaringan otot dan lemak akan diubah menjadi energi,
8) Dan gejala lain berupa daya penglihatan berkurang, kram, konstipasi, dan
penyakit infeksi candidiasis.
7. Patofisiologi
Faktor-faktor resiko seperti rokok jamur, kelebihan zat dan infeksi virus
hepatitis B serta alcohol yang mengakibatkan sel-sel pada hepar rusak serta
menimbulkan reaksi hiperplastik yang menyebapkan neoplastik hepatima yang
mematikan sel-sel hepar dan mengakibatkan pembesaran hati. Hepatomegali
dapat mengakibatkan infasi pembuluh darah yang mengakibatkan obstruksi
vena hepatica sehingga menutup vena porta yang mengakibatkan menurunnya
produksi albumin dalam darah (hipoalbumin) dan mengakibatkan tekanan
osmosis meningkatkan tekanan osmosis meningkat yang mengakibatkan cairan
intra sel keluar ke ekstrasel dan mengakibatkan udema. Menutupnya vena porta
juga dapat mengakibatkan ansietas. Hepatomegali juga dapat mengakibatkan
vaskularisasi memburuk, sehingga mengakibatkan nekrosis jaringan.
Hepatomegali dapat mengakibatkan proses desak.
7. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnosa DM adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam.
2) Pemeriksaan glukosa darah ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 mg
3) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik.
4) Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 % dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP). Catatan untuk diagnosa berdasarkan HbA1c, tidak semua
laboratorium di Indonesia memenuhi standar NGSP, sehingga harus hati-
hati dalam membuat interpretasi (Perkeni, 2021).
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kemenkes RI (2020) penatalaksanaan pada pasien DM meliputi :
1) Pengaturan pola makan, Pengaturan pola makan menyesuaikan dengan
kebutuhan kalori penyandang DM. Pengaturan meliputi kandungan,
kuantitas dan waktu asupan makanan (3J :jenis, jumlah, jadwal) adar berat
badan ideal dan gula darah dapat terkontrol dengan baik.
2) Latihan Fisik, Latihan juga akan meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan
menurun kadar kolesterol total serta trigeliserida. Aktivitas latihan yang
dianjurkan adalah akativitas yang dapat membantu menurunkan kadar gula
darah seperti jalan-jalan, senam tubuh dan senam kaki sesuai kebutuhan dan
kemampuan.
3) Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM), Pemantauan kadar glukosa
darah dapat dilakukan dengan menggunakan darah kapiler. PGDM
dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan suntik insulin beberapa kali
perhari. Waktu yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, dua jam
setelah makan, menjelang waktu tidur, dan diantara siklus tidur atau ketika
mengalami gejala hipoglikemia (Perkeni, 2021)
4) Terapi Insulin, Insulin digunakan antara lain pada keadaan hiperglikemia
berat yang disertai dengan ketosis, krisis hiperglikemia, gangguan fungsi
ginjal atau hati yang berat, dan HbA1C saat diperiksa > 9%.
5) Pengetahuan tentang Diabetes, Pencegahan dan Perawatan diri Edukasi
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan serta motivasi bagi penyandang
Diabetes Melitus.
9. Komplikasi
Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah bermulanya
diabetes mellitus. Komplikasinya mencakup sebagai berikut (Lestari, 2021) :
1) Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar): penderita diabetes mellitus
memungkinkan terjadinya aterosklerosis lebih cepat dari biasanya, penderita
lebih cenderung mengalami hipertensi mempengaruhi sirkulasi koroner,
pembuluh perifer dan pembuluhdarah otak.
2) Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah kecil: mempengaruhi mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula darah untuk menunda
atau mencegah awitan komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
3) Penyakit neuropati: kerusakan pada pembuluh darah pada ginjal. Faktor
resiko utama neuropati diabetik adalah tidak terkontrolnya gula darah
sehingga jika neuropati terjadi, ginjal tidak mampu mengeluarkan sisa dan
kelebihan cairan dari darah.
4) Retinopati : retinopati meningkatkan kerusakan pembuluh darah kecil pada
mata. Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan kebutaan jika tidak
diobati.
5) Proteinuria. Adanya protein pada urine terutama berasal dari protein-protein
plasma, protein yang ada dalam urin pada penyakit ginjal merupakan
campuran albumin dalam globulin. Penyebab langsung proteinuria adalah
peningkatan permebilitas glomerulus.
6) Ulkus/gangren Gangren adalah kondisi matinya sebagian jaringan tubuh
karena jaringan tersebut tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup dari
sistem peredaran darah.
10. Pencegahan Diabetes Melitus
1) Mempertahankan berat badan ideal
2) Rutin beraktivitas fisik 30 menit setiap hari. Biasakan beraktivitas dengan
intensitas sedang setiap hari untuk mengendalikan berat badan.
3) Makan makanan sehat antara 3-5 porsi buah dan sayuran sehari, dan kurangi
asupan gula, garam dan lemak jenuh.
4) Hindari penggunaan tembakau (merokok, tembakau kunyah) dan hindari
mengonsumsi alkohol
5) Kelola stres
6) Tes glukosa darah dan kadar HbA1c secara teratur (Kemenkes, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (2018). Standards of Medical Care in


Diabetes2018 M. Matthew C. Riddle, ed., Available at:
https://diabetesed.net/wpcontent/uploads/2017/12/2018-ADA-Standards-
of-Care.pdf
Hardianto, Dudi. 2021. “Telaah Komprehensif Diabetes Melitus: Klasifikasi,
Gejala, Diagnosis, Pencegahan, Dan Pengobatan: A Comprehensive
Review of Diabetes Mellitus: Classification, Symptoms, Diagnosis,
Prevention, and Treatment.” Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia
(JBBI) 7 (2): 304–17. https://doi.org/10.29122/jbbi.v7i2.4209.
Hasanuddin, Fitria. 2020. “Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.”
Lestari & Boy .(2022). Pemeriksaan Kesehatan Upaya Pencegahan Dan Edukasi
Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Masyarakat Kelurahan Sitirejo I.
Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol 3 No 4 November 2022
Lestari, L. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Integritas Jaringan Pada
Kaki Gangren Pasien Diabetes Militus Dengan Perawatan Kaki Dan
Terapi Tens.Laporan Tugas Akhir. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta
Bakti.
Nawangmularsih, Retna (2022) Penerapan Relaksasi Otot Progresif Dalam
Mengatasi Masalah Ansietas Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di
Rsud Nyi Ageng Serang. Tesis lainnya, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Tipe 2 Dewasa di Indonesia . Jakarta : PB PERKENI.Potter, P. A., &
Perry, A. G. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses,dan Praktik.Jakarta:EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI) .(2019). Direktorat
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat
Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).(2018). Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai