Anda di halaman 1dari 11

BAB III

SEKILAS TENTANG BUKU OTOBIOGRAFI SOEHARTO


KARYA G. DWIPAYANA dan RAMADHAN K.H

A. Profil Buku Otobiografi Soeharto

Buku Otobiografi Soeharto merupakan sebuah buku yang ditulis oleh

G. Dwipayana dan Ramadhan K. H. Beliau adalah dua orang penulis bangsa

Indonesia dan pada tahun 1965 pernah menjabat sebagai Perwira Pers Pusat

Penerangan AD, wakil Aspri presiden bidang Mass Media. Selain itu juga

menjadi Direktur Pusat Produksi Film Negara dan Asisten Menteri Sesneg

Urusan Dokumentasi dan Mass Media.75 Buku ini membicarakan tentang

kisah hidup presiden Soeharto dari masa kecil yang tidak cemerlang hingga

menjadi Presiden RI ke-2 yang dipaparkan beliau sendiri kepada dua orang

penulis bangsa Indonesia tersebut. Berkat pengalaman dan penghayatan

kedua penulis tersebut mengenai sisi kehidupan presiden Soeharto, maka

guratan-guratan pena kedua penulis dapat mengahasilkan suatu tulisan yang

mengasyikkan. Kedua penulis dengan gamblang dapat menerjemahkan

pikiran-pikiran maupun ucapan-ucapan presiden Soeharto ke dalam bahasa

yang sederhana sehingga membuat buku tersebut mudah dicerna dan

dipahami oleh pembaca yang paling awam sekalipun.76

Pada tahun 1982 ketika tinggal di Jenewa, Ramadan dihubungi oleh

Kepala Mass Media Sekretariat Negara di Jakarta, Gufran Dwipayana yang


75
Ramadhan K. H dan G. Dwipayana, Otobiografi Soeharto, hlm. 586-587.
76
Ramadhan K. H dan G. Dwipayana, Otobiografi Soeharto, hlm. ix.

40
41

mengajaknya untuk menulis biografi Soeharto yang masih menjabat sebagai

presiden R.I. waktu itu. Ramadan mula-mula menolak, karena sebagai orang

Jawa Barat merasa tidak menguasai budaya Jawa, daerah asal Soeharto.

Namun Soeharto sudah menjatuhkan pilihan pada Ramadan. Nama

Ramadan dipilih lantaran bukunya “Kuantar ke Gerbang” biografi kisah

cinta Inggit Garnasih dengan Presiden Soekarno yang sangat berkesan bagi

Dwipayana. Dwipayana merupakan orang dekat Soeharto yang dipercayai

menentukan calon penulis biografi Soeharto.77

Selama penulisan biografi Soeharto hanya dua kali Ramadhan

bertemu dengan orang-orang pada masa Orde Baru. Pertanyaan di luar

pertemuan itu diajukan dengan cara merekamnya. Kemudian rekaman itu

dititipkannya lewat Dwipayana, yang setiap Jum’at bertemu Soeharto.

Berdasarkan rekaman jawaban itulah Ramadhan lebih banyak bekerja untuk

menyelesaikan penulisan buku Otobiografi Soeharto. Penulisan biografi

Soeharto tersebut membuat Ramadan merasa tertekan, tidak sama dengan

ketika dia menulis buku biografi tokoh lain. Dia merasa berat melakukannya

karena takut salah tulis atau malah ditangkap.78 Untuk memperoleh

gambaran dari buku Otobigrafi Soeharto dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

77
https://id.wikipedia.org/wiki/Ramadhan_K.H. diakses pada hari Kamis, 12 April 2018
jam 12.20 WIB.
78
https://id.wikipedia.org/wiki/Ramadhan_K.H. diakses pada hari Kamis, 12 April 2018
jam 12.20 WIB.
42

Gambar 1: Buku dengan Sampul Jacket Hard Cover

Gambar 2: Buku tanpa Sampul Jacket

Pada bagian awal buku berisi tentang perjalanan hidup Soeharto yang

berasal dari keluarga sederhana yang berlatar belakang petani miskin.


43

Dengan susah payah beliau menyelesaikan pendidikannya hingga karirnya

pun tidak berjalan dengan mulus. Namun, hal ini tidak membuat beliau

putus asa justru menjadikan dirinya mandiri dan berkembang untuk dapat

meraih cita-citanya. Semua kesengsaraan hidup dijadikan sebagai sesuatu

yang harus dihadapi dengan ketegaran dan kemandirian agar semua yang

dicita-citakan dapat tercapai. Dari buku inilah dapat dipelajari bagaimana

anak seorang petani miskin dapat mencapai jenjang kepemimpinan tertinggi.

Semua itu dilakukan dengan kejujuran, ketekunan dan ketabahan dalam

menghadapi segala tantangan hidup.79

Pada bagian isi buku terdapat 102 pokok pembahasan yang di

dalamnya berisi tentang bagaimana perjalanan hidup Soeharto, karir,

pengalaman-pengalaman dalam dunia militer, hingga keberhasilannya

menjabat sebagai presiden RI. Dalam menempuh hal tersebut beliau

mempunyai pegangan yang senantiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari. Pegangan tersebut adalah ungkapan-ungkapan Jawa sebagai bahasa

daerah. Ungkapan tersebut adalah:

1. Adoh Tan Wangenan, Cedhak Tan Senggolan

2. Alon-alon Asal Kelakon

3. Hanggayuh Kasampurnaning Hurip, Ber budi Bawa Leksana, Ngudi

Sajatining Becik

4. Menangi Jaman Edan, Yen Ora Edan Ora Keduman, Sebegja-begjane

Sing Lali Isih Begja Sing Eling Lan Waspada

79
Ramadhan K. H dan G. Dwipayana, Otobiografi Soeharto, hlm. x-xii.
44

5. Mikul Dhuwur Mendhem Jero

6. Prang Tanpa Bala, Menang Tan Ngalahke, Nglurug Tanpa Bala,

Sugih Tanpa Bandha, Digdaya Tanpa Aji-aji

7. Rumangsa Bisa, Nanging Ora Bisa Rumangsa

8. Rumangsa Handarbeni, Wajib Melu Hangrungkebi, Mulat Sarira,

Hangrasa Wani

9. Saderma Nglakoni

10. Sadumuk Bathuk, Sanyari Bumi, Den Lakoni Taker Pati

11. Suradira Jayaning Rat Lebur Dening Pangestuti

12. Tansah Eling, Percaya, Mituhu Marang Kang Murbeng Dumadi, Iku

Dadi Oboring Urip Kang Becik, Sajatining Becik

13. Tata Tentrem Karta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi, Tuwuh Kang

Sarwa Tinandur, Murah Kang Sarwa Tinuku

14. Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarsa Sung

Tuladha

15. Witing Tresna Jalaran Saka Kulina80

Dari beberapa ungkapan di atas, peneliti hanya fokus pada satu

ungkapan, yaitu “Mikul Dhuwur Mendhem Jero”. Sedangkan pada bagian

penutup buku berisi garis keturunan Soeharto dan keterangan tambahan

mengenai ungkapan-ungkapan dalam bahasa daerah dan bahasa asing

terutama ungkapan Jawa.

80
Ramadhan K. H dan G. Dwipayana, Otobiografi Soeharto, hlm. 570-584.
45

B. Biografi Soeharto

Soeharto adalah presiden kedua Republik Indonesia. Pada saat itu, dia

adalah tokoh yang luar biasa sekaligus misteri dan menarik bagi bangsa

Indonesia maupun negara-negara lain.81 Beliau mempunyai sebutan populer

di dunia Internasional terutama di dunia Barat, yaitu terkenal dengan

julukan The Smiling General (Sang Jendral yang Tersenyum). Hal tersebut

karena raut muka Soeharto yang senantiasa tampak tersenyum ketika berada

di hadapan pers maupun publik secara umum. Kiranya itu merupakan

senyuman khas yang boleh dibilang multitafsir.82 Berikut akan peneliti

paparkan sosok Soeharto secara runtut sejak masa kecil hingga akhir

hidupnya.

Soeharto lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta pada tanggal 8

Juni 1921. Beliau adalah anak laki-laki dari Kertosudiro alias Panjang dan

Sukirah. Sejak kecil Soeharto tinggal bersama Mbah Kromo yang

kesehariannya bekerja di sawah, sehingga ketika Soeharto masih dalam

gendongan sering diajak ke sawah, membalik-balik tanah, dan menggaru.

Dia suka bermain air, bermandi lumpur, dan mencari belut atau ikan. Tak

heran jika sampai usia tua beliau gemar memancing ikan.83

Pada usia 8 tahun Soeharto masuk sekolah, tetapi sering berpindah

sekolah. Semula disekolahkan di SD Puluhan, Godean. Lalu, pindah ke SD

Pedes karena orang tuanya pindah rumah ke Kemusuk Kidul. Kemudian

81
Taufik Adi Susilo, Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia “Soeharto”, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 11.
82
Agustina Soebachman, Spirit 7 Presiden RI dari Pak Karno hingga Pak Jokowi,
(Yogyakarta: Syura Media Utama, 2015), hlm. 66.
83
Taufik Adi Susilo, Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia “Soeharto”, hlm. 12.
46

Soeharto dititipkan di rumah bibinya yang menikah dengan seorang mantri

tani yang bernama Prawirowihardjo yang tinggal di Wuryantoro, Wonogiri,

Jawa Tengah. Di sana beliau diterima sebagai putra paling tua dan

diperlakukan sama dengan putra-putri kandung Prawirowihardjo hingga

tamat sekolahnya. Setelah itu kembali ke kampung asalnya untuk

melanjutkan sekolah SMP Muhammadiyah di Yogyakarta. Setelah tamat

dari SMP Soeharto terpaksa harus mencari pekerjaan karena keterbatasan

ekonomi keluarga yang tidak memungkinkannya untuk melanjutkan

sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi.84

Pada sekitar tahun 1939, Soeharto mendapat dua surat panggilan

kerja. Satu dari lembaga ketentaraan, satunya dari bank. Namun, beliau

lebih memilih berkarier di militer. Dunia militer ternyata memberikan

kesempatan baginya untuk bekerja. Pengalaman-pengalaman militer inilah

yang membekali hidupnya dalam memimpin bangsa Indonesia di masa-

masa selanjutnya.85

Saat perang dunia II pada tahun 1942, Soeharto dikirim ke Bandung

untuk menjadi tentara cadangan selama seminggu. Karena Belanda

dikalahkan Jepang, Soeharto kemudian bergabung menjadi tentara PETA.

Setelah perang Kemerdekaan berakhir, dirinya resmi menjadi anggota TNI

pada tanggal 5 Oktober 1945 dan menjadi Komandan Brigade Garuda

Mataram dengan pangkat Letnan Kolonel. Soeharto memimpin Brigade

Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis

84
Agustina Soebachman, Spirit 7 Presiden RI dari Pak Karno hingga Pak Jokowi, hlm.
41-43.
Taufik Adi Susilo, Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia “Soeharto”, hlm. 13.
85
47

Sulawesi. Kemudian ditunjuk sebagai komandan APRIS (Angkatan Perang

Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas

mengamankan kota dari gangguan eks KNIL.86

Setelah sekian lama melalui masa lajangnya, akhirnya Soeharto

menemukan belahan jiwanya. Beliau menikah dengan Siti Hartinah (ibu

Tien) putri dari Soemoharjomo, wedana di Wuryantoro sekaligus pegawai

keraton Mangkunegaran, Surakarta. Pernikahan keduanya dilangsungkan

pada tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Pada saat itu Soeharto berusia 26

tahun dan Hartinah berusia 24 tahun. Pernikahan mereka kemudian

dikaruniai enam putra dan putri, yaitu Siti Hardijanti, Sigit Harjojudanto,

Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra, dan

Siti Hutami Endang Adiningsih.87

Pada tanggal 1 Maret 1949 Soeharto ikut serta dalam serangan umum

terhadap pasukan Belanda yang menguasai Yogyakarta. Ternyata ini

merupakan serangan yang penting bagi karier militernya. Inisiatif serangan

umum muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima

Besar Soedirman bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto mesti segera

melakukan serangan umum di Jogja dan akan menduduki kota tersebut

selama enam jam untuk membuktikan kepada dunia bahwa Republik

Indonesia masih ada.88 Dari peristiwa inilah karier militer Soeharto bersih,

namun menurut desus-desus karier militernya juga sempat diwarnai

86
Agustina Soebachman, Spirit 7 Presiden RI dari Pak Karno hingga Pak Jokowi, hlm.
43.
Taufik Adi Susilo, Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia “Soeharto”, hlm. 13.
87
88
Agustina Soebachman, Spirit 7 Presiden RI dari Pak Karno hingga Pak Jokowi, hlm.
43-44.
48

lembaran hitam. Pada tanggal 17 Oktober 1959 Soeharto dipecat oleh

Jendral A.H. Nasution sebagai Pangdam Diponegoro akibat diketahui

menyalahgunakan institusi militernya. Kasus tersebut hampir dibawa ke

pengadilan militer oleh Kolonel Ahmad Yani. Namun, atas saran Jendral

Gatot Subroto saat itu, Soeharto dibebaskan dan dipindahkan ke Sekolah

Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung, Jawa Barat.89

Setelah kasus penyalahgunaan tersebut justru karier militer Soeharto

kian meroket. Beliau mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik

Indonesia di Beograd, Paris (Prancis), dan Bonn (Jerman). Lalu pada

tanggal 1 Januari 1962, pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jendral dan

menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat serta

merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar.

Sekembali dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi

Mayor Jendral ditarik ke markas besar ABRI oleh Jendral A.H. Nasution.

Pada pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima

Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga tahun

1965.90

Pada tanggal 30 September 1965 dengan adanya kericuhan yang

mengakibatkan tumbangnya rezim Soekarno, tetapi di sisi lain

memunculkan sosok Soeharto yang pada akhirnya menjadi presiden RI.

Sejak resmi menjadi presiden RI yang kedua, yaitu sejak tahun 1968 hingga

89
Agustina Soebachman, Spirit 7 Presiden RI dari Pak Karno hingga Pak Jokowi, hlm.
44.
90
Agustina Soebachman, Spirit 7 Presiden RI dari Pak Karno hingga Pak Jokowi, hlm.
44.
49

berturut-turut tiap lima tahun Soeharto terpilih kembali menjadi presiden

mulai tahun 1973, 1978, 1983, 1993, hingga 1998. Dalam kurun waktu yang

tidak sebentar tersebut ada prestasi yang bermunculan, yaitu:

1. Dalam bidang pembangunan yaitu tercapainya keberhasilan program

swasembada beras. Program pembangunan yang ditawarkan oleh

Soeharto mempunyai tahapan, visi, misi serta target yang jelas. Ada

GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) yang menjadi pedoman

dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam pelaksanaannya ada

pembangunan jangka panjang yang kemudian dijabarkan ke dalam

pembangunan jangka pendek yaitu Repelita (Rencana Pembangunan

Lima Tahun).91

2. Soeharto memiliki dan mengetuai tujuh yayasan, yaitu Yayasan Dana

Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti

Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab),

Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong

Royong Kemanusiaan, dan Yayasan Trikora. Selain itu, beliau juga

mendirikan Yayasan Harapan Kita yang kemudian mendirikan Rumah

Sakit Jantung Harapan Kita.92

3. Dalam bidang pendidikan, Soeharto memelopori program Wajib

Belajar yang bertujuan meningkatkan tingkat rata-rata taraf tamatan

sekolah anak Indonesia. Pada awalnya program ini membebaskan

murid pendidikan dasar dari biaya SPP (Sumbangan Pembiayaan

91
Agustina Soebachman, Spirit 7 Presiden RI dari Pak Karno hingga Pak Jokowi, hlm.
64.
92
Taufik Adi Susilo, Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia “Soeharto”, hlm. 86.
50

Pendidikan) sehingga anak-anak dari keluarga miskin juga dapat

bersekolah. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi program Wajib

Belajar 9 tahun.93

4. Di bidang kesehatan, Soeharto memulai kampanye Keluarga

Berencana (KB) yang tujuannya untuk menghindari ledakan penduduk

yang nantinya dapat mengakibatkan berbagai masalah. Mulai masalah

kelaparan, penyakit, ketersediaan lapangan pekerjaan, hingga

kerusakan hidup. Dari program KB inilah pertumbuhan penduduk

Indonesia terkendali.94

Perjalanan hidup Soeharto memang penuh warna. Setelah lengser,

beliau mulai sakit-sakitan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk

beristirahat di Cendana. Pada masa sakitnya, Soeharto sering keluar masuk

rumah sakit hingga akhirnya beliau dinyatakan wafat pada tanggal 27

Januari 2008 pukul 14.10 WIB. Soeharto dimakamkan di Astana Giri

Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah. Hampir seluruh pejabat dan mantan

pejabat menghadiri acara pemakaman mantan penguasa Indonesia selama

32 tahun tersebut. Pada saat itu pula Presiden Yudhoyono dan Wakil

Presiden Jusuf Kalla datang melayat.95

93
Taufik Adi Susilo, Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia “Soeharto”, hlm. 34.
94
Agustina Soebachman, Spirit 7 Presiden RI dari Pak Karno hingga Pak Jokowi, hlm.
65.
95
Taufik Adi Susilo, Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia “Soeharto”, hlm. 27-32.

Anda mungkin juga menyukai