Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

ASITES

Disusun Oleh

SALSA FUJI INTANI MAHFUDZ

C1019044

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN ASITES

A. DEFINISI
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal dirongga perut pada pasien sirosis
hati, terbentuknya asites merupakan salah satu komplikasi yang paling sering dijumpai.
Asites juga merupakan salah satu indikasi perawatan di rumah sakit yang paling sering
dijumpai diantara pasien sirosis hati. Pembentukan asites merupakan tanda prognosis
yang kurang baik dan pengelolaan penyakitnya menjadi semakin sulit. Asites juga dapat
menjadi sumber infeksi seperti penimbunan cairan secara abnormal di rongga tubuh yang
lain. Infeksi akan lebih membentuk perjalanan penyakit dasarnya.
Banyak kemajuan yang dicapai dibidang kedokteran. Kemajuan itu menyebabkan
banyak persoalan asites yang selama ini belum diketahui menjadi lebih jelas. Pendekatan
terapi dengan demikian menjadi lebih rasional.
Asites adalah penumpukan cairan patoligis dalam rongga abdominal, laki-laki dewasa
yang sehat tidak mempunyai atau terdapat sedikit cairan intraperitorial, tetapi pada
wanita terdapat sebanyak 20 ml tergantung pada siklus menstruasi. (Silvia. A. Pirice,
2006).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit ini adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus
(hipertensi porta) dan penurunan tekanan osmotik koloid akibat hipoalbuminemia. Faktor
lain yang berperanan adalah retensi natrium dan air dengan peningkatan sintesis dan
aliran limfe hati. Asites merupakan penimbunan cairan encer intraperitoneal yang
mengandung sedikit protein. Karena cairan asites juga mengandung 10 sampai 30 gr
protein dalam setiap liter cairan, terjadi pengurangan lebih lanjut pada albumin serum,
yang akan mempercepat penimbunan cairan kembali. Parasentesis hanya dilakukan bila
asites menyebabkan gangguan pernapasan yang nyata atau untuk tujuan diagnostik.
Beberapa penderita asites juga mengalami efusi pleura, khususnya pada hemotoraks
kanan. Cairan diduga masuk ke dada melalui robekan yang terdapat pada pars tendinosa
diafragma karena peningkatan tekanan abdominal.
C. TANDA DAN GEJALA
Secara umum, asites ditandai dengan adanya pembengkakan dan rasa penuh pada
perut. Selain itu, penderita asites juga bisa mengalami sesak napas akibat perut yang
penuh. Mual, muntah, serta pembengkakan pada kaki.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Tidak mau makan dan sulit tidur
2. Kenaikan tekanan darah
3. Hernia umbilikalis karena tekanan intraabdomen yang meninggi sedangkan otot-otot
atrofi sehingga kekuatannya berkurang
4. Gizi kurang dan kelelahan
5. Perut membuncit)
6. Kenaikan diafragma dengan atau tanpa efusi pleura simphatetik (hepatic hydrothorax)
terlihat pada asites masif. Jika terdapat lebih dari 500 ml cairan asites harus dilakukan
pemeriksaan BNO.
7. Tanda-tanda beberapa tanda asites nonspesifik seperti gambar abdomen buram,
penonjolan panggul, batas PSOAS kabur, ketajaman gambar intraabdomen
berkurang. Peningkatan kepadatan pada foto tegak, terpisahnya gambar lengkung
usus halus, dan terkumpulnya gas di usus halus.
8. Tanda-tanda berikut lebih spesifik dan dapat dipercaya. Pada 80% pasien asites, tepi
lateral hati diganti oleh dinding thorax abdomen (Hellmer sign)
9. cairan memberikan gambaran kepadatan yang simetris pada kedua sisi kantung
vesika urinaria yang di sebut ”dog’s ear” atau ”mickey mouse” appearance.
E. PATHWAY
Toksis dari Obat :
Virus Alkohol Metabolik : DM Kolestatis Kronik
INH Malnutrisi

Splenomegali

Kelainan jaringan
Fungsi Hati Inflamasi akut
perenkim hati
Terganggu
Nyeri
Kecemasan
Kronis
klien

Gangguan metabolisme billrubin Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan pembentukan


Hipertensi portal
metabolisme protein metabolisme vitamin metabolisme zat besi empedu
Bilirubin tak
Asites terkonjugasi Asam amino relatif Sintesis vitamin A, B
complex B12 melalui Gangguan asam folat Lemak tidak dapat
(albumin, globulin) hati menurun diemulsikan dan tidak
Feses pucat Ikterik Urin gelap dapat diserap oleh usus
Ekspansi paru
terganggu Gangguan sintesis Penurunan produksi
Gangguan body vit. K Gangguan nutrisi
sel darah merah kurang dari Peningkatan
image
Pola nafas tidak Penumpukan garam empedu kebutuhan tubuh peristaltik
efektif dibawah kulit - Faktor pembekuan Anemia
darah terganggu
- Sintesis prosumber Diare
Pruritus terganggu Kelemahan

Kelebihan Gangguan keseimbangan


Resti perdarahan Intoleransi cairan dan elektrolit
volume cairan
Resti kerusakan
integritas kulit
Transudasi cairan
 tekanan onkotik Reduksi albumin
F. PATOFISIOLOGI
Pembentukan asites pada sinosis hati ditentukan oleh 2 faktor yang sangat penting
yakni faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal bertanggung jawab terhadap penimbunan
cairan dirongga perut. Sedangkan faktor sistemik bertanggung jawab terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular dan ginjal yang
menimbulkan retensi air dan garam. Dengan terjadinya asites, volume intravaskuler
cenderung menimbun dan ginjal akan melepaskan rennin. Rennin akan meningkatkan
sekresi harmon aldosteron oleh kelenjar adrenal yang selanjutnya membuat ginjal
menahan natrium dan air dalam upaya untuk mengembalikan volume intravaskuler
kepada keadaan yang normal.
1. Faktor Lokal
Adalah aliran sinusoid hati dan sistem kapiler pembuluh darah usus. Pada sebagian
besar pasien sinosis hati terjadi peningkatan tahanan perifer aliran porta akibat
kerusakan pasca sinusoid berarti baik aliran sinusoid maupun kapiler pembuluh darah
usus akan mengalami peningkatan hidrostatik akan menunjukkan reaksi dan
prekapiler v. mesenterika secara fungsional mampu menerima perubahan tekanan
tersebut dan dapat menahan proses transudasi, sebaliknya sinosis hati yang
merupakan sistem vena dengan tekanan rendah, tidak mempunyai mekanisme yang
memadai untuk menahan peningkatan tekanan hidrostatik dan mencegah terjadinya
transudasi. Sebagian kecil sirosis hati yang kerusakan utamanya terletak pada
presinusoid, asites lebih lambat karena sistem sinusoid belum terganggu pada
pemilihan penyakitnya. Transudat yang dihasilkan disinusoid hati akan disalurkan
keduktus torasikus melalui pembuluh limfatik regional. Asites akan timbul bila
jumlah transudat lebih banyak dari pada kemampuan sistem limfatikus.
2. Faktor Sistemik
Faktor utama sebagai pencetus timbulnya retensi air dan garam oleh ginjal adalah
vasodilatasi arteri perifer. Vasodilatasi sirkulasi splanknik terjadi segera setelah shunt
(pintas) partosistemik terbentuk, sebagai konsekuensi perubahan struktur parenkin
yang menandai sirosis hati. Mula-mula akan terjadi peningkatan tahanan sistem porta
dan diikuti dengan terbentuknya pintas portosistemik baik intra maupun ekstra hati.
Apabila perubahan struktur parenkin semakin berlanjut, vasodilatasi juga akan
semakin berat sehingga tidak saja sirkulasi splanknik tetapi ditempat lain misalnya
kulit, otot dan paru. Vasodilatasi arteri perifer akan menyebabkan tahanan perifer
menurun. Tubuh akan menafsirkan seolah-olah terjadi penurunan volume efektif
darah arteri. Reaksi yang dikeluarkan untuk melawan keadaan itu adalah
meningkatkan tonus saraf simpatik, adrenergik. Hasil akhirnya adalah aktivitasi
terhadap 3 sistem vasokonstriktor yakni sistem rennin-angiotensin aldosteron, arginin
vasopresin dan saraf simpatik-aktivitasi sistem arginin vasopresin akan menyebabkan
retensi air, sistem aldosteron akan menyebabkan retensi garam sedangkan sistem saraf
simpatik dan angiotensin akan menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi glomerusus
dan meningkatkan reabsopsi garam pada tubulus proksimal. Proses pembentukan
asites menurut hipotesis ini justru tergantung pada gangguan fungsi hepatoselular
yang menyertai pasien sirosis hati. Kerusakan sirosis hati menyebabkan aktivitas
antinamuretik meningkat atau namuretik menurun, sehingga terjadi retensi air dan
garam.
G. PENATALAKSANAAN
1. MEDIS
a. Istirahat dan diet rendah garam
b. Diuretik
c. Perawatan kulit
d. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
e. Terapi parasentesis
2. KEPERAWATAN
a. Pengkajian
b. Kaji asupan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food diary
c. Kaji tingkat toleransi aktivitas dan derajat kelelahan
d. Kaji perubahan ini dibagi pasien serta keluarga
e. Kaji tingkat kesadaran

H. KOMPLIKASI
1. Gagal ginjal fungsional
2. Gangguan elektrolit
3. Ensefalopati hepatik
4. Gangguan keseimbangan asam basa

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium dan antropemetrik
2. USG
3. Pemeriksaan shifting dullness atau dengan mendeteksi gelombang cairan

J. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI


1. Assisment keperawatan a. Identitas
Umur, nama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan b. Riwayat kesehatan
2. Keluhan utama : sulit untuk bernapas (sesak) dan sulit beraktivitas
3. Penyakit sekarang : bagian perut membesar, mual, muntah, sesak napas, sulit
beraktivitas, lemah, nyeri
4. Penyakit dahulu : pernah ada menderita penyakit yang sama
5. Penyakit keluarga : adanya angota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang
sama c. Pemeriksaan fisik
6. System pernapasan : sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada,
perkusi, auskultasi suara napas, nyeri dada
7. System kardiovaskuler : terjadi kegagalan sirkulasi, nadi bias cepat/lambat,
penurunan tekanan darah
8. System integument : kulit tampak ikterik, tugor kulit kembali >3 detik, kulit teraba
agak kering, kulit diperut menjadi kelihatan agak tipis

1) Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan.
c. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara
aktif.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema dan nutrisi yang buruk.
e. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri tekan pada kuadran atas dan kausal
abdomen.
2) Intervensi keperawatan
a. Perubahan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan natrium dan intake
cairan yang tidak adekuat
tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x8 jam dinas
masalah volume cairan (kelebihan) dapat teratasi
criteria : asites di perut berkurang lingkar perut menjadi normal intake dan
output berimbang
intervensi :
a) kaji intake dan output cairan tiap hari
b) observasi lingkar perut tiap hari
c) berikan diet yang rendah garam
d) jelaskan alasannya harus diberi diet rendah garam
e) kolaborasi dalam pemberian obat diuretic R : mengurangi edema dan
asites
b. Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan asites
Tujuan : setelah dilakukan tindkan keperawatan dalam waktu 3x8 jam
diharapkan masalah resiko tinggi pola nafas tidak efektif dpat teratasi, tanda-
tanda sesak napas tidak ada dan ttv normal
1. kaji pola napas pasien
2. kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian O2
c. resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan turgor
kulit yang kurang baik dan asites
tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan
masalah resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit belum terjadi
kriteria hasil turgor kulit baik lingkar perut normal dan tidak ada tanda tanda
kerusakan integritas kulit
intervensi :
1. kaji keadaan kulit klien
2. kolaborsi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian O2
d. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik.
NOC :Pain Level, pain control, comfort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
5. Tanda vital dalam rentang normal.
NIC :Pain Management :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
5. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
6. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri Tingkatkan istirahat.
e. Kelebihan volume cairan.
NOC : Electrolit and acid base balance, Fluid balance, Hydration.
Kriteria Hasil:
1. Terbebas dari edema, efusi, anaskara.
2. Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu.
3. Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+).
4. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan
vital sign dalam batas normal.
5. Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan.
6. Menjelaskanindikator kelebihan cairan.
NIC :
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
2. Pasang urin kateter jika diperlukan.
3. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin ).
4. Monitor vital sign.
5. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi
vena leher, asites).
6. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian.
7. Monitor status nutrisi.
8. Berikan diuretik sesuai intruksi.
9. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na
< 130 mEq/l.
10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
11. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi.
12. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll ).
13. Monitor berat badan.
14. Monitor serum dan elektrolit urine.
15. Monitor serum dan osmilalitas urine.
16. Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
17. Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB.
18. Monitor tanda dan gejala dari odema.
19. Beri obat yang dapat meningkatkan output urin.

DAFTAR PUSTAKA
Giner P.,dkk, currents concepts : managemen of cirhasis and asites : 2004
Muhin, H, 2008. Panduan ilmu penyakit dalam. Jakarta :EGC
https://cumienurse.blogspot.com/2016/07/asuhan-keperawatan-acites.html

Anda mungkin juga menyukai