Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL JOURNAL REVIEW

FISIOLOGI MANUSIA

(diajukan untuk memenuhi tugas fisiologi manusia)

DOSEN : Dr.Miftahul Ihsan,M.Ked.

NAMA : WIDYA AGUSTIN BR SEMBIRING

NIM :6233111059

KELAS :PJKR 1F 2023

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan khadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah Critical Jurnal Review
mengenai materi mata kuliah Fisioligi Manusia ini dengan baik. Saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada:

1. Bapak Dr.Miftahul Ihsan,M.Ked. selaku dosen pengampu mata kuliah Fisioligi Manusia, yang
telah memberikan tugas ini sehingga saya dapat belajar dan memahami isi jurnal dengan baik.

2. Orang tua, yang senantiasa memberi saya dukungan dalam perkuliahan baik dalam
memberikan semangat maupun dana sehingga saya dapat membuat makalah ini

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah CJR ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu saya sangat menantikan kritik maupun saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Saya akhiri dan saya berharap semoga Critical Journal Review ini bermanfaat khususnya bagi
saya dan umumnya dari berbagai pihak yang berkepentingan.

Medan,21 Oktober 2023

WIDYA AGUSTIN BR SEMBIRING


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR………………………………………………………………...

B. Tujuan Penulisan CBR……………..,…………………………………………………………

C. Manfaat Penulisan CBR……………………...……………………………………………….

D.Identitas Jurnal………………………………………………………………………………...

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL…………………………………………………………….

A. Identitas Jurnal………………………………………………………………………………...

B. Ringkasan Jurnal...…………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP...……………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………............

B. Saran…………………………………………………………………………………………..

BAB IV DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...


BAB 1

PENDAHULUAN

A.Rasionalisasi Pengtingnya CJR


Critical Jurnal Review merupakan suatu tugas dimana mahasiswa dituntut untuk mengkritik
dan mengulas isi materi dari jurnal. Dalam membuat Critical Jurnal Review diperlukan ulasan
terhadap isi jurnal, yang ditinjau dari berbagai segi ulasan yang dilakukan didasarkan pada
argumentasi dan bukti yang dipertanggung jawabkan.

Dengan kata lain dengan melakukan Critical Journal Review kita menguji pikiran penulis
berdasarkan sudut pandang kita sendiri, selain itu CJR juga bertujuan untuk mengembangkan
budaya membaca, bepikir sitematis dan kritis serta mengekspresikan pendapat. Oleh sebab itu
CJR sangat lah penting dilakukan, karna dengan melakukan CJR kita dapat menilai tentang
bagus atau tidaknya sebuah tulisan, layak tidaknya sebagai bahan bacaan serta dapat menambah
wawasan kita,menjadi lebih berpikir kritis serta melatih kebiasaan membaca cepat.

B.Tujuan Penulisan CJR


Ada pun Tujuan dari penulisan CJR ini adalah untuk melatih mahasiswa menjadi lebih dapat
berfikir secara kritis,sistematis serta dapat menganalisis sebuah tulisan menurut sudut
pandangnya sendiri. Selain itu pembuatan CJR juga merupakan salah satu tugas yang yang jadi
tanggung jawab dan wajib di kerjakan oleh mahasiswa UNIMED yang bertujuan untuk
pemenuhan nilai, adapun pemberian tugas ini mahasiswa diharapkan dapat menambah
pengetahuan serta wawasan, meningkatkan kemampuan menkritis/membandingkan satu topik
dalam dua informasi yang berbeda, serta dapat membandingkan keunggulan maupun kekurangan
dari informasi tersebut.

C.Manfaat Penulisan CJR


 Menambah pengetahuan tentang fisiologi manusia
 Menanbah wawasan tentang materi fisiologi manusia
 Mampu menganalisis materi fisiologi manusia
 Mampu berfikir kritis dan sistematis
 Mampu menyampaikan materi dengan menggunakan kata kata sendiri
 Mendapatkan nilai dari dosen mata kuliah
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

A.Identitas Jurnal
Judul PERAN FISIOLOGI OLAHRAGA DALAM MENUNJANG
PRESTASI
Nama jurnal Jurnal olahraga prestasi

download https://journal.uny.ac.id/index.php/jorpres/article/
view/5724

Volume dan Halaman Volume: 11, nomor: 2 halaman: 1-11

Tahun Juli 2015

Penulis Nofa Anggriawan

Reviewer Widya Agustin Br Sembiring

Tanggal Sabtu,21 Oktober 2023

B.Ringkasan Jurnal
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
penjelasan dari materi fisiologi olahraga dalam menunjang
prestasi mutlak dijadikan dasar dalam memodifikasi program
latihan bagi seorang atlet yang telah melalui proses latihan yang
sangat kompleks dan mendapatkan perubahan optimal sesuai
dengan apa yang diharapkan
Subjek/Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Atlet yang telah melakukan
proses latihan yang sangat kompleks dan mendapatkan
perubahan optimal sesuai dengan yang diharapkan
Analisis Data Berdasarkan Analisis data yang telah diketahui bahwa Dalam
fisiologi yang dipelajari bukan bagian-bagian atau struktur tubuh
mahkluk hidup, tetapi fungsi dan cara kerja organ organ tubuh
mahkluk hidup, sehingga secara keseluruhan Fisiologi dapat kita
artikan sebagai Ilmu yg mempelajari fungsi dan cara kerja organ-
organ tubuh serta perubahan perubahan yang terjadi akibat
pengaruh dari dalam maupun dari luar tubuh
Fisiologi olahraga mengkaji perubahan perubahan fungsi organ-
organ baik yang bersifat sementara (akut) maupun yang bersifat
menetap karena melakukan olahraga. Fisiologi Olahraga merinci
dan menerangkan perubahan fungsi yang disebabkan oleh latihan
tunggal (acute exercise) atau latihan yang dilakukan secara
berulang-ulang (chronic exercise) dengan tujuan untuk
meningkatkan respon fisiologis terhadap intensitas, durasi,
frekuensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologis
individu.

Kesalahan dalam menerapkan manajemen beban latihan, akan


berakibat negatif terhadap kondisi fisiologis atlet. Denyut nadi
yang tingi, sering merasa pusing, gangguan pada pencernaan dan
metabolisme, merupakan dampak yang timbul akibat kelelahan
dan overtraining, sehingga mempengaruhi kinerja atlet untuk
meraih prestasi optimal
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif.dimana metode ini dilakukan bertujuan untuk
menggambarkan kondisi fisik dari seorang altet yang melakukan
proses latihan yang sangat kompleks maka atlet tersebut dapat
memperolah prestasi yang maksimal tetapi sebaliknya Kesalahan
dalam menerapkan manajemen beban latihan, akan berakibat
negatif terhadap kondisi fisiologis atlet

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik


deskriptif seperti Perubahan Akibat Olahraga pada Jantung,
Perubahan pada Pembuluh darah, Perubahan pada Paru,
Perubahan pada Otot, Perubahan pada Tulang, Perubahan pada
Ligamentum dan Tendo dan Perubahan pada Persendian dan
Tulang rawan. Intensitas Latihan, Durasi Latihan seperti Prinsip
Beban Berlebih (Overload), Prinsip Tahanan Progresif, Prinsip
Latihan Beraturan, Prinsip Latihan Beraturan.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa jika seorang atlet dapat


melakukan dan melaksanakan bentuk bentuk latihan di atas
maka kekuatan fisik dari atlet tersebut dapat bekerja dengan
optimal serta presatasi yang diharapkan dapat tercapai tetapi
sebaliknya jika latihan yang dilakukan tidak sesuai dengan
proporsinya maka latihan itu dapat menggangu fisilogi dari atlet
tersebut
Langkah Penelitian Langkah penelitian yang dilakukan ada beberapa langkah yaitu:

Pertama,penulis menyampaikan peran fisiologi dalam kehidupan


seorang atlet serta bagaimana seorang atlet dalam melakukan
latihan fisik secara kompleks serta dapat meraih prestasi yang
optimal dan materi yang disampaikan oleh para teori fisiologi
Kedua,pembahasan tentang fisiologi serta perubahan akibat
olahraga dimana pada fisiologi manusia tidak hanya membahas
tentang fungsi dan cara kerja organ serta perubahan berubahan
pada organ tersebut baik pada jantung,pada pembulu darah,nadi
paru paru dan masih banyak lagi

Ketiga,hubungan fisiologi dengan prestasi dimana fisiologi


manusia membahas tentang cara kerja organ tubuh manusia
maka secara tidak langsung fisiologi manusia memiliki
hubungan yang erat dengan prestasi seorang atlet karena jika
kesehatan dari fisik seorang atlet itu bermasalah maka prestasi
seorang atlet dalam meraih sebuah kujaraan itu akan sangat
terganggu
Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil penelitian yang diperoleh yakni, kemampuan
seorang atlet dalam memperoleh prestasi yang hendak dicapai
dengan proses latihan yang kompleks dan optimal hal tersebut
dapat terjadi jika atlet tersebut melakukan proses program
latihan fisilogi secara baik dan benar karena program latihan
tersebut telah diatut mulai dari teknik latihan waktu latihan
teknik latihan beban dalam latihan,seorang atlet dengan mudah
bisa memperoleh fisik yang baik dan optmal jika dia fungsi dan
cara kerja organ dari atlet tersebut telah terbina denganbaik
Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yakni Prestasi
olahraga yang optimal tercapai, bila proses latihan diterapkan
secara sistematis. Manajemen beban latihan harus menjadi fokus
perhatian. Terjadinya kesalahan dalam menerapkan prinsip
beban berlebih dan peningkatan beban yang progresif akan
selalu menimbulkan dampak negatif. Informasi dari karakteristik
faal atlet menjadi titik tolak dalam membuat suatu program
latihan.
Tentunya selama menjalankan latihan ada beberapa hal yang
penting antara lain takaran latihan harus dipenuhi. baik intensitas
dan frekuensinya. Beberapa pengamatan, masih banyak atlet
kitayang berlatih dengan takaran yang kurang dan cukup,
terutama takaran intensitasnya tidak mencapai training zone
Untuk mendapatkan prestasi yang tinggi berlatih dengan
memenuhi ketiga macam takaran yang diuraikan tadi, sehingga
tidak membuang waktu dan biaya yang banyak untuk latihan-
latihan
JurnalOlahragaPrestasi,Volume11,Nomor2,Juli2015|8

PERAN FISIOLOGI OLAHRAGA DALAM MENUNJANG PRESTASI

Nofa Anggriawan

PPS UNY

oppaanggriawan@yahoo.com

Abstract

Optimal performance can only be achieved , if an athlete has been through the process very
complex exercise. At the rehearsal process the role of exercise physiology makeing absolute
basis in modifying training program. Sports Physiology is a branch of physiology that studies the
physiological changes in the body when a person exercise . By knowing the changes that occur
in the body, one can design an exercise program for making optimal changes as expected. Errors
in applying management training load, will adversely affects physiological condition of the
athlete. Pulse is high, often feel dizzy, interference with digestion and metabolism, is the
consequences of fatigue and overtraining, thus affecting the performance of the athlete to achieve
optimal performance .

Keywords: Sports Physiology, Optimal Performance

Abstrak

Prestasi optimal hanya dapat dicapai, jika seorang atlet telah melalui proses latihan yang sangat
kompleks. Pada proses latihan tersebut, peran fisiologi olahraga mutlak dijadikan dasar dalam
memodifikasi program latihan. Fisiologi Olahraga merupakan cabang ilmu fisiologi yang
mempelajari perubahan fisiologis di tubuh pada saat seseorang berolahraga. Dengan mengetahui
perubahan yang terjadi di tubuh, seseorang dapat merancang suatu program latihan olahraga
untuk mendapatkan perubahan optimal sesuai dengan yang diharapkan. Kesalahan dalam
menerapkan manajemen beban latihan, akan berakibat negatif terhadap kondisi fisiologis atlet.
Denyut nadi yang tingi, sering merasa pusing, gangguan pada pencernaan dan metabolisme,
merupakan dampak yang timbul akibat kelelahan dan overtraining, sehingga mempengaruhi
kinerja atlet untuk meraih prestasi optimal. Kata kunci: Fisiologi Olahraga, Prestasi Puncak

PENDAHULUAN fisiologis di tubuh pada saat seseorang


berolahraga. Dengan mengetahui perubahan
Fisiologi Olahraga merupakan cabang ilmu yang terjadi di tubuh, seseorang dapat
fisiologi yang mempelajari perubahan merancang suatu program olahraga untuk
JurnalOlahragaPrestasi,Volume11,Nomor2,Juli2015|9

mendapatkan perubahan optimal sesuai Fisiologi Olahraga Dalam fisiologi yang


dengan yang diharapkan. Menurut Purba dipelajari bukan bagian-bagian atau struktur
(2012) Penerapan Ilmu Faal Olahraga untuk tubuh mahkluk hidup, tetapi fungsi dan cara
meningkatkan prestasi atlet sangat penting kerja organorgan tubuh mahkluk hidup,
untuk menentukan takaran latihan, sehingga secara keseluruhan Fisiologi dapat
keberhasilan latihan atlet selama periodisasi kita artikan sebagai Ilmu yg mempelajari
latihan. Pengukuran takaran latihan fungsi dan cara kerja organ-organ tubuh
dilakukan dilaboratorium Ilmu Faal serta perubahanperubahan yang terjadi
Olahraga dan hasilnya diberikan kepada akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar
pelatih untuk diterapkan selama proses tubuh. Secara umum pengertian olahraga
pelatihan berlangsung. Selanjutnya, menurut dapat kita lihat sebagai Suatu rangkaian
Saibene (2003) IPTEK sangat diperlukan, kegiatan keterampilan gerak atau
terutama dengan peralatan-peralatan yang memainkan objek, yang disusun secara
serba canggih, sehingga dapat memberikan terstruktur dan sistemmatis dengan
informasi tentang efek fisiologis dari latihan menggunakan suatu batasan aturan tertentu
yang diterapkan. Fisiologi olahraga dalam pelaksanaannya (Liliani Puspa 2009).
mengkaji perubahanperubahan fungsi organ-
organ baik yang ber sifat sementara (akut) Dari pengertian diatas dapat kita lihat
maupun yang bersifat menetap karena bahwa, didalam olaharaga secara pasti
melakukan olahraga. Fisiologi Olahraga terdapat aktivitas fisik dalam bentuk gerak
merinci dan menerangkan perubahan fungsi dan latihan, sehingga dalam kaitannya
yang disebabkan oleh latihan tunggal (acute dengan mempelajari fisiologi olahraga kita
exercise) atau latihan yang dilakukan secara akan melihat olahraga dari sudut pandang
berulang-ulang (chronic exercise) dengan aktivitas gerak dalam proses latihan dan
tujuan untuk meningkatkan respon fisiologis kompetisi. Dari kajian tentang fisiologi dan
terhadap intensitas, durasi, frekuensi latihan, olahraga diatas, dapat kita buat hubungan
keadaan lingkungan dan status fisiologis antara kajian teori fisiologi dan olahraga
individu. Fungsi dan mekanisme kerja menjadi suatu kajian teori baru tentang
organ-organ tubuh akan selalu bereaksi fisiologi olahraga. Dimana kajian terori
dalam rangka penyesuaian diri demi tentang fisiologi olahraga ini membahas
terciptanya “Homeostasis” (kecenderungan tentang fungsi – fungsi kerja organ tubuh
organisme hidup untuk mempertahankan dan keterlibatan organ tubuh manusia dalam
lingkungan dalam “Millieau Interieur” yang aktivitas gerak. sehingga pengertian fisiologi
stabil bagi selnya. (Hammond, 2007) olaharaga adalah : Bagian atau cabang ilmu
dari Fisiologi yang secara khusus
PEMBAHASAN mempelajari tentang fungsi/cara kerja organ
tubuh dan perubahan yang dapat terjadi baik
secara sementera
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 10

maupun secara menetap karena sebuah pengkajian tentang : bagaimana perubahan


aktivitas fisik (gerak) atau latihan fisik. itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan
Dalam hal ini tentunya akan dibahas untuk mendapatkan perubahan

fungsi organ tubuh dengan program- teratur, denyut jantung rata-rata 60 kali per
program latihan fisik yang dilakukan guna menit. Dengan demikian dalam satu menit
mendapatkan perubahan fungsi dan cara dihemat 20 denyutan, dalam satu jam 1200
kerja organ tubuh yang baik secara efektif denyutan, dan dalam satu hari 28.800
dan efisien. denyutan. Penghematan tersebut menjadikan
jantung awet, dan boleh diharap hidup lebih
lama dengan tingkat produktivitas yang
Perubahan Akibat Olahraga tinggi.

2. Perubahan pada Pembuluh darah


Dengan berolahraga akan terjadi
perubahan-perubahan pada tubuh Elastisitas pembuluh darah akan
menurutjenis, lama, dan intensitas latihan bertambah karena berkurangnya timbunan
yang dilakukan (Tommy Boone 2012). lemak dan penambahan kontraksi otot
Secara umum yang dikatakan Wara dinding pembuluh darah. Elastisitas
Kushartanti (2009) olahraga yang dilakukan pembuluh darah yang tinggi akan
secara teratur dengan takaran yang cukup memperlancar jalannya darah dan mencegah
akan menyebabkan perubahan sebagai timbulnya hipertensi. Disamping elastisitas
berikut: pembuluh darah yang meningkat, pembuluh-
pembuluh darah kecil (kapiler) akan
1. Perubahan pada Jantung
bertambah padat pula. Penyakit jantung
Jantung akan bertambah besar dan koroner dapat diatasi dan dicegah dengan
kuat sehingga daya tampung besar dan mekanisme perubahan ini. Kelancaran aliran
denyutan kuat. Kedua hal ini akan darah juga akan mempercepat pembuangan
meningkatkan efisiensi kerja jantung. zat-zat lelah sebagai sisa pembakaran
Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung sehingga bisa diharapkan pemulihan
tak perlu berdenyut terlalu sering. Pada kelelahan yang cepat.
orang yang tidak melakukan olahraga,
3. Perubahan pada Paru
denyut jantung rata-rata 80 kali per menit,
sedang pada orang yang melakukan olahraga
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 11

Elastisitas paru akan bertambah 6. Perubahan pada Ligamentum dan


sehingga kemampuan berkembang kempis Tendo
juga akan bertambah. Selain itu jumlah
alveoli yang aktif (terbuka) akan bertambah Kekuatan ligamentum dan tendo
dengan olahraga teratur. Kedua hal diatas akan bertambah, demikian juga dengan
akan menyebabkan kapasitas penampungan perlekatan tendo pada tulang. Keadaan ini
dan penyaluran oksigen ke darah akan akan membuat ligamentum dan tendo
bertambah. Pernafasan bertambah dalam mampu menahan beban berat dan tidak
dengan frekuensi yang lebih kecil. mudah cedera.
Bersamaan dengan perubahan pada jantung 7. Perubahan pada Persendian dan
dan pembuluh darah, ketiganya bertanggung Tulang rawan
jawab untuk penundaan kelelahan.
Latihan teratur dapat menyebabkan
4. Perubahan pada Otot bertambah tebalnya tulang rawan di
Kekuatan, kelentukan, dan daya tahan persendian sehingga dapat menjadi peredam
otot akan bertambah. Hal ini disebabkan (shock absorber) dan melindungi tulang
oleh bertambah besarnya serabut otot dan serta sendi dari bahaya cedera.
meningkatnya sistim penyediaan energi di 8. Perubahan pada Aklimatisasi
otot. Lebih dari itu perubahan pada otot ini terhadap Panas
akan mendukung kelincahan gerak dan
kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal Aklimatisasi terhadap panas
kecelakaan dapat dihindari. melibatkan penyesuaian faali yang
memungkinkan seseorang tahan bekerja di
5. Perubahan pada Tulang tempat panas. Kenaikan aklimatisasi
Penambahan aktivitas enzim pada terhadap panas disebabkan karena pada
tulang akan meningkatkan kepadatan, waktu melakukan olahraga terjadi pula
kekuatan, dan besarnya tulang, selain kenaikan panas pada badan dan kulit.
mencegah pengeroposan tulang Permukaan Keadaan yang sama akan terjadi bila
tulang juga akan bertambah kuat dengan seseorang bekerja di tempat panas
adanya tarikan otot yang terus menerus.

Latihan Fisik Latihan fisik merupakan aktivitas


olahraga olahraga secara sistematik dalam
waktu yang lama, ditingkatkan secara
progresif dan individual yang mengarah
kepada ciri-ciri fungsi dan psikologis
manusia untuk mencapai sasaran yang telah

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 12

ditentukan. Melalui latihan fisik seseorang Tipe latihan tertentu memberi dampak pada
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam faal tubuh tertentu. Tipe latihan aerobik
istilah fisiologisnya, seseorang mengejar lebih dominan meningkatkan kapasitas
tujuan perbaikan sistem organisme dan aerobik, mioglobin, mitokondria sel (jumlah
fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi dan ukurannya), maupun cadangan gikogen
dan penampilan olahraganya (Bompa, otot, serta meningkatkan konsentrasi enzim-
1990). enzim oksidatif atlet. Sebaliknya tipe latihan
anaerobik lebih dominan meningkatkan
Latihan olahraga merupakan suatu kapasitas anaerobik, sitem energi ATP-PC
proses yang sistematis dari berlatih yang dan glikolisis anaerobik atlet. Tipe latihan
dilakukan secara berulang-ulang dengan aerobik juga dapat meningkatkan jumlah dan
menggunakan prinsip penambahan beban ukuran otot slow twitch fiber, sedangkan
( Bompa, 1990). Prinsip penambahan beban tipe latihan anaerobik akan meningkatkan
dimaksud adalah peningkatan beban yang jumlah dan ukuran otot fast twitch fiber
progresif, bertujuan untuk meningkatkan (Fraga, 2010)
efisiensi faal tubuh. Penerapan perinsip ini
didasarkan atas kondisi masing-masing Serabut otot yang membangun rangka
individu, karena tidak ada beban yang persis manusia (slow twitch fiber /tipe I dan fast
sama untuk setiap orang. Latihan fisik yang twitch fiber /tipe II), memiliki ciri-ciri yang
tepat akan meningkatkan prestasi kerja dari berbeda. Pada serabut tipe I akan dijumpai
faal tubuh. Peningkatan prestasi kerja banyak kadar hemoglobin, cadangan lemak,
dimaksud sangat tergantung kepada tipe cadangan glikogen, enzim oksidatif, dan
latihan, intensitas latihan, frekuensi, lama tidak peka terhadap kelelahan. Jika ditinjau
latihan, dan prinsipprinsip dasar latihan secara anatomis, serabut tipe I terdiri dari
fisik. Selain itu, variasi dalam latihan juga serabutserabut yang kecil dan memiliki
sangat perlu diperhatikan. Apabila hal banyak pembuluh kapiler. Sedangkan
tersebut sudah dapat dilaksanakan dengan serabut tipe II, memiliki banyak cadangan
baik, sudah dapat dikatakan latihan yang gikogen, enzim glikolitik, dan sangat peka
dikuti berkualitas (; Bompa, 1990). terhadap kelelahan. Secara anatomis serabut
otot tipe II ini terdiri dari serabut yang besar
Tipe Latihan dan sedikit memiliki pembuluh kapiler
(Tommy Boone. (2012).
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 13

Kesesuaian tipe latihan terhadap atlet yang berbeda dengan orang lain. Perbedaan ini
memiliki serabut otot dominan diantara sebagian besar disebabkan oleh perbedaan
kedua jenis otot tersebut, akan lebih intensitas latihan dimana terjadi akumulasi
menjanjikan hasil yang optimal, dibanding asam laktat (onset of blood lactate
dengan penerapan tipe latihan yang sifatnya accumulation) (Mock, 1997). Perbedaan
sama rata. Atlet yang dominan memiliki ketahanan dalam menjalankan level
serabut otot tipe I akan lebih menjanjikan intensitas latihan ini menjadi hal yang harus
jika diberi latihan yang bersifat aerobik. diperhatikan dalam menyusun program
Sebaliknya latihan anaerobik sangat tepat latihan.
diberikan kepada atlet yang dominan
memiliki serabut otot tipe II. Penempatan Menurut Andersen (1999) pada
atlet dalam cabang-cabang olahraga harus umumnya, intensitas latihan dimulai 40
berdasarkan kepada kondisi tipe serabut otot sampai dengan 85% kapasitas fungsional.
dominan yang dimiliki. Pada orang dengan dengan permasalahan
jantung, intensitas latihan dapat ditetapkan
Intensitas Latihan antara 40 sampai dengan 60% kapasitas
fungsional. Durasi latihan dapat ditetapkan
Intensitas latihan ditetapkan secara sesuai dengan respon seseorang terhadap
spesifik pada setiap individu sesuai dengan latihan. Sebagai contoh, seseorang sudah
kapasitas fisik yang dalam pelaksanaannya harus merasa pulih dalam satu jam setelah
memerlukan pengawasan secara terus latihan. Terlepas dari teknik
menerus agar intensitas latihan benar-benar penetapanintensitas dan level intensitas yang
mencapai intensitas yang diprogramkan. dipilih, intensitas latihan tersebut merupakan
Intensitas latihan dapat diekpresikan dalam intensitas yang dapat dilakukan selama 15
satuan absolut (contoh: watt) maupun sampai dengan 60 menit. Pada dasarnya
diekspresikan dalam bentuk relatif (misalkan tujuan akhir menentukan besaran intensitas
terhadap frekuensi denyut jantung maksimal, latihan adalah untuk memberikan petunjuk
METs, VO2 maks maupun RPE/Rating of bagi seseorang tentang intensitas latihan
Perceived Exertion) (Jette, 1999). yang akan dapat memberikan manfaat yang
Hal yang perlu diperhatikan adalah maksimal untuk dirinya sekaligus
bahwa kemampuan seseorang untuk meminimalisir resiko terjadinya cedera
mempertahankan suatu intensitas latihan (Slentz, 2004).
J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 14

Durasi Latihan terhadap latihan, status kesehatan dan tujuan


latihan (misalkan: penurunan berat badan).
Durasi latihan inti berkisar antara 15 Pada umumnya pada fase awal durasi latihan
sampai dengan 60 menit. Durasi waktu ini dapat bertahap ditingkatkan dari 20 menit
dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas menjadi 45 menit (Green dan Crouse, 1995).
fungsional tubuh. Durasi waktu yang
diaksanakan berbanding terbalik dengan Frekuensi Latihan
intensitas latihan. Latihan dengan intensitas
tinggi dan durasi latihan pendek Frekuensi latihan tergantung dari durasi
menimbulkan respons tubuh yang sama dan intensitas latihan. Frekuensi latihan
dengan latihan dengan intensitas yang yang dapat dilakukan dapat beberapa laki
rendah dan durasi yang lama. Latihan dalam sehari sampai dengan 5 kali dalam
selama 5 sampai 10 menit dengan intensitas seminggu tergantung jenis latihan, keadaan
90% kapasitas fungsional tubuh dapat fisik dan tujuan latihan (Kraemer et al.,
memperbaiki kerja kardiovaskular. 2004). Pada orang dengan kondisi fisik yang
Walaupun demikian latihan dengan rendah dapat dilakukan latihan dengan
intensitas tinggi dan durasi yang pendek intensitas 3 METs selama 5 menit yang
tersebut tidak dapat diterapkan pada dilakukan beberapa kali sehari. Sesorang
kebanyakan orang, sehingga lebih dengan kapasitas fungsional 3-5 METs,
disarankan untuk melaksanakan program latihan dapat dilakukan 1-2 kali sehari.
latihan dengan intensitas yang sedang dan Individu dengan kapasitas fisik >5METs
durasi yang lebih lama (Kraemer, 2004). disarankan untuk berlatih 3 kali per minggu
pada har yang berselingan. Individu dengan
jenis latihan beban sebaiknya juga berlatih
tiga kali dalam semimngu pada hari yang
Program tersebut disarankan karena berselingan.
memiliki resiko cedera yang rendah dan
potensial untuk menghasilan total keluaran Latihan dengan frekuensi intensif
kalori yang tinggi. Untuk orang yang sebaiknya juga dilakukan dengan jenis
terbiasa dengan aktivitas yang rendah, durasi latihan beban dan non beban secara
yang disarankan adalah 20 sampai dengan bergantian. Hal yang dihindari adalah
30 menit dengan intensitas (40 sampai latihan beban yang dilakukan lebih dari 5
dengan 60% kapasitas fungsional). kali dalam seminggu. Latihan jenis ini
Penyesuaian durasi dan intensitas latihan dengan frekuensi yang tinggi meningkatkan
didasarkan pada respon fisiologis individu resiko cedera ortopedik (Andersen, 1999).
Rancangan olahraga harus mengikuti prinsip
latihan yang telah dikemukakan oleh
Prinsip Spesifitas
beberapa ahli, dan secara ringkas dapat
diurai menjadi: Teori SAID (Specific Adaptation to
Improve Demand) dari O'Shea mengatakan
Prinsip Beban Berlebih (Overload)
bahwa tubuh hanya beradaptasi secara
Dengan beban berlebih, memaksa otot khusus terhadap beban yang diberikan.
untuk berkontraksi maksimal, sehingga Dengan demikian beban latihan harus
merangsang adaptasi fisiologis yang akan disesuaikan dengan tujuan.
mengembangkan kekuatan dan daya tahan.
Prinsip Latihan Beraturan
Dengan pemulihan yang baik, tubuh akan
kembali pada kondisi kebugaran yang lebih Untuk memberi adaptasi pada tubuh,
tinggi dari pada sebelum latihan. harus dilakukan latihan yang teratur.
Prinsip Tahanan Progresif Prinsip Kembali Asal
Semakin maju, beban semakin Efek latihan akan hilang jika latihan tidak
ditingkatkan. Dengan cara ini otot selalu teratur atau bahkan berhenti. Daya tahan
bekerja pada daerah beban berlebih aerobik akan menurun setelah satu minggu
(overload zone). Setiap program latihan tidak latihan, sedangkan kekuatan otot akan
kebugaran dan kondisioning akan sangat menurun setelah satu bulan tidak latihan.
efektif apabila secara rutin latihan
bertambah berat untuk setiap minggu atau Prinsip individualitas
dua minggu. Prinsip ini didasarkan pada
Pada dasarnya beban latihan harus
kenyataan bahwa tubuh akan selalu
diberikan sesuai dengan kemampuan dan
beradaptasi dengan keadaan atau stres yang
keterbatasan seseorang. Dengan demikian
baru (Rumpis, Agus Sudarko, 2009).
melakukan pemeriksaan dan pengukuran
Prinsip Susunan Latihan awal merupakan hal yang mutlak.

Kelompok otot yang lebih besar harus Prinsip Beragam


dilatih sebelum kelompok otot yang lebih
Kebosanan dalam berlatih merupakan
kecil. Otot yang lebih kecil cenderung lebih
fenomena yang paling sering dikeluhkan
cepat lelah, sehingga untuk menjamin
oleh pelaku olahraga. Perlu dilakukan
terjadinya beban berlebih pada otot besar,
variasi dalam latihan baik jenis, metoda
otot tersebut harus dilatih sebelum otot yang
maupun suasana berlatih. Musik dapat
lebih kecil lelah. Sebagai contoh: otot kaki
membuat suasana latihan menyenangkan.
dan panggul harus dilatih sebelum otot
lengan. Untuk menjamin waktu pemulihan,
tidak boleh ada latihan berurutan yang
melibatkan kelompok otot yang sama. Hubungan Fisisologi dengan
Prestasi
Setiap latihan fisik akan menimbulkan
respon atau tanggapan dari organ-organ

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 15

tubuh terhadap dosis atau beban latihan yang antara lain respons jantung, pernafasan,
diberikan, hal ini merupakan usaha biokimia
penyesuaian diri dalam rangka menjaga
keseimbangan lingkungan yang stabil atau tubuh lainnya. Respons jantung terhadap
bisa disebut juga dengan homeostasis latihan memberikan respons yang positif.
(Bafirman, 2013). Latihan merupakan salah Artinya, kalau kita mulai latihan jantung
satu stressor fisik yang dapat mengganggu akan berdenyut begitu juga denyut nadi
keseimbangan homeostasis, oleh sebab itu, lebih cepat dan bekerja dengan kekuatan
pemanfaatan latihan yang dikemas dalam lebih besar, sehingga lebih banyak darah
bentuk latihan fisik memerlukan pengukuran yang dipompakan keluar pada setiap
dosis yang tepat, sehingga memberikan denyutannya. Respons pernafasan dalam hal
peluang untuk membentuk mekanisme ml paru-paru berguna untuk menyediakan
penyakit (coping) yang mampu mengubah sumber oksigen dan darah membuang CO2
stressor menjadi stimulator. Dosis latihan yang diambil dan sel-sel yang aktif bekerja.
yang diberikan tidak tepat, maka stressor Volume udara yang keluar dan paru-paru
tersebut akan menggagu keseimbangan dalam keadaan normal sewaktu istirahat 5
(homeostasis) dalam tubuh dan dapat liter. Selama menjalankan latihan olahraga,
menyebabkan masalah kelainan biologis jumlah udara yang dikeluarkan paru-paru
atau patologis (Bafirman, 2013). Semua dapat naik sampai 100 liter orang biasa,
aktivitas fisik merupakan stressor bagi sedangkan atlet terlatih dapat sampai 200
tubuh. Jika tubuh diberi stressor yang liter per menit. Rasa kekurangan nafas
dilakukan dengan teratir, berkesinambungan waktu kita melakukan latihan olahraga
dan disertai dengan program latihan yang merupakan masalah suplai darah bukan
tepat, maka tubuh akan beradaptasi dengan masalah pernafasan. Liliani Puspa (2009)
membentuk mekanisme coping yang mampu mengatakan sekarang telah berkembang
mengubah stressor menjadi stimulator. pendapat, bahwa endurance (daya tahan)
Pemberian beban pada latihan akan jantung paru tinggi, dapat meningkatkan
ditanggapi oleh tubuh dalam bentuk respon, kemampuan prestasi. Latihan endurance
jika dosis yang diberikan tepat akan pada umumnya daya tahan jantung paru
menghasilkanproses adaptasi yang baik. merupakan latihan yang bertujuan untuk
Program atau dosis latihan yang tepat harus meningkatkan kemampuan seluruh tubuh
memperhatikan beberapa unsur latihan yaitu untuk selalu bergerak dalam tempo sedang
frekuensi, intensitas, durasi, dan set dalam sampai cepat, yang cukup lama. Jadi yang
latihan. Dalam melakukan aktivitas/latihan dimaksud dengan endurance adalah
akan terjadi beberapa perubahan fisiologi kemampuan seseorang melaksanakan gerak
dengan seluruh tubuhnya, dalarn waktu yang
cukup lama dan dengan tempo sedang
sampai cepat tanpa mengalarni rasa sakit atlet maupun pelatih yang ingin
dan kelelahan berat. Bahwa bagi seorang meningkatkan

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 16

endurance, harus mengetahui benar bahwa berlatih dalam waktu yang lebih lama tanpa
yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan mengalami
kerja sistem jantung peredaran darah.
Namun, Cesar, Gonelli, dkk (2007) kelelahan, hal ini tentu dapat meningkatkan
berpendapat bahwa latihan endurance sangat prestasi atlet. Terdapat banyak faktor yang
penting bagi semua cabang olahraga. Karena mempengaruhi kenaikan prestasi seorang
dengan tingkat endurance yang tinggi, atlet. Salah satu faktor di antaranya adalah :
kualitas aktivitas yang berat seperti takaran latihan atau dosis latihan. Tetapi
melakukan sprint sambil menendang bola. tentu masih banyak lagi faktor lain yang
Akan tetap dipertahankan dengan tempo berpengaruh pada prestasi atlet.
tetap tinggi, selama pertandingan
SIMPULAN
berlangsung, apabila mereka masih tetap
segar untuk melakukan hal- hal yang sama Prestasi olahraga yang optimal tercapai,
selama pertandingan belum selesai. Dengan bila proses latihan diterapkan secara
demikian sistem jantungperedaran darah sistematis. Manajemen beban latihan harus
yang baik, maka kebutuhan biologis tubuh menjadi fokus perhatian. Terjadinya
pada waktu istirahat maupun latihan akan kesalahan dalam menerapkan prinsip beban
diperlancar. Kelancaran tersebut berlebih dan peningkatan beban yang
dimungkinkan alat-alat peredaran darah progresif akan selalu menimbulkan dampak
berisi darah yang memberikan zat-zat negatif. Informasi dari karakteristik faal atlet
makanan dan O2 yang sangat diperlukan menjadi titik tolak dalam membuat suatu
jaringan tubuh, dapat menjalankan fungsinya program latihan. Untuk memperbaiki
dengan sempurna. Berfungsinya alat-alat prestasi olahraga sebaiknya kita
tersebut akan makin sempurna dan efisien, memperhatikan energi yang kita pakai untuk
bilmana memperoleh latihan-latihan dengan menjalankan latihan. Tentunya selama
dosis/takaran yang benar dan tepat. menjalankan latihan ada beberapa hal yang
Demikian juga dengan beberapa perubahan penting antara lain takaran latihan harus
yang terjadi di dalam otot agar badan dipenuhi. baik intensitas dan frekuensinya.
mendapat penampilan (performance) yang Beberapa pengamatan, masih banyak atlet
memadai (George Cunningham2010). kitayang berlatih dengan takaran yang
Perubahan badan ini antara lain berupa kurang dan cukup, terutama takaran
kenaikan kapasitas otot-otot rangka dalam intensitasnya tidak mencapai training zone.
membakar glukosa dan lemak untuk energi Akibatnya prestasi sukar berkembang,
selama olah raga. Perubahan-perubaha ini meskipun frekuensi latihan sudah cukup.
menyehatkan yang bersangkutan dapat bahkan lebih. Untuk mendapatkan prestasi
yang tinggi berlatih dengan memenuhi uraian di atas terlihat jelas peran fisiolog
ketiga macam takaran yang diuraikan tadi, olahraga dapat membantu meningkatkan
sehingga tidak membuang waktu dan biaya prestasi atlet.
yang banyak untuk latihan-latihan. Uraian-

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 17

DAFTAR PUSTAKA reactions to physical activity classes: The


moderating effects of diversity beliefs.
Andersen, R. E. (1999). "Exercise, an
Active Lifestyle, and Obesity. Making the
Exercise Prescription Work." Physician and
Sportsmedicine.

Bafirman, HB. (2013). Kontribusi Fisiologi Journal of Sport Psychology. Vol. 41 - N. 4 -


Olahraga Mengatasi Resiko Menuju Prestasi October-December hlm 387-402
Optimal. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia. Volume 3. Edisi 1. Juli. ISSN:
2088-6802. Green JS, Crouse SF. (1995). The effects of
endurance training on functional capacity in
Bompa TO, 1990. Theory and Methodology the elderly a meta-analysis. Med Sci sports
of Training : The Key to Athletic Exer.;27:920-926.
Performance. 2nd edition. Iowa :
Kendall/Hun Pub . Company. Hammond, D.C. (2007). Neurofeedback for
the Enhancement of Athletic Performance
Cesar MC, Gonelli PRG, Seber S, and Physical Balance. The Journal of the
Pellegrinotti IL, Montebelo MIL. (2007). American Board of Sport Psychology
Comparison of physiological responses to Volume 1-1
treadmill walking and running in young
men. Gazz Med Ital. 166:163167. Jette, A. M., M. Lachman, M. M. Giorgetti,
S. F. Assmann, B. A. Harris, C. Levenson,
Fraga MJ, Cader SA, Ferreira MA, Giani M. WernickdanD. Krebs (1999). "Exercise--
TS, Dantas EH. (2010). Aerobic resistance, it's never too late: the strongfor-life
functional autonomy and quality of life program." American Journal of Public
(QoL) of elderly women impacted by a Health 89(1): 66.
recreation and walking program. Arch
Gerontol Geriatr. 52(1):40-43. Kraemer, W. J.danN. A. Ratamess (2004).
"Fundamentals of resistance training:
George, B. Cunningham. (2010). progression and exercise prescription."
Domographic dissimilarity and affective
Medicine & Science in Sports & Exercise Rumpis, Agus Sudarko. (2009). Peningkatan
36(4): 674. Kualitas Prosedur dan Evaluasi Olahraga
Unggulan Propinsi Kalimantan Timur.
Liliani, Puspa. (2009). Hubungan Fisiologi Jumal Olahraga Prestasi: Volume 5, No. 1
dengan Prestasi Olahraga. Jurnal Ilmiah Januari.
Abdi Ilmu: Vol. 2 No. 2.
Slentz, C. A., B. D. Duscha, J. L. Johnson,
Mock, V., K. H. Dow, C. J. Meares, P. M. K. Ketchum, L. B. Aiken, G. P. Samsa, J. A.
Grimm, J. A. Dienemann, M. E. Houmard, C. W. BalesdanW. E. Kraus
HaisfieldWolfe, W. Quitasol, S. Mitchell, A. (2004). "Effects of the amount of exercise
ChakravarthydanI. Gage (1997). Effects of on body weight, body composition, and
exercise on fatigue, physical functioning, measures of central obesity: STRRIDE--a
and emotional distress during radiation randomized controlled study." Archives of
therapy for breast cancer. 24: 991. Internal Medicine 164(1): 31.
Purba, 2012. Prestasi Puncak Atlet Tercapai Saibene F, Minetti AE. (2003).
dengan Menerapkan Iptek Olahraga, Biomechanical and physiological aspects of
Khususnya Ilmu Faal Olahraga” legged
http://www.unpad.ac.id

J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i , V o l u m e 1 1 , N o m o r 2 , J u l i 2 0 1 5 | 18

locomotion in humans. Eur J Appl Physiol. Walk-Run Transition Speed. Journal of


88(4-5):297-316. Exercise Physiology: Vol. 15 No. 5.

Tommy, Boone. (2012). Effect of Walking Wara, Kushartanti. (2009). Fisiologi dan
and Running on the Cardiorespiratory Kesehatan Olahraga.Fakultas Ilmu
System, Muscle Injury, and the Antioxidant Keolahragaan: UNY
System after 30 Min at the

Anda mungkin juga menyukai