Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Grecia Imelda

NIM : 032111133222

Bank memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan data dan informasi nasabah kecuali ada
izin tertulis dari nasabah atau jika diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Dalam
konteks transformasi digital perbankan, bank dapat memperoleh dan membagikan data nasabah
kepada pihak ketiga dengan izin nasabah, dan tindakan ini tidak akan dianggap sebagai
pelanggaran terhadap prinsip kerahasiaan. Namun, pemberian data nasabah harus dilakukan
dengan mematuhi prinsip-prinsip fidusia, kehati-hatian, dan asas amanah. Penyalahgunaan data
nasabah dapat berpotensi mengakibatkan sanksi administratif, sanksi pidana, dan
pertanggungjawaban perdata. Dengan demikian, bank harus menjaga kepercayaan nasabah dan
memastikan perlindungan data nasabah dalam semua aspek operasional mereka. Open Banking
(OB) adalah sebuah ekosistem keuangan khusus yang diatur oleh sejumlah profil keamanan,
antarmuka aplikasi, dan pedoman untuk pengalaman pelanggan. Ekosistem OB memberikan
lebih banyak pilihan dan informasi kepada konsumen, memungkinkan interaksi dan pergerakan
uang yang lebih mudah antara lembaga keuangan dan entitas lain yang berpartisipasi dalam
ekosistem keuangan tersebut. OB juga memfasilitasi masuknya pemain baru ke dalam sektor
bisnis keuangan melalui ekosistem tersebut. Dalam OB, Bank dapat memperoleh dan
membagikan data keuangan pelanggan kepada ihak ketiga. Dalam hal ini, UU Perbankan
memiliki pengecualian tertentu yang memungkinkan bank untuk mengungkapkan informasi
tersebut dalam konteks OB. Pengecualian tersebut termasuk kepentingan perpajakan, pelunasan
piutang bank, kepentingan peradilan dalam perkara pidana dan perdata, pertukaran keterangan
tertulis antar bank atas permintaan, persetujuan, atau surat kuasa dari penyimpan yang
ditentukan. Namun bank harus tetap menjalankan kegiatan mereka dengan mematuhi asas
fidusia, kehati-hatian, dan kerahasiaan, dan hanya mengungkapkan informasi nasabah sesuai
dengan ketentuan hukum yang ada. Dengan demikian, meskipun OB membuka potensi
pertukaran data yang lebih luas, prinsip-prinsip hukum dan kerahasiaan tetap menjadi landasan
utama dalam aktivitas perbankan terbuka. kewajiban kerahasiaan bank mencakup semua
informasi nasabah, termasuk informasi yang diberikan sebelum, selama, dan setelah hubungan
bankir-nasabah. Bank memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan semua informasi
nasabah selama hubungan mereka berlangsung. Hal ini tidak hanya mencakup data yang
diberikan oleh nasabah setelah perjanjian kontrak dimulai, tetapi juga informasi yang diberikan
sebelumnya. Open Banking membutuhkan mekanisme pengendalian risiko yang ketat terkait
dengan perlindungan data, keamanan, pengoperasian sistem, dan integritas transaksi. Akses
terhadap data dalam konteks Open Banking harus didasarkan pada persetujuan konsumen
sebagai salah satu langkah penting untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan data konsumen.
Ketika bank mengungkapkan data konsumen, hal ini tidak melanggar ketentuan kerahasiaan data
asalkan dilakukan atas inisiatif dan persetujuan tertulis dari konsumen pemilik data tersebut.
Kekhawatiran terhadap keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, dan risiko yang terkait dengan
Open Banking adalah hal yang signifikan dan perlu diperhatikan dalam pengembangan pasar
perbankan online. Pentingnya mekanisme pengendalian risiko dan persetujuan konsumen dalam
Open Banking juga terlihat dalam regulasi seperti Peraturan Bank Indonesia No. 22/23/PBI/2020
tentang Sistem Pembayaran, yang mencakup ketentuan perbankan terbuka. Selain itu, Open
Banking merupakan bagian dari inisiatif Cetak Biru Sistem Pembayaran Indonesia 2025, yang
akan mencapai standarisasi melalui penggunaan API terbuka, yang mencakup berbagai aspek
termasuk data, aspek teknis API, keamanan, dan tata kelola, serta standar kontrak. Hal ini akan
memungkinkan keterbukaan informasi keuangan dan meningkatkan keterkaitan antara bank dan
fintech dalam ekosistem keuangan. persetujuan yang diberikan oleh konsumen kepada bank
untuk memberikan data dan informasi kepada pihak ketiga memiliki konsekuensi hukum yang
kuat. Klausul dalam dokumentasi pembukaan rekening yang telah disetujui oleh konsumen akan
mengikat kedua belah pihak, sesuai dengan prinsip pacta sunt servanda yang menyatakan bahwa
segala perjanjian yang sah akan menjadi undang-undang bagi pihak yang membuatnya. Konsep
"mengikat sebagai undang-undang" mengindikasikan bahwa perjanjian yang sah memiliki status
hukum yang setara dengan undang-undang. Oleh karena itu, jika salah satu pihak merasa
dirugikan dalam perjanjian tersebut, mereka memiliki hak untuk mencari jalan hukum, seperti
mengajukan gugatan terhadap pihak lain. Ini menunjukkan bahwa perjanjian yang sah
memberikan dasar hukum yang kuat bagi para pihak yang terlibatDalam hal ini perlu
diperhatikan juga asas kebebasan berkontrak, yang memberikan kekuasaan kepada para pihak
untuk mengikat satu sama lain melalui kontrak. Dengan demikian, kekuasaan untuk membuat
perjanjian adalah hak yang dilindungi secara hukum dan memberikan fleksibilitas bagi pihak-
pihak yang terlibat dalam perjanjian untuk membangun hubungan mereka sesuai dengan
kesepakatan mereka.

Anda mungkin juga menyukai