Setinggi Langit
Setinggi Langit
Hari ini adalah hari pertama sekolah bagi seorang anak yang memiliki paras wajah
yang tampan, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang tinggal di desa kecil di
pinggiran gunung. Desanya terletak begitu jauh dari sekolah terdekat, namun
tekadnya untuk mendapatkan pendidikan setinggi langit tidak pernah pudar.
Setiap hari, Aal harus berjalan kaki melewati hutan dan sungai, menempuh
perjalanan yang memakan waktu hingga dua jam untuk sampai ke sekolahnya.
Namun, jauhnya jarak bukanlah halangan bagi anak yang penuh semangat ini.
Aal tumbuh dalam keluarga sederhana, namun harapannya begitu besar. Ia bermimpi
suatu hari nanti bisa menjadi orang bermanfaat untuk membantu masyarakat
desanya. Setiap langkah kakinya menuju sekolah adalah langkah-langkah menuju
mimpinya yang setinggi langit.
Walaupun perjalanan menuju sekolah begitu melelahkan, Aal selalu tiba di sekolah
dengan senyuman di wajahnya. Guru dan teman-temannya tidak bisa tidak
terinspirasi oleh semangatnya yang luar biasa. Aal selalu duduk di barisan depan,
memerhatikan setiap pelajaran dengan penuh antusiasme.
Suatu hari, guru Aal memberikan tugas untuk membuat esai tentang harapan dan
impian mereka. Aal dengan semangat menulis tentang impian besar untuk
memberikan pendidikan kepada anak-anak desanya. Ia bermimpi suatu hari nanti
desanya akan menjadi tempat di mana setiap anak mendapatkan kesempatan yang
sama untuk belajar dan berkembang.
Tulisan Aal tidak hanya menjadi inspirasi bagi teman-temannya tetapi juga mendapat
perhatian dari pihak sekolah. Aal diundang untuk berbicara di acara sekolah tentang
tekadnya untuk meraih pendidikan setinggi langit dan menginspirasi teman-
temannya untuk mengikuti jejaknya.