Anda di halaman 1dari 1

Bismilllaahirrahmaanirrahiim

AKHLAQ TERPUJI:
PANTANG MENYERAH
Anak-anak, kadang Allah Subhaanahu wa Ta’ala memberikan kita kehidupan yang tidak
mudah. Namun sebagai muslim, kita tidak boleh putus asa (putus harapan) dan harus bersikap
pantang menyerah.
Mengapa demikian? Sebab keadaan itu adalah rizqi dan ujian dari Allah. Semua yang berasal
dari Allah, pasti di dalamnya ada kebaikan. Karenanya kita harus bersabar dan Allah pasti akan
menolong orang-orang yang sabar.
Teladan terbaik tentang sabar dan pantang menyerah adalah para Nabi dan Rasul. Para Nabi
dan Rasul mendapat ujian yang paling berat dari Allah, namun tidak ada satu pun dari para Nabi
dan Rasul yang putus asa. Semuanya pantang menyerah.
Bagaimana dengan anak-anak dan orang-orang di masa sekarang? Ternyata ada juga lho
anak-anak dan orang dewasa yang pantang menyerah. Kisah-kisah berikut adalah contohnya.

Anak-anak SD di pedalaman Bone.


Bagi anak-anak pedalaman Bone, berangkat sekolah adalah tantangan yang sangat berat,
bahkan tak jarang membahayakan nyawa. Namun, anak-anak SD di pedalaman Bone, Sulawesi
Selatan (Sulsel) tetap memiliki semangat tinggi untuk menimba ilmu.
Salah satunya adalah kakak-adik Yudding dan Nursabbi. Kakak-beradik ini harus menempuh
jarak 7 kilometer dari rumah mereka ke sekolah. Jarak sejauh itu ditempuh selama 4 jam dengan
berjalan kaki sehingga kakak-adik ini harus berangkat jam 3 dini hari agar tidak terlambat.
Jangan bayangkan mereka berjalan di setapak yang mulus. Setiap hari, Yudding dan
Nursabbi harus melewati hutan dan 6 sungai untuk berangkat sekolah. Keduanya rawan bertemu
hewan buas di sepanjang jalan. Untuk berjaga-jaga, Yudding dan Nursabbi pun membawa 'bekal'
berupa parang. Setidaknya alat ini membantu mereka melindungi diri serangan hewan buas yang
sewaktu-waktu bisa terjadi.
"Saya bawa parang karena takut sama ular. Kalau bawa parang dapat ular, langsung saya
tebas saja," tutur Yudding. Meski sangat jauh dan berbahaya, Yudding dan Nursabbi tidak ingin
menyia-nyiakan kesempatan belajar di sekolah. Mereka sama seperti anak-anak lainnya yang
punya cita-cita yang tinggi. Mereka sadar, untuk mencapai cita-cita tersebut, mereka harus
bersekolah.

Anak Pengemudi Ojek Online tapi Bisa Kuliah di Luar Negeri


Nisa adalah anak seorang pengemudi ojek online. Sejak masih muda, Ayah Nisa merantau
(pergi jauh) dari Pacitan Jawa Timur ke Jakarta untuk mencari nafkah. Akhirnya mendapat
pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih dan keamanan di sebuah sekolah. Setelah itu menjadi
pengemudi ojek online. Ibunya menjadi pembantu/asisten rumah tangga. Ayah Ibu Nisa hanya
lulusan SD.
Dari kecil, Nisa bertekad untuk sekolah tinggi. Meski orang tuanya miskin, Nisa tidak
pantang menyerah. Dia belajar keras agar mendapat juara di sekolah. Jika kita menjadi juara, ada
pihak-pihak yang akan memberi biaya sekolah kepada kita. Bantuan ini disebut beasiswa. Nisa
berusaha mendapat beasiswa untuk semua sekolah.
Nisa menyampaikan bahwa sikap pantang menyerah dicontoh dari Ibunya. Meski miskin
dan hanya bekerja sebagai pembantu/asisten rumah tangga, Ibunya selalu bertekad agar
anaknya sekolah tinggi dan sukses.
Dengan kegigihan dan terus-menerus berdoa memohon kepada Allah, Nisa akhirnya lulus
dari SMP, SMA, bahkan bisa lulus dari perguruan tinggi terkenal di Indonesia. Karena nilainya
bagus, Nisa mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah di Eropa.
Siapa sangka anak pengemudi ojek bisa sekolah di luar negeri? Namun dengan
keshalihan dan sikapnya yang pantang menyerah, Nisa akhirnya mendapat kesempatan itu.
Sekarang Nisa sudah lulus sekolah di luar negeri dan mendapat pekerjaan di salah satu lembaga
internasional.

Dari kisah-kisah di atas, kerjakan tugas di bawah ini:


1. Menurut kamu, apakah hidupmu sulit dan susah? Mengapa demikian?
2. Apakah kamu sudah bersikap pantang menyerah? Berikan contoh sikap pantang
menyerahmu!

Anda mungkin juga menyukai