Anda di halaman 1dari 6

Sabtu, 17 Februari 2001

Seorang gadis perempuan nan mungil terlahir ke dunia dengan


selamat. Salah satu rumah sakit ternama, RS Pantiwilasa Citarum telah
menjadi saksi bisu datangnya kado terindah dari Sang Pencipta bagi
pasangan suami istri Bapak Hasanudin dan Ibu Suhartini. Ia tumbuh
dengan sangat baik dan sehat. Hingga saat ini belum ada riwayat sakit
khusus yang dideritanya.
Cantik, baik dan ceria! Itulah kesan pertama yang kita temui
ketika mengenalnya. Ya, dia adalah Rania Tasya Ifadha, seorang gadis
kelahiran Semarang, 17 Februari 2001. Ia adalah putri sulung dari dua
bersaudara. Saat ini ayahnya bekerja di sebuah perusahaan kapal
pengangkut minyak di bagian teknisi mesin. Jika mesin kapal
mengalami kerusakan maka papahnya akan segera beraksi.
Sedangkan ibunya bekerja sebagai penata rias. Tak jarang, mamahnya
ikut menjadi penata rias dalam berbagai acara sekolah termasuk
Pensaga, salah satu acara terbesar SMAN 3 Semarang.
Namun, siapa sangka bahwa dibalik nama Rania Tasya Ifadha
terdapat sebuah rahasia. Rania adalah singkatan dari Ratu Yordania.
Tasya adalah singkatan dari Thailand - Surabaya. Saat ia lahir,
kebetulan ayahnya sedang berlayar dari Thailand ke Surabaya.
Sedangkan Ifadha adalah singkatan dari Idul Fitri Idul Adha. Ia juga
memiliki seorang adik laki - laki yang bernama Rikaz Aryo Fassya. Ia
biasa dipanggil Riyo, singkatan dari Rikaz Aryo.
Saat ini, gadis yang akrab disapa Iren ini tinggal di Jalan Singa
Timur 1 No. 29, Kelurahan Kalicari, Kecamatan Pedurungan. Ia tinggal
bersama kedua orang tuanya dan adiknya. Kakak sepupunya, Mas
Iqbal, Mas Dery dan Mas Rian juga ikut tinggal di rumah Iren karena
mereka sedang kuliah di AMNI. "Mas Iqbal udah mau kerja, Mas Dery
tinggal nunggu ijazah, kalau Mas Rian masih kuliah. Mereka semua
ingin mengikuti jejak papahku di pelayaran," begitu tuturnya. Eyang,
tante, om, dan adik sepupunya juga tinggal di dekat rumahnya
sehingga baik mereka maupun iren sangat sering mengunjungi satu
sama lain.
Tak hanya "Iren", ia juga memiliki nama panggilan lain yang
cukup banyak. Orang - orang di rumahnya juga sering memanggilnya
dengan sebutan Reni, Rani, atau Airen. Si Kembar Olin dan Ais, adik
sepupunya, juga suka memanggilnya dengan sebutan Takyen.
Iren mengklaim dirinya sangat doyan makan, terutama ayam
goreng dan bakso. Sekali lahap, satu dua porsi terlampau. Untuk
minuman favorit, ia hanya memilih air putih dan es teh. Ia menyukai
minuman yang sehat. Meski demikian, ia memiliki tubuh yang sangat
ramping. Bahkan ia tidak melakukan diet atau sejenisnya. "Mungkin

udah dari sananya kali hehe," begitu ujarnya ketika ditanya mengapa
ia bisa memiliki tubuh yang kurus.
Kucing? Oh jangan ditanya, Iren sangat anti dengan hewan yang
satu ini. Jika matanya menangkap adanya sosok kucing dari jarak
sekian meter saja, sudah dipastikan Iren berlari, berteriak, atau segera
memegang erat - erat siapapun yang ada di dekatnya. Sejak kecil, ia
menderita Aelorophoby atau fobia terhadap kucing. "Wajahnya
medeni! Apalagi anak kucing sukanya ngintilan! Bulu bulunya juga
bikin geli."
Tak jauh beda dengan si kucing, jika Iren melihat boneka hello
kitty dan barang - barang cantik berwarna pink maka ia juga bisa
menjadi sangat heboh. Bukan karena takut atau sebagainya, tetapi
karena ia sangat menyukai dua hal tersebut. Bisa jadi referensi buat
Anda yang mau membelikan Iren kado atau kenang - kenangan, nih!
~oo00oo~
Seperti halnya kebanyakan orang, ia juga memiliki berbagai
pengalaman unik sejak kecil. Gadis yang menghabiskan masa kanak kanaknya di Play Group Mutiara dan TK PGRI 35 Kalicari ini mengaku
bahwa ia adalah anak paling berbeda dan paling heboh di kelasnya
-kapanpun dan dimanapun. Misalnya ada salah satu temannya yang
ulang tahun, maka ia akan berdandan ala princess, memakai make up,
mahkota, dan sebagainya. Bahkan kecantikannya bisa mengalahkan
temannya yang sedang ulang tahun, wah wah.
Iren juga suka bertingkah aneh semasa ia kecil. Contohnya saja
saat ada perkumpulan atau rapat orang tua di TKnya, ia suka berjalan
merangkak masuk melalui kaki - kaki meja TK. Kemudian ia mendekati
mamahnya untuk minta dot susu kesukaannya dan tidur di bawah
meja dekat kaki mamahnya.
"Aku itu tipikal anak pemalu apalagi kalau di depan orang
banyak" Begitu ujarnya. Meski demikian, selama duduk di bangku TK
Iren sangat aktif mengikuti berbagai lomba dan ekstrakurikuler. Ia juga
telah beberapa kali mendapatkan penghargaan "Best Modeling" dan
memenangkan berbagai lomba mewarnai, salah satunya menjadi juara
kedua pada lomba mewarnai tingkat kota serta menjadi best modeling
pada kontes yang diselenggarakan oleh RRI. Tak hanya itu, Iren dan
teman - temannya juga sering tampil menari tradisional atau bahkan
menari tarian India.
Setelah lulus TK, ia pun segera mendaftarkan diri di beberapa SD.
Selama masa pendaftaran SD ia mengaku kesulitan untuk
mendafarkan diri karena usia yang belum mencukupi. Berbagai sekolah
ia coba, seperti SDN Kalicari 02, SDN Palebon 01, termasuk SD

Supriyadi. Kedua orang tua Iren pantang menyerah meminta sekolah


tersebut untuk melakukan tes yang layak kepada Iren agar Iren bisa
diterima. Karena semangat dan tekad belajar Iren yang besar, Iren bisa
menjawab semua tes yang diberikan dan akhirnya sekolah - sekolah
tersebut bersedia menerima Iren. Iren dan keluarganya menjadi
bimbang karena semua sekolah tersebut mengakui kecerdasan Iren
yang luar biasa. Tetapi akhirnya Iren memilih SD Supriyadi. "Aku milih
SD Supriyadi soalnya deket dari rumah dan aku suka seragamnya
memakai kerudung."
Di sinilah ia melewati banyak kejadian,baik yang menyenangkan
maupun menyedihkan. Beruntungnya, Iren selalu memiliki sahabat di
sampingnya. Mereka adalah Azizah Fatin Nashirah atau yang biasa
dipanggil Azizah dan Jhohana Ratna Ayu Estiningtyas atau yang sering
dipanggil Nana. "Waktu SD, aku sama temen-temen sering banget
nyampur - nyampur makanan misalnya pangsit campur garam campur
kecap campur sambel dll. Pokoknya campur campur engga karuan!"
kata Iren mengenangkan masa lalunya yang kocak. "Tapi habis itu
engga ada yang makan."
Saat di kelas dua, ia juga pernah kesal dengan temannya yang
usil saat di kolam renang. "Waktu itu aku mau loncat dari tepi kolam
renang, tapi ada temenku yang usil ngejorokin aku. Alhasil kakiku
nyangkut di tepi kolam dan keseleo. Spontan aku nangis dengan
keras," ujarnya sambil tertawa. Meski dahulu Iren sempat kesal, tetapi
saat ini ia telah memaafkannya.
Lantas, seperti apa pengalaman buruk Iren? Baginya,
pengalaman terburuknya adalah ketika ia kehilangan salah satu
sahabatnya untuk selamanya. ... telah meninggal dunia pada tahun
2008? karena penyakit thypus dan demam berdarah akut. Iren masih
sangat ingat ketika ia menjenguknya untuk terakhir kali di
kediamannya yang sangat dekat dengan sekolahnya. Meski bisa
terbilang masih kecil, tetapi Iren bisa merasakan arti kehilangan.
Bahkan iren juga turut menitihkan air matanya. "Beberapa hari setelah
kematiannya, aku dititipi boneka sama budhenya. Jujur, aku terharu
banget."
Iren pun tak ingin lama - lama terlarut dalam kesedihan. Di tahun
yang sama, ia membuktikannya dengan memenangkan sebuah Lomba
Cerdas Cermat yang diselenggarakan oleh UPTD Pendidikan. Iren dan
kawan kawannya berhasil meraih juara ketiga. Tak hanya itu, Iren juga
berhasil lulus dengan predikat nilai UN terbaik di SDnya, yaitu sebesar
28,90.
Dengan modal nilai UN yang sangat baik dan kemampuan
akademis serta non akademisnya, iren memberanikan diri untuk
mendaftar di SMPN 2 Semarang yang saat itu merupakan SMP RSBI

dan salah satu SMP favorit di Kota Semarang. Setelah melewati


berbagai tes, ia berhasil diterima. Tak hanya itu, setelah melihat
pengumuman pendaftaran akselerasi ia tak segan segan untuk
mencoba mendaftar. Hebatnya ia bisa menjadi satu dari dua puluh
anak yang terpilih. Hebat sekali bukan?
Selama di SMP ia mengaku mendapatkan banyak teman baru,
dan pengalaman baru. Ia telah beberapa kali menghabiskan waktunya
bersama teman temannya dengan berjalan kaki pada jarak yang cukup
jauh. Sebut saja ia pernah berjalan kaki bersama teman temannya dari
sekolahnya, SMPN 2 Semarang sampai Lotte Mart yang jaraknya
sekitar 1,5 kilometer! Ia juga pernah berjalan kaki dari tempat kelasnya
latihan pentas seni di Jalan Veteran sampai Bunderan Simpang Lima.
Meskipun jauh tapi Iren sangat menikmati waktu berharganya bersama
teman - teman. Ia bisa bersenda gurau dan bercanda tawa bersama
teman temannya selama di jalan sekaligus olahraga.
Selain itu, hal yang ia sukai saat di SMP adalah sering diadakan
study tour, atau rekreasi untuk kelas akselerasi. "Waktu jalan jalan
aksel terakhir, kami jalan jalan ke Jakarta, Bandung dan Bogor. Waktu
nginep di 'Pop Hotel' Bandung, aku sekamar sama Vania, dan Devina.
Saat itu kami mau main ke kamar teman kami yang lain untuk ikut
memesan makanan delivery. Kami pun keluar kamar dalam keadaan
tanpa alas kaki. Parahnya kami lupa meninggalkan kunci kamar di
dalam dan setelah kami menutup pintu dari luar, pintu secara otomatis
terkunci. Sontak kami sangat terkejut dan panik." Iren pun tidak bisa
menutupi ekspresi malunya. "Akhirnya kami turun ke lobby dalam
keadaan tanpa alas kaki dan meminta petugas hotel untuk membuka
kamar kami. Ternyata juga ada adek kelas aksel kami yang mengalami
hal serupa!"
Meski hanya menyelesaikan sekolah menengah pertama selama
dua tahun, namun Iren juga tetap berprestasi baik di bidang akademis
maupun non akademis. Pada tahun 2003, Iren yang termasuk dalam
anggota "Espero Choir" berhasil memenangkan medali perak dalam
"..." yang diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro pada tingkat
nasional. Selain itu, Iren juga sekali lagi berhasil menjadi peraih nilai
UN terbaik di kelasnya dengan skor 37,95. Wah, kecil - kecil cabe rawit
ya!
Nilai UNnya yang sangat baik dan juga nilai piagam yang ia miliki
akhirnya bisa mengantarkan Iren menuju jenjang pendidikan
selanjutnya. Saat ini Iren telah menjadi siswa SMAN 3 Semarang, salah
satu SMA favorit di Semarang. Di SMA ini lagi lagi ia mengambil
program akselerasi. Awalnya ia sempat ragu, namun ia segera
memantapkan hati untuk mengikuti akselerasi. Sama seperti saat di
SMP, Iren pun mengikuti tes penjurusan dilanjutkan dengan psikotes
khusus untuk akselerasi. Dan hasilnya ia berhasil diterima. Baginya

tidaklah sulit untuk beradaptasi dengan teman temannya karena


separuh dari siswa kelasnya adalah teman sekelasnya saat SMP. "Yang
sulit adalah menyesuaikan materinya," katanya. "Tidak seperti saat
SMP, aksel SMA rasanya lebih sulit. Beberapa dari kami sering tidak
tuntas saat ulangan. Tapi lama - lama terbiasa juga, hehe"
Iren pun tak ingin menyia - nyiakan waktunya yang sangat
singkat di SMA. Ia mengikuti beberapa ekstrakurikuler untuk mengisi
waktu senggangnya sepulang sekolah. Ia pun juga cukup aktif di
organisasi ekstrakurikulernya, yaitu Forum Diskusi Ilmiah (FDI) dan
Club In English (CIE).
~oo00oo~
Banyak hal yang ingin dilakukan oleh Iren di masa yang akan
datang. Jika ditanya apa cita - citanya, maka ia akan menjawabnya
tanpa
keraguan
sedikit
pun.
"Aku
ingin
menemani
dan
membahagiakan kedua orang tuaku." Gadis yang sangat suka menari
ini berjanji ingin selalu menjaga, mendoakan, dan menjaga nama baik
kedua orang tuanya dan keluarganya. Wah, benar benar putri
dambaan semua orang tua.
Bisa masuk ke sekolah favorit tentunya merupakan suatu hal
yang sangat membanggakan bagi orang tuanya. Ia mengaku sangat
bahagia bisa mewujudkan salah satu impian kedua orang tuanya
tersebut. Di masa depan, ia berharap bisa menghantarkan kedua
orang tuanya naik haji.
Di sisi lain, ada hal yang tak bisa Iren lakukan untuk kedua orang
tuanya. Yakni masuk ke fakultas kedokteran. Semua orang tahu bahwa
fakultas kedokteran adalah fakultas terfavorit, dan menjadi
kebanggaan tersendiri. Dibandingkan Fakultas Kedokteran, Iren lebih
ingin melanjutkan pendidikannya di Teknik Kimia UGM. Uniknya,
setelah menyelesaikan kuliah S1nya ia ingin melanjutkan kuliah lagi.
Keren, ia suka sekali belajar ya?
Saat memikirkan pekerjaan apa yang ia inginkan, hal pertama
yang ia pikirkan adalah ia tidak ingin menjadi pegawai PNS. Mengapa?
"Soalnya liburnya dikit," candanya. "Lagipula aku tidak ingin
bergantung pada orang lain, jadi aku bercita cita untuk bekerja
wiraswasta." Lalu, hal kedua yang ia pikirkan adalah ia tidak akan
bekerja di pelayaran. Papahnya berkata bahwa beliau berharap
keluarganya bisa memiliki pekerjaan yang bermacam - macam atau
yang berbeda bidang. Selain itu juga sudah banyak sanak saudara
yang bekerja di pelayaran. Beliau ingin Iren bisa mewujudkan apa yang
ia inginkan, pekerjaan apapun itu sehingga ia bisa mengerjakannya
dengan sepenuh hati.

Iren pun menambahkan bahwa ia juga ingin meneruskan usaha


tata rias milik mamahnya sebagai pekerjaan sampingannya kelak. Iren
bahkan sudah banyak belajar mengenai tata rias, make up, hingga
penataan busana. Tampaknya bakat dari mamahnya menurun
padanya. "Semoga semua impianku bisa tercapai," imbuhnya.

Anda mungkin juga menyukai