Anda di halaman 1dari 6

Diplomasi adalah aktivitas politik yang terjadi dalam konteks hubungan internasional yang rumit

dan saling memengaruhi, yang melibatkan peran pemerintah dan organisasi internasional dalam
mencapai tujuan-tujuannya. Ini melibatkan perwakilan diplomatik atau entitas lain.
Diplomasi budaya adalah usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjalin hubungan
diplomatik dengan menggunakan unsur-unsur budaya dari negara tersebut. Ini dilakukan dengan
cara memperkenalkan dan memperluas pengetahuan tentang budaya yang relevan. Dalam
praktiknya, diplomasi budaya melibatkan pertukaran informasi budaya atau kegiatan budaya
lainnya yang diadakan di negara lain dengan tujuan untuk menarik perhatian penduduk asing
terhadap budaya tersebut. Untuk mendukung diplomasi budaya, elemen budaya yang digunakan
tidak hanya mencakup unsur-unsur tradisional, tetapi juga melibatkan unsur-unsur budaya
populer saat ini, seperti film, festival, dan karya sastra kontemporer. Diplomasi budaya juga
melibatkan inisiatif pendidikan, seperti pelatihan bahasa asing dan program pertukaran pelajar.
Ajang olahraga internasional, seperti Olimpiade dan Piala Dunia, selalu digunakan sebagai
platform diplomasi budaya oleh negara tuan rumah.
Milton Cummings mendefinisikan diplomasi budaya sebagai pertukaran ide, informasi, seni, dan
aspek budaya lainnya dengan tujuan untuk mempromosikan pemahaman bersama antara negara
dan masyarakatnya. Budaya memiliki daya tarik yang kuat karena keunikan dan perbedaannya,
yang dapat dengan mudah menarik minat individu ketika mereka terpapar kebudayaan tersebut.
Dengan demikian, diplomasi budaya dapat membuka peluang kerja sama dalam bidang-bidang
lain seperti ekonomi, politik, dan keamanan, serta memelihara hubungan yang kuat antara
negara-negara dan komunitas mereka.

SEJARAH DIPLOMASI BUDAYA


Dalam zaman sebelum zaman modern, pedagang sering berperan dalam diplomasi budaya.
Pedagang dari berbagai daerah berinteraksi satu sama lain dan terkadang bertukar hadiah sebagai
tanda persahabatan. Diplomasi budaya pada periode ini didukung oleh Jalur Sutera, yang
menghubungkan pedagang dari Asia Timur dengan mereka dari Eropa dan Timur Tengah.
Contoh awal penggunaan diplomasi budaya untuk mencapai kepentingan nasional terjadi ketika
Kekaisaran Bizantium menyebarkan agama Kristen untuk memperluas pengaruhnya di wilayah
lain. Selama masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid, hubungan antara Dinasti Abbasyiah dan
Kekaisaran Romawi ditandai oleh pertukaran hadiah. Harun Ar-Rasyid memberikan
Charlemagne berbagai hadiah, termasuk kain sutra, lilin kuningan, parfum, balsam, catur gading,
tenda kolosal dengan tirai berwarna, dan jam air. Hadiah-hadiah ini berpengaruh pada seni
Carolingian.
Selama Perang Dingin, diplomasi budaya digunakan untuk menyebarkan ideologi yang berbeda
antara Blok Barat dan Blok Timur, yang saling berseteru. Blok Barat mempromosikan ideologi
liberalisme, sementara Blok Timur menyebarkan ideologi komunisme. Akhir dari Perang Dingin,
yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet, mengubah tatanan politik global dari yang
sebelumnya bersifat bipolar menjadi multipolar.
Kata Hallyu dapat diartikan sebagai sebuah tren budaya populer. Selain itu kata hallyu juga dapat
diartikan sebagai sebuah gelombang besar yang kemudian meluas dari ideologi politik-ekonomi
yang sederhana menuju model budaya dan peradaban yang lebih berbeda setelah adanya perang
dingin (Bok-rae, 2015). Hallyu merupakan agen utama dalam budaya populer di Asia Timur.
Adanya ketertarikan yang besar pada budaya korea menyebabkan budaya korea setara dengan
budaya populer dari barat. Para ahli menyatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi awal dari
lahirnya Hallyu yang semakin mendunia. Pertama hallyu lahir dari adanya keberhasilan ekonomi
industrialisasi Korea Selatan pada tahun 1990an. Dalam ekonomi, kata hallyu dianggap sebagai
simbol kekuatan teknologi budaya dimana perusahaan Korea Selatan terus melakukan inovasi
sehingga terbentuklah budaya yang lebik baik. Adanya hallyu telah memberikan manfaat bagi
perusahaan di Korea Selatan. Jika dilihat dari sisi ini maka hallyu bukan hanya sekedar
fenomena budaya, melainkan lebih dari itu berupa ekonomi dan industri.
Kedua, dalam hallyu terdapat daya tarik tersendiri yang dapat memikat masyarakat luas.
Kata Hallyu atau Korean Wave merujuk pada rasa suka terhadap budaya Korea Selatan. Pada
awalnya korean wave hanya meluas pada daratan Asia Timur seperti Jepang, Tiongkok, dan
Hongkong. Namun, lebih jauh dari itu Korean Wave telah masuk dan meluas pada negara-negara
di Asia Tenggara serta Benua Eropa dan Amerika. Kata “hallyu” pertama kali dikenalkan pada
tahun 1999 dimana drama korea mendapatkan puncak tertinggi pertama kalinya di Tiongkok.
Pada tahun 1990an drama korea memiliki peminat besar di negeri tirai bambu tersebut.
Ketertarikan yang dirasakan para penggemar terhadap drama korea dikarekanakan Korea Selatan
menampilkan fashion serta cerita yang tidak biasa. Fashion yang digunakan oleh para pemain
banyak diminati oleh perempuan tiongkok saat itu, sehingga banyak dari mereka meniru gaya
style Korea Selatan. Popularitas yang tinggi terhadap drama korea memberikan keuntungan
terhadap industri hiburan korea. Disisi lain juga memberikan dampak yang positif terhadap
pandangan dunia kepada Korea Selatan. Korea Selatan dianggap sebagai negara modern yang
tidak meninggalkan budaya tradisionalnya. Korea Selatan melihat popularitas yang dihasilkan
dari drama korea tersebut sebagai peluang yang kemudian pemerintah memaksimalkannya.
Pemerintah bersama warga korea saling bahu-membahu menciptakan Korea Selatan yang
semakin maju melewati batas-batas negara dengan kebudayaan yang dimiliki.
Ketiga, para kritikus meyakini bahwa hallyu lahir bukan dari adanya kelebihan yang
menjadikannya unik. Akan tetapi campuran dari berbagai budaya ini dapat dilihat dari musiknya
yang tidak tradisional melainkan budaya pop kontemporer, seperti musik dance, ritme dan blues,
funk, lagu hip-hop yang dinyanyikan dan disebarluaskan oleh grup idola yang berasal dari Korea
Selatan. Namun, terlepas dari itu hallyu dapat digunakan sebagai soft power yang dapat
berfungsi menjadi penghubung terjadinya kerja sama antar negara-negara. Korea Selatan
menyadari bahwa budaya merupakan sebuah kekuatan besar. Bahwa budaya dapat dijadikan alat
untuk melakukan diplomasi sehingga terciptalah hubungan yang positif antar dua negara.
Korean wave merupakan bentuk-bentuk culture Korea Selatan yang meluas keseluruh
penjuru. Bentuk culture itu dapat berupa bahasa, makanan tradisional, baju tradisional, film khas
korea serta musik khas korea. Saat ini Korean Wave dapat secara mudah masuk kesuatu negara.
Salah satunya yang tidak terlewat adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat sebagai awal dari
lahirnya music pop tidak terlewat dari adanya gelombang korea ini. Beberapa tahun belakangan
ketika K-POP semakin mendunia Amerika Serikat turut mengalamai koreanisasi. Ini dapat
dilihat dari maraknya grup K-POP yang tampil secara langsung disana serta beberapa festival
yang menampilkan budaya korea. Pada dasarnya adanya K-POP dan Festival budaya di Amerika
Serikat merupakan salah satu langkah Korea Selatan dalam memperluas pasarnya. Sebagaimana
yang diketahui Amerika Serikat merupakan target pasar yang besar sehingga Korea Selatan
berkeinginan untuk memperluas jaringannya dengan menembus pasar tersebut. Untuk mencapai
tujuan tersebut dan mempermudah hubungan bilateral diantara dua negara Korea Selatan
melakukan cara diplomasi budaya lewat korean wave yang dapat diterima diseluruh dunia.
Perluasan pada pasar Amerika Serikat ini didasari pada Hallyu 2.0. Media Jepang menggunakan
istilah Hallyu 2.0 untuk menginformassikan mengenai adanya kegiatan showcase yaitu sebuah
penampilan lagu baru oleh Girls' Generation yang merilis single digital pertamanya di Tokyo.
Dalam hallyu 2.0 perluasan jangkauan dilakukan dari yang awalnya budaya pop kotemporer
seperti yang dijelaskan diatas kemudian beralih menjadi budaya tradisional yang
memperkenalkan hangul, hansik, dan hanom. Selain itu hallyu 2.0 dilakukan untuk mencapai
sebuah kemajuan global yang target pasarnya bukan hanya berada di Asia melainkan juga di
wilayah Eropa, Amerika, dan Afrika. Pada awalnya pra ahli pesimis atas keberhasilan hallyu ini.
Sebagaimana yang diketahui bahwa budaya dari luar sulit untuk masuk ke barat. Pasar mereka
yang besar dan mendominasi menjadikan tantangan tersendiri bagi Korea Selatan. Dengan
dukungan pemerintah Korea Selatan yang telah turut adil dalam memperluas hallyu serta industri
hiburan korea maka budaya korea dengan cepat meluas dan menjadikannya tren di suatu negara.
Selain itu media sosial juga turut berperan besar dan penting dalan meluasnya budaya korea.
Seperti seorang blogger asal Amerika ia memanfaatkan media sosial dengan memperkenalkan
“Nobody” dari Wonder Girls yang kemudian dari situ menarik banyak peminat terhadap musik
K-POP (Bok-rae, 2015). Selain itu meluasnya budaya korea juga tidak terlepas dari peran grup
besar seperti Blackpink serta BTS yang memiliki banyak penggemar diseluruh dunia sehingga
para penggemar tertarik untuk datang dan mempelajari bagaiamana budaya korea selatan.
Upaya Diplomasi Korea Selatan Dalam Menyebarkan Korean Wave Di Amerika Serikat

Dibawah pimpinan Moon Jae In, Korea Selatan menjadikan diplomasi sebagai hal utama
yang dilakukan dengan Hallyu. Hallyu sendiri merupakan penyebaran budaya Korea Selatan baik
dalam bentuk perfilman, musik, makanan, fashion dan make up. Presiden Moon Jae In kemudian
merencanakan untuk memperluas hallyu secara internasional, salah satunya Amerika Serikat.
Tentu proses penyebaran hallyu ini awalnya tidak berjalan lancar, karena Korea Selatan dan
amerika Serikat mengalami penurunan hubungan. Namun Korea Selatan berusaha memperbaiki
hubunganya dengan Amerika Serikat dengan hallyu sebagai media diplomasi.
Upaya diplomasi Korea Selatan dalam menyebarkan Korean Wave di Amerika Serikat
menggunakan berbagai strategi. Upaya Korea selatan dalam menyebarkan segala informasi
mengenai hallyu melalui media digital dan editorialnya, hal ini membuat drama korea, musik k-
pop, dan film Korea mendapat perhatian dari Amerika Serikat. Ada berbagai akun digunakan
dalam penyebaran ini yaitu KOREAN.net, Korean Cultural Center (KCC), dan Korean
Fondation For International Cultural exchange (KOFICE). Dalam upaya tersebut Korea Selatan
berharap mampu mengubah pandangan Amerika Serikat terhadap budaya Korea Selatan.
Selanjutnya Korea Selatan juga melakukan upaya dengan diplomasi publik, yaitu melakukan
wawancara dengan publik Amerika Serikat. Elit pemerintah Korea Selatan melakukan
wawancara disejumlah televisi di Amerika Serikat. Pada Juni 2017 CBC News mengundang
Presiden Moon Jae In untuk melakukan wawancara. Kemudia kembali dilakukan wawancara
pada April 2018 dengan menteri Do Jong Hwan yang di undang oleh media televisi Amerika
Serikat yaitu CNN. Dalam acara tersebut menteri Do Jong Hwan menyampaikan mengenai
keberhasilan digelarnya konser perdamaian yang dibawakan oleh Red Velvet. Bahkan
pemerintah Korea Selatan mengirim grup K-pop bernama BTS pada sidang majelis umum PBB
ke 76 untuk melakukan Pidato pada tanggal 20 September 2021. Selanjutnya adalah upaya
diplomasi dengan mambangun hubungan melalui berbagai aktor, hal ini dilakukan melalui 3 cara
yaitu melalui Beasiswa GKS, program pertukaran jurnalis dan melakukan kerjasama dengan CJ
ENM. Kegiatan ini rutin dilakukan pemerintah Korea Selatan tiap tahunnya. Selanjutnya
pemerintah Korea Selatan seringkali melakukan acara-acara yang mendukung penyebaran
kebudayaan Korea Selatan, dengan mengadakan promosi dan festival budaya Korea yang mana
mengenalkan tentang pakaian tradisyonal Korea, Makanan Khas Korea, dan seni tradisyonal
yang ada dikorea. KCON, KMN, dan juga Korean Art Exchibition sering kali diadakan oleh
Korea Selatan untuk menarik perhatian publik Amerika Serikat. Kemudia Korea selatan juga
melakukan upaya berupa pelatihan bahasa Korea di Amerika serikat. Dengan harapan membuat
publik Amerika Serikat semakin tertarik dengan budaya Korea Selatan dan lebih mudah
memahami arti lagu dari musik K-pop dan juga bisa lebih menikmati film Korea. Dan juga
dalam dunia Industri musik terutama K-pop terkenal sering kali melakukan tur konser salah
satunya di Amerika Serikat, hal tersebut mampu menarik apresiasi publik Amerika Serikat.
Dengan demikian upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Korea Selatan dalam penyebaran
Korean Wave mendapatkan respon positif dari publik Amerika Serikat.

Dampak ekonomi yang dirasakan korea selatan dari adanya kegiatan korean wave tersebut
Korea Selatan tercatat dalam data terakhir menduduki peringkat ke-13 sebagai negara
dengan GDP tertinggi di dunia, dilansir dari IMF (International Monetary Fund) Korea Selatan
memiliki total GDP diperkirakan sebesar 1,7 triliun USD dan diperkirakan pertumbuhannya akan
terus meningkat dimasa depan. Sepenggal informasi ini cukup untuk menggambarkan bagaimana
perekonomian Korea Selatan yang meledak akibat adanya Korean Wave yang terjadi di seluruh
dunia.
Dilihat dari bagaimana trend yang terjadi dalam grafik yang dilansir dari IMF ini bahwa
perkembangan GDP Korea Selatan mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya yang
dimulai dari era 1998-1999 hingga sekarang. Salah satu pendorong terbesar dari hal ini adalah
program Korean Wave. Sejatinya Korean Wave tidak hanya berbicara tentang bagaimana Korea
Selatan bisa menyebarkan pengaruh budayanya ke seluruh dunia, namun ada sisi ekonomi yang
mereka tekankan dalam strateginya membangun citra korea dimata dunia.
Terdapat banyak sekali sektor yang bergerak atas adanya Korean Wave, mulai dari
berbagai macam produk ekspor mereka, dunia hiburan dan musik, kendaraan, teknologi, hingga
sektor turisme yang kini menjadi salah satu incaran kalangan muda untuk bisa bertandang di
Korea Selatan sebagai liburan impiannya. Fakta nyata pengaruh Korean Wave adalah music K-
Pop yang menjadi poros baru dalam tingkat musik dunia. Boyband BTS sendiri diestimasikan
mendapatkan 5 miliar USD kepada Korea Selatan setiap tahunnya, bahkan hanya dengan 1 lagu
hits mereka di 2020 yaitu “Dynamite” diperkirakan membawa 1,4 milliar USD kedalam aktivitas
ekonomi negara Korea Selatan sendiri, Konser online yang mereka laksanakan juga berhasil
meraih angka yang fantastis yaitu 32,6 juta USD dan dilihat oleh jutaan orang diseluruh dunia.
Tak hanya itu hadirnya Korea Selatan saat ini juga menjadi kiblat fashion dan kecantikan
dunia, kemampuan bersaing Korea Selatan dalam bidang kosmetik yang tinggi, serta kencangnya
media hiburan Korea Selatan yang menginfluensi masyarakat global keseluruhan telah
menjadikan mereka sebagai arah baru fashion dan kecantika dunia. Berdasarkan laporan Korea's
Food and Drug Safety Ministry, pada tahun 2021, eskpor kosmetik telah meningkat sebesar
23,1% dibandingkan tahun sebelumnya, dan berhasi meraih rekor baru dengan eskpor senilai
10.5 Triliun Won, atau dalam jumlah US Dollar sebesar 8,1 miliar. Korea Selatan telah
mengekspor kepada ratusan negara dengan China sebagai target ekspor terbesar mencapai 53,2%
dari total keseluruhan ekspor.
Sektor turisme juga menjadi salah satu hasil dari efek tumpahan Korean Wave yang
terjadi, atas kepopuleran berbagai macam drama, music, brand yang terjadi mendorong minat
warga dunia untuk mengunjungi Korea Selatan dan mengenal kultur lokal disana lebih dalam,
serta untuk mengunjungi tempat terkenal yang sebelumnya pernah mereka liat di drama-drama
Korea. Pada tahun 2019 Korea mendapatkan 21.5 miliar USD dari sektor turisme, lebih
spesifiknya lagi adalah pada data tahun 2019 total turis yang berasosiasi dengan Korean Wave
menghasilkan 1.1 miliar USD dan diestimasikan bahwa turis yang berkaitan dengan Hallyu ada
pada angka 55.3% dari keseluruhan turis yang datang yaitu sebanyak 17.5 juta orang.
Secara keseluruhan total pada tahun 2019, Korean Wave telah menyumbang sebesar 12.3
miliar USD dalam mendorong perekonomian Korea Selatan. Sebuah gebrakan luar biasa yang
dilakukan oleh Korea Selatan dalam jangka waktu 2 dekade untuk menjadi salah satu negara
dengan pertumbuhan ekonomi terbesar, dan kini telah menjadi pelopor dalam dunia fashion,
kecantikan, music, film, serta banyak sekali pengaruh yang telah mereka bawa.

Apa dampak dari adanya korean wave di amerika?

Korean wave (gelombang korea) sudah memberikan dampak yang cukup signifikan di negara
Amerika Serikat. Contoh dari korean wave ini adalah berupa music, drama televisi,film, fashion,
makanan dan lain-lain. Dampak yang sangat berpengaruh salah satu contohnya adalah
popularitas K-POP seperti BTS,BLACKPINK, dan EXO yang sudah membuai hasil yang besar
di amerika serikat. Seperti yang banyak di ketahui BTS telah memecah kan rekor baru pada
konser “PERMISSION TO DANCE ON STAGE” selama empat malam yaitu tanggal 27-28
November dan 1-2 Desember 2021 yang menghasilkan laba kotro sekitar US$33,3 juta dari 214
ribu tiket yang terjual. (Indonesia, 2021). Selain itu BTS Juga mendaptkan penghargaan
American Music Award( AMAs) sebagai artis pertama asia yang mendapatkan hadiah utama.
Tak hanya BTS EXO juga di undang ke blue house oleh putri dari Donal Trump yang ingin
presiden Korea Selatan mempertemukannya dengan boyband EXO tersebut (Riantrisnanto,
2019). Korean wave juga memberikan dampak ekonomi dan industri hiburan dari musik dan
konser di amerika serikat.

Popularitas Drama dan film korea juga memberikan dampak yang signifikan terhadap Amerika
serikat yang membuat penonton amerika serikat tertarik dengan konten korea hingga membuat
naiknya distribusi film korea di Amerika Serikat. Contoh film “parasite” yang menjadi film
terbaik di oscar dan film “Squit Game” menjadi acara netflix yang banyak penonton (Cox, 2023).

Dampak selanjutnya adalah meningkatnya jumlah minat belajar bahasa korea. Di kutip dari
beria BBC yang mengatakan bahwa pembelajaran korea di universitas melonjak sekitar 14%
pada tahun 2013 dan 2016 dan membuat ajaran bahasa lain menurun (Acar, 2018).

Anda mungkin juga menyukai