IRHAS FAQIH

XI MIPA 2

Di sebuah desa kecil yang terletak di lereng bukit, hiduplah seorang anak muda bernama Dika. Dika
adalah seorang pemuda yang sederhana dan selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Meski
hidupnya tidak mewah, Dika selalu menunjukkan rasa bahagia yang tulus kepada orang-orang di
sekitarnya.

Suatu hari, ketika sedang bermain di tepi sungai, Dika menemukan sebuah kotak kecil yang berkilau
di antara semak-semak. Tanpa ragu, ia membukanya dan menemukan sejumlah emas yang bersinar
di dalamnya. Meskipun kekayaan tersebut bisa mengubah hidupnya, Dika merasa tidak enak dan
berpikir untuk mengembalikan kotak itu kepada pemiliknya.

Setelah berkeliling desa, Dika menemui seorang nenek tua yang duduk di depan rumah kecilnya.
Nenek itu terkejut ketika melihat Dika membawa kotak emas.

"Apa ini milikmu, Nenek?" tanya Dika dengan tulus.

Nenek itu tersenyum dan menggeleng. "Bukan, Nak. Itu tidak milikku."

Dika kemudian bertanya ke warga desa lainnya, namun tidak ada yang mengaku sebagai pemilik
kotak emas tersebut. Akhirnya, ia membawa kotak itu ke penghulu desa untuk mencari tahu siapa
pemiliknya.

Setelah beberapa hari, kabar sampai kepada seorang pedagang kaya di desa sebelah bahwa kotak
emas itu hilang. Pria itu sangat bersyukur kepada Dika yang telah mengembalikan harta
berharganya.

Mendengar kabar tersebut, penghulu desa memberikan pujian kepada Dika atas kejujurannya.
Namun, Dika hanya tersenyum dan berkata, "Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan
oleh setiap orang."

Ketika penghulu menawarkan imbalan, Dika menolaknya dengan tulus. Ia merasa lebih kaya dengan
kebahagiaan hatinya yang tulus dan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya.

Dari hari itu, Dika menjadi sosok yang dihormati di desanya. Ia tidak menjadi kaya secara materi,
tetapi kekayaan batinnya dan kebahagiaannya tidak bisa diukur dengan emas dan perak. Dika
mengajarkan kepada semua orang bahwa kejujuran dan kebahagiaan sederhana jauh lebih berharga
daripada kekayaan yang tamak.