Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker adalah jenis penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang

tidak normal pada organ tubuh manusia dan menjadi penyebab kematian tertinggi

didunia (American Cancer Society, 2018). Kanker payudara adalah salah satu jenis

kanker yang menjadi penyebab kematian tertinggi pada perempuan (Setyowibowo et

al, 2018). American Cancer Society (2017) menyebutkan bahwa kanker payudara

diakibatkan oleh pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada jaringan payudara

seperti di epitel duktus maupun lobulus, dan dapat bermetastase pada organ lain

disekitar payudara.

Menurut data kementrian kesehatan indonesia (2015), diketahui bahwa kanker

payudara merupakan kanker dengan persentase kasus baru tertinggi yaitu sebesar

43.3% dan dengan persentase kematian sebesar 12,9%. Provinsi Sumatera Barat

termasuk 8 besar provinsi dengan jumlah estimasi penderita kanker payudara

tertinggi (2.285 orang) dan dengan prevalensi yang sudah di diagnosis dokter 0,9%

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Pada tahun 2013, terdapat 1,7%

kasus kanker payudara yang terdeteksi di sumatera barat (Riskesdas, 2013). Menurut

data dari dinas kesehatan kota padang (2017), sebanyak 142 kejadian kanker

1
payudara terjadi di kota Padang.

Tingginya persentase kasus kanker payudara pada perempuan

menggambarkan banyak diantara perempuan penderita kanker payudara tidak

menyadari bahwa mereka mengalami kanker payudara, ini terjadi karena perempuan

jarang melakukan deteksi dini kanker payudara sehingga kondisi kanker akan

diketahui setelah kanker dalam stadium lanjut. Menurut penelitian Dyanti et al

(2016), perempuan tidak menyadari adanya gejala kanker payudara pada dirinya

Seperti adanya benjolan yang sudah tumbuh, namun karena tidak menyebabkan nyeri

maka gejala tersebut diabaikan.

Penderita kanker payudara yang sudah divonis seringkali memperlihatkan

dampak psikologis maupun dampak secara fisik. Dampak psikologis seperti sedih,

rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sering muncul mengingat belum

banyaknya informasi yang diketahui masyarakat mengenai kanker payudara, sehingga

saat seseorang dinyatakan menderita kanker payudara seringkali pikiran mereka akan

tertuju pada kematian dan memicu depresi (Drageset et al, 2015).

Selain dampak psikologis yang diterima oleh penderita kanker payudara,

pasien kanker payudara juga akan mendapatkan dampak fisik. Menurut penelitian

Lewis (2015), perempuan dengan kanker payudara memiliki dampak fisik seperti

hilangnya salah satu payudara karena prosedur operasi, kerontokan rambut karena

efek kemoterapi, penurunan berat badan, kerusakan jaringan karena efek radiasi,

limfedema, mual, dan perubahan warna kulit dan kuku.

2
Dukungan social dibutuhkan agar pasien kanker payudara tetap berpikir

positif terhadap dirinya sehingga mampu menurunkan kecemasan, depresi dan

ketidak berdayaan (David et al, 2018). Menurut penelitian Bener et al (2017) pada

678 pasien kanker payudara mengenai dukungan sosial menyebutkan bahwa

dukungan sosial yang baik pada penderita kanker payudara dapat menurunkan

ketidak berdayaan dan meningkatkan harapan hidup pada penderita kanker payudara.

Ada lima bentuk dukungan sosial menurut Widiyanto (2014) yaitu, dukungan

emosional (emotional support), melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian

terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan

diperhatikan. Dukungan penghargaan (esteem support) dukungan yang melibatkan

ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide,

perasaan dan performa orang lain (Azhima, 2018). Dukungan instrumental

(instrumental support) mengacu pada bantuan langsung dengan memecahkan

masalah nyata tertentu misalnya memberikan fasilitas dan pinjaman. Dukungan

informasional (informational support) dapat berupa saran, pengarahan dan umpan

balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan (Toldi. A, 2017). Dan dukungan

jaringan (network support) menurut Widiyanto (2014), melibatkan rasa kebersamaan

satu sama lain serta saling memiliki.

Menurut Pekkola (2018), hadirnya orang- orang tertentu yang secara pribadi

memberikan nasehat, motivasi, arahan dan menunjukkan jalan keluar ketika individu

mengalami masalah dimana individu tersebut dapat merasakan kasih sayang dan

dihargai oleh lingkungan sekitar nya akan menjadikan indivu tersebut terbantu dalam
3
memikul masalahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sillanm & Nurminen (2017),

pada 64 orang penderita kanker payudara, menyebutkan bahwa dukungan sosial dari

orang – orang tertentu seperti pasangan, teman dan keluarga memiliki peran yang

esensial pada proses penyembuhan dan meningkatkan semangat hidup penderita

kanker payudara. Mengingat stressor yang yang dialami perempuan survivor kanker

payudara karena penyakit nya tesebut adalah 54,49 % (Noorddin et al, 2016).

Dalam masyarakat minangkabau, perempuan memiliki kedudukan tersendiri

yang digambarkan dengan peran bundo kanduang. Bundo kandung secara harfiah

diartikan sebagai ibu kandung, dan memiliki dua fungsi yaitu personality yang

diartikan sebagai kontribusi nyata dalam masyarakat. Dan institusi yaitu suatu fungsi

yang memberikan kekuatan dan akses yang sama dalam struktur pemerintahan

(Fitriani, R., 2016). Dengan demikian Adat Minangkabau memberikan beberapa

keutamaan terhadap perempuan - perempuan Minangkabau.

Menurut penelitian Jendrius (2000) dalam Putri (2017), dalam masyarakat

matrilineal dikenal suatu istilah “samandeh” yang menjelaskan jaringan antar kerabat

perempuan. Jaringan ini dikembangkan dan dipelihara karena memiliki makna

strategis. Dari aspek ekonomi kerabat perempuan merupakan aset dan modal yang

dapat diandalkan untuk pemenuhan kebutuhan dikarenakan adanya rules dan

keyakinan bahwa mereka yang lebih beruntung sudah sepantasnya membantu kerabat

yang tengah kesulitan dan adanya kesadaran serta keyakinan bahwa apa yang

diperoleh seseorang tidak terlepas dari bantuan kerabatnya. Secara sosio-kultural

jaringan sosial tersebut menunjukkan kepada orang luar bahwa sebuah keluarga
4
merupakan sebuah kesatuan kompak. Lebih dari itu jaringan sosial merupakan sarana

bagi individu untuk menunjukkan tanggung jawab moral dan sosial sekaligus

komitmen kesetiaan terhadap kerabat, bahwa apa yang diperoleh seseorang

sesungguhnya tidak pernah terlepas dari bantuan kerabat.

Dalam masyarakat matrilineal juga terbentuk suatu tren pola pemukiman

masyarakatnya. Pola ini disebut juga sebagai pola matrilokal yang berpusat pada

lingkungan sosial perempuan. Dalam pola matrilokal, perempuan akan tinggal dengan

keluarga inti dan juga keluarga luas. Setelah menikah, perempuan minangkabau akan

membawa suaminya tinggal bersama dilingkungan sosialnya untuk membuat suatu

keluarga inti, namun masih dalam lingkungan keluarga luas nya. Sehingga keluarga

luas akan tetap berpengaruh dalam keluarga inti tersebut baik dalam segi dukungan

sosial, emosional, dan ekonomi (Mardotillah, Tila, 2016). Dengan demikian,

penderita kanker payudara dengan etnik minangkabau, memungkinkan mereka

mendapatkan dukungan sosial yang efektif, baik itu berupa dukungan emosional ,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional dan

dukungan Jaringan .

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah penulis lakukan pada tanggal 28

Maret 2019 di RSUP Dr. M. Djamil Padang ruangan poliklinik bedah umum, ada

sekitas 10 sampai 15 orang penderita kanker payudara yang berobat di poliklinik

setiap harinya. Setelah dilakukan studi awal pada 5 orang pasien kanker payudara 3

diantaranya tinggal bersama keluarga luas dan keluarga inti, 1 orang tinggal dengan

keluarga luas saja, dan 1 orang dengan keluarga inti saja. 4 pasien didiagnosa dengan
5
kanker payudara stadium III dan 1 orang didiagnosa dengan stadium II, 3 dari lima

pasien sudah menjalani operasi, 2 diantaranya belum menjalani operasi dan kelima

orang pasien sudah melakukan kemoterapi.

Dari hasil wawancara yang didapat mengenai dukungan sosial, 3 orang

penderita yang tinggal bersama keluarga inti dan keluarga luas, mengatakan mereka

mendapatkan dukungan sosial yang maksimal dalam melaksanakan pengobatan.

Ketiga pasien mendapatkan dukungan dari pasangan, anak, saudara, teman, sesama

penderita kanker payudara dan perawat dirumah sakit selama proses pengobatan. 1

orang penderita yang tinggal dengan keluarga inti saja mengatakan mendapatkan

dukungan langsung dari pasangan, anak, sesama penderita kanker payudara dan

perawat dan tetap mendapatkan dukungan dari keluarga besar selama proses

pengobatan yang sudah berjalan selama satu setengah tahun. Menurut penderita

kanker payudara tersebut setiap kali akan melakukan kontrol dan akan kemoterapi,

keluarga selalu menelepon dari kampung untuk memberikan dukungan pada pasien.

Dan pada 1 pasien lain nya merupakan seorang janda yang sudah menjalankan

pengobatan kanker payudara selama 3 tahun, mengatakan dia tetap semangat

melakukan pengobatan karna adik dan kakak nya selau memberikan dukungan sosial

yang baik, dan ketika menjalani pengobatan banyak perempuan lain yang memiliki

nasib yang sama kemudian saling mensuport satu sama lain begitu juga para petugas

kesehatan yang selalu memberi dukungan sehingga pasien dapat berpikir positif dan

dapat menjalani pengobatan hingga saat ini.

6
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

gambaran dukungan sosial penderita kanker payudara pada perempuan minang.

Untuk itu, penelitian ini akan mempelajari secara mendalam mengenai gambaran

dukungan sosial penderita kanker payudara pada perempuan minang.

B. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang di atas, peneliti ingin mempelajari secara

mendalam tentang berbagai hal yang yang berkaitan dengan gambaran dukungan

sosial penderita kanker payudara pada perempuan minang. Informasi tersebut bisa

bermanfaat dalam menentukan kebijakan pembuatan desain pencegahan komplikasi

guna meningkatkan kualitas hidup penderita kanker payudara. Rumusan masalah

pada penelitian ini diungkapkan dengan satu pertanyaan yaitu: “Bagaimanakah

gambaran dukungan sosial survivor kanker payudara pada perempuan minang?”

C. Tujuan Penelitian

Dapat di eksplorasi secara mendalam gambaran dukungan sosial survivor

kanker payudara pada perempuan minang.

7
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam bidang penelitian kualitatif dan

sebagai gambaran bagi peneliti untuk mengetahui gambaran dukungan sosial

survivor kanker payudara pada perempuan minang.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

apa yang harus dilakukan oleh tim kesehatan dalam meningkatkan caring pada

penderita kanker payudara.

3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan ilmu bagi

insan keperawatan dalam pemberian pelayanan keperawatan kepada masyarakat

terutama penderita kanker payudara serta kajian keilmuan bagi mahasiswa

keperawatan tentang manajemen kualitas hidup pada penderita kanker payudara.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dasar dalam mengembangkan wawasan dan pengetahuan

tentang dukungan sosial survivor kanker payudara pada perempuan minang serta

dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan untuk penelitian

selanjutnya.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara

1. Pengertian

Kanker payudara adalah jenis penyakit yang membutuhkan waktu lama untuk

berkembang. Kanker payudara diawali oleh perubahan fungsi sel yang tidak wajar

pada kelenjar mamae. Pada awal pertumbuhan nya sel hanya berbentuk benjolan kecil

yang tidak teraba, dan membutuhkan beberapa tahun untuk teraba. Jenis kanker

payudara yang sering terjadi adalah karsinoma duktus dengan 80% kejadian. Sel

kanker payudara juga dapat menyebar ke organ tubuh disekitarnya seperti ke tulang,

hati, paru-paru, pleura, dan kulit (Brunner&Suddarth’s, 2008). Kanker payudara

adalah tumor ganas yang diakibatkan oleh perkembangan sel payudara yang melebihi

batas normal. Sehingga membentuk benjolan dan dapat menyebar ke organ tubuh lain

nya (kementerian kesehatan republik indonesia.2016). Pada kasus kanker payudara

terdeteksi sel-sel ganas dalam jaringan payudara yang kemudian akan bermetastase

ke organ lain nya ( Kartika, E.2013).

2. Etiologi Kanker Payudara

Penyebab kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Kanker payudara

juga tidak memiliki gejala jika tumor masih jinak dan masih sangat mudah untuk

9
diatasi, Menurut Savitri dkk (2015), terdapat beberapa faktor resiko yang dapat

menyebabkan kanker payudara. Faktor-faktor resiko yang telah teridentifikasi adalah:

1. Jenis Kelamin/ Gender

2. Pertambahan Usia

3. Genetik

4. Riwayat kanker payudara dalam keluarga

5. Riwayat terkena kanker payudara

6. Pengaruh hormone dan penggunaan alat kontrasepsi hormonal

7. Paparan radiasi

8. Gaya hidup

9. Tidak pernah menyusui

10. Kehamilan pertama setelah umur 30 tahun

11. mengkonsumsi alcohol

12. merokok

3. Patofisiologi Kanker Payudara

Kanker payudara terjadi karena kerusakan DNA yang juga dipengaruhi kadar

estrogen dalam tubuh. Faktor keturunan merupakan salah satu faktor yang memiliki

peran besar dalam menurunkan gen kanker seperti BRCA1 dan BRCA2 (Fadi M.

Alkabban; Troy Ferguson, 2018). Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan

paling sering terjadi pada sistem duktal. pertama-tama akan terjadi hyperplasia

kemudian sel-sel ini akan berkembang menjadi carsinoma insitu dan menginvasi
10
stoma. Carsinoma membutuhkan waktu bertahun tahun untuk berkembang, sehingga

dapat dirasakan keberadaan nya dalam tubuh. Diameter karsinoma ini berkisaran 1

cm, jika kondisi ini terjadi maka dapat disimpulkan bahwa sel kanker sudah

menyebar. Sel kanker yang sudah tumbuh akan sulit untuk dikendalikan karena sifat

dari sel kanker yang memiliki proses perkembangan lebih cepat dari pada sel normal.

Menurut Hasdianah & Suprapto,S.I (2014), ada empat fase terjadinya kanker

yaitu, transformasi, fase inisiasi, fase promosi, dan fase metastasis. Diawali dengan

proses transformasi, pada tahap ini sel-sel normal berubah menjadi sel-sel kanker.

Setelah sel kanker terbentuk, maka akan terjadi tahap inisiasi. Di tahap ini sel kanker

akan mengalami perubahan struktur genetic yang menyebabkan perkembangan sel

menjadi tidak normal. Pada fase promosi perkembangan sel yang tidak normal

memancing sel menjadi ganas. Sel yang berubah menjadi sel ganas berkembang dan

menginfasi jaringan disekitar nya melalui pembuluh darah dan juga limfe. Terakhir,

fase metastasis yaitu penyebaran sel kanker pada organ di sekitar sel kanker.

4. Tanda Dan Gejala

Kanker payudara biasanya tidak menunjukkan gejala ketika tumornya kecil

dan masih sangat mudah untuk diobati. Tanda fisik yang paling umum adalah

benjolan yang tidak menyebabkan nyeri. Kanker payudara menyebar ke kelenjar

getah bening dan menyebabkan benjolan atau pembengkakan, bahkan sebelum tumor

payudara cukup besar untuk dirasakan. Tanda-tanda dan gejala yang kurang umum

termasuk nyeri payudara, pembengkakan, penebalan, atau kemerahan pada kulit; dan

11
kelainan puting seperti cairan spontan (terutama jika berdarah), erosi, atau retraksi.

kin (American Cancer Society, 2017). Menurut Hasdianah & Suprapto,S.I, (2014)

tanda dan gejala kanker payudara adalah:

a. Terdapat benjolan pada payudara yang dapat berubah bentuk dan ukuran.

b. Kulit disekitar payudara berubah warna (dari merah muda menjadi coklat

hingga berubah bentuk seperti kulit jeruk).

c. Retraksi atau putting susu masuk kedalam. Bila tumor sudah besar, salah satu

putting susu dapat lepas atau hilang.

d. Kulit payudara terasa seperti terbakar.

e. Rasa sakit yang hilang timbul ketika ukuran tumor sudah membesar.

f. Payudara mengeluarkan cairan seperti darah atau cairan lain.

g. Adanya ulkus, semakin membesar dan mendalam sehingga dapat

menghancurkan seluruh payudara.

5. Jenis Kanker Payudara

Kanker payudara memiliki banyak tipe, dan bukan merupakan peyakit

tunggal. Kanker payudara terjadi di lobular saluran terminal. Berdasarkan jenis

jaringan dan tempat terjadinya kanker payudara maka ada beberapa klasifikasi kanker

payudara menurut Harmer (2011)

12
a. In situ Disease

Karsinoma insitu merupakan sel kanker karsinoma yang terbatas dalam unit

lobular saluran terminal dan saluran yang berdekatan. ada dua tipe dari in situ

yaitu: ductal carcinoma in situ (DCIS) dan lobular carcinoma in situ (LCIS).

b. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)

Persentase kejadian DCIS adalah 75% dari semua kanker payudara dan

merupakan kejadian yang paling sering terjadi. DCIS timbul dari epitel duktus

saluran ke jaringan payudara di sekitarnya.

c. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS).

LCIS dimulai dari lobules dan dapat ber metastase kebagian tubuh lain nya.

d. Inflamatory Carsinoma

Merupakan tipe kanker duktal yang memilki persentase sebesar 1%. memiliki

cirri klinis yang spesifik, seperti kulit dimpling, edema kulit dan adanya

keterlibatan limfatik kulit oleh tumor.

e. Modular Carsimoma

Seringkali terjadi pada wanita pasca menopause dan memiliki tingkat

kelangsungan hidup yang lebih baik dari karsinoma duktus invasive.

f. Tubular Carcinoma

Memiliki persentase sebesar 2% pada kanker payudara namun dengan jumlah

yang lebih tinggi dari lesi yang terdeteksi.

13
6. Stadium Kanker Payudara

Stadium kanker payudara didasarkan pada letaknya, penyebarannya dan

sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh lain. Adapun stadium dan klasifikasi

kanker payudara menurut Smeltzer dan Bare, 2002 adalah sebagai berikut:

a. stadium I

Biasanya tumor ini tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran

(metastase) pada kalenjar getah bening ketiak. pada stadium I ini,

kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%

b. stadium II

tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi penyebaran pada

kalebjar getah bening ketiak. pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh

adalah 30-40 % dan tergantung pada penyebaran sel kanker. Biasanya pada

stadium I dan II akan dilakukan tindakan operasi untuk mengangkat sel

kanker.

c. stadium III

pada stadium III tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar

keseluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh sangat sedikit. pengobatan

yang dilakukan adalah kemoterapi (tindakan pemberian obat yang bertujuan

untuk membunuh sel kanker), dan dilakukan juga operasi pengangkatan

14
payudara yang sudah prah. Hal ini dilakukan untuk meringankan beban

penderita semaksimal mungkin.

d. stadium IV

Sel kanker sudah memiliki manifestasi yang luas. pada tahap ini tumor sudah

menyebar ke organ tubuh lain, termasuk kalenjar getah bening supraclavicula.

Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada dan

menyebar ke organ lain seperti hati, paru-paru dan tulang.

B. Budaya Minangkabau

1. Pengertian

Di minangkabau terdapat sistem kekerabatan yaitu matrilineal yang menarik

garis keturunan dari ibu. Dalam masyarakat minangkabau, terdapat beberapa

ketentuan dan pola kebiasaan masyarakat yang membentuk suatu tren yang

digunakan masyarakat sehingga menjadi kebiasaan. (Mardotillah, Mila, 2016).

2. Kekerabatan Matrilineal

Dalam sistem kekerabatan matrilineal, perempuan diberikan kedudukan

spesial yang dilambangkan dengan bundo kandung. Bundo Kanduang secara harfiah

diartikan sebagai Ibu Kandung. Bundo Kanduang di minangkabau dilambangkan

sebagai limpapeh rumah nan gadang, sumarak anjuang nan tinggi (rama-rama

penghias rumah gadang, semarak didalam kampung). Bundo Kanduang memiliki

15
dua fungsi yaitu: pertama, sebagai personality yaitu merujuk kepada karakteristik

perempuan minangkabau sebagai individu memiliki tuntutan untuk berkontribusi

yang nyata dalam komunitas masyarakatnya. Kedua, sebagai institution yang

sejajar dengan institusi lainnya, mempunyai kekuatan dan akses yang sama dalam

struktur pemerintahan minangkabau.

Menurut penelitian Jendrius (2000) dalam Putri (2017), sistem kekerabatan

matrilineal memiliki sistem social-budaya yang menjadikan seseorang mengikuti

garis keturunan ibu. Dalam sistem kekerabatan matrilineal jaringan social yang

terbentuk akan menimbulkan hubungan pergaulan kekeluargaan yang lebih rapat

pada keluarga ibu. Pada dasarnya relasi antar kerabat perempuan melibatkan kerabat

dalam lingkup "samande", hal ini menunjukkan bahwa kerabat perempuan memiliki

peran dan makna yang penting dalam masyarakat minangkabau dari kelompok

manapun, begitu juga jarak tempat tinggal kerabat serta status sosial ekonomi tidak

secara langsung mempengaruhi hubungan antara kerabat.

Kebiasaan yang terbentuk dalam kelompok masyarakat matrilineal

menumbuhkan suatu pola yang mempengaruhi tempat tinggal. Pola tempat tinggal

tersebut di kenal dengan matrilokal. Pola matrilokal ini adalah suatu pola pemukiman

yang berpusat pada lingkungan perempuan. Seorang wanita yang sudah menikah akan

membawa suaminya untuk tinggal bersama di dalam lingkungan nya. Begitu juga

dengan seorang pria yang matrilineal, akan tinggal dilingkungan isteri apabila telah

menikah. Sehingga pola tempat tinggal ini akan mempengaruhi persepsi dan cara

mengambil keputusan dalam penyelesaian masalah apapun. Dalam lingkungan

16
matrilokal pengaruh keluarga sangat tinggi, baik itu keluarga inti atau keluarga luas

(Mardotillah, Mila, 2016).

Menurut Thaib (2016), dalam masyarakat matrilineal terdapat dua tipe

keluarga yaitu:

1. Keluarga kaum ( extended family/ keluarga luas )

Keluarga besar yang terdiri dari sejumlah anggota yang terkait dalam

sauatu sistem keibuan. setiap anggota kaum, baik laki-laki maupun

perempuan, baik sudah menikah ataupun belum, akan selalu menjaga

kaumnya dari segala hal. Hubungan diantara mereka selain diikat dalam suatu

sistem juga ikatan emosional yang sangat kuat. Kedua ikatan ini sangat

mempengaruhi kehidupan mereka. Komunitas yang kuat seperti ini selalu

memungkinkan timbulnya dukungan social yang sangat efektif, dan

lingkungan sosial yang baik.

b. keluarga batih ( nuclear family)

sebuah kesatuan keluarga yang terdir dari suami isteri dan anak.

sebagaimana layaknya sebuah keluarga, keluarga batih ini pada hakekatnya

adalah “Sarana” tempat terjadinya dukungan mendalam dari orang-orang

terdekat seperti suami/pasangan dan anak.

Peran keluarga luas maupun keluarga inti sangat banyak di dalam masyarakat

matrilineal. Walaupun seorang perempuan sudah menikah dan membentuk suatu

17
keluarga inti, namun keluarga luas masih akan mempengaruhi pola kehidupan

mereka. Pengaruh yang diberikan oleh keluarga luas seperti pengaruh dalam bidang

pengambilan keputusan, memberikan support sosial, dan suport dalam segi ekonomi.

C. Dukungan Sosial

1. Definisi Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah keadaan yang bermanfaat bagi individu, yang didapat

dari orang-orang disekitar nya yang memiliki pengaruh positif , dimana individu

tersebut akan mengetahui bahwa ada orang lain yang memperhatikan,

menghargai dan mencintainya (Cohen & Sme dalam Harnilawati, 2013). Menurut

(Pekkola, Maarit, 2018) Dukungan sosial mengacu pada interaksi antara individu

dengan lingkungan sosialnya. Konsep ini juga digunakan untuk menggambarkan

sumber daya yang dihasilkan dari interaksi sosial. Sumber daya ini meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan individu. Selain itu, dukungan sosial menggambarkan

proses di mana dukungan dibentuk dan disampaikan. Dukungan sosial menawarkan

perlindungan terhadap konsekuensi kesehatan negatif dari berbagai krisis kehidupan,

sehingga penerima dukungan sosial merasa lebih dihargai, disayangi dan menemukan

semangat baru untuk tetap mejalani kehidupan.

18
2. Sumber Dukungan Sosial

Menurut penelitian Sillanm & Nurminen, (2017) ada tiga kelompok orang

yang dianggap paling dekat dengan penderita kanker payudara, yaitu

pasangan(94,6%), keluarga (8,9%), dan teman dekat(0,74%).

a. Dari Pasangan

Dukungan sosial dari pasangan secara konsisten merupakan prediktor yang

signifikan untuk memanajemen penyakit, meningkatkan kesejahteraan psikologis, dan

meningkatkan kualitas hidup jangka panjang (Sillanm & Nurminen, 2017).

b. Dari Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial utama yang mempunyai emosi yang

paling besar dan terdekat dengan pasien. Keluarga dipandang sebagai kelompok

yang memberikan jumlah bantuan terbanyak selama masa yang dibutuhkan. Keluarga

bisa disebut sebagai faktor atau kelompok sosial yang memberikan pengaruh besar

dan paling utama dalam kehidupan manusia. Sehingga seorang individu mendapatkan

sebuah harapan baru terhadap solusi permasalahannya (Friedman dkk., 2010).

c. Dari Teman

Seseorang yang lebih dekat dan terbuka kepada teman terdekatnya, sehingga

memungkinkan untuk bisa tercapainya tujuan pemberian dukungan sosial, seperti

berbagi pengalaman dan curhat. Penderita hipertensi dapat memperoleh dukungan

dari teman terdekat, berbagi kekhawatiran serta mendapatkan informasi dan saran

19
mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga mampu mengurangi frekuensi tingkat

stress yang dialami (Friedman dkk., 2010).

3. Bentuk Dukungan Sosial

Menurut widiyanto (2014) bentuk dukungan sosial :

a. Dukungan Emosional (emotional support)

Bentuk dukungan emosional yang dapat diberikan adalah, ekspresi empati,

dan perhatian pada individu yang bersangkutan. Dukungan tersebut dapat

memberikan rasa nyaman, aman, dan menimbulkan perasaan dicintai agar individu

dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat penting diberikan pada

individu dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol dengan diri

nya sendiri. Sumber terdekat dukungan emosional adalah keluarga. Dukungan

keluarga tersebut memiliki arti yang signifikan dalam kehidupan seseorang.

b. Dukungan Penghargaan (esteem support)

Bentuk dukungan penghargaan dapat diberikan melalui dorongan atau

persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu serta perbandingan positif

dengan individu lain. Dukungan penghargaan ini dapat membantu individu dalam

meningkatkan harga diri, serta membangun harga diri.

c. Dukungan Instrumental (instrumental support)

Dukungan instrumental merupakan bentuk dukungan langsung dan nyata.

Dukungan yang diberikan dapat berupa penyediaan materi yang dapat memberikan
20
pertolongan langsung seperti pinjaman uang, barang, makanan serta pelayanan.

Dukungan ini dapat membantu individu mengurangi tekanan karena dapat langsung

memecahkan masalah yang berhubunga dengan materi.

d. Dukungan Informasional (informational support)

Bentuk dukungan informasional adalah pemberian informasi terkait dengan

hal yang dibutuhkan individu. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa

menghindar dari berhubungan dengan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang

lain, manusia mengikuti sistem komunikasi dan informasi yang ada. Sistem

dukungan informasi mencakup pemberian nasihat, saran serta umpan balik mengenai

keadaan individu. Jenis informasi yang dapat diberikan seperti menolong individu

untuk mengenali dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

e. Dukungan Jaringan (network support)

Pemberian dukungan jaringan dapat membuat individu merasa anggota dari

suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial. Dukungan ini

melibatkan rasa kebersamaan satu sama lain serta saling memiliki.

4. Tujuan dukungan social

Menurut Friedman (2010) tujuan utama dukungan sosial yaitu untuk

mendorong anggota keluarga mengkomunikasikan secara bebas mengenai

kesulitan yang mereka alami. Ketika keluarga berbagi masalahnya dengan sistem

dukungan sosial ini, hal ini memberikan saran dan bimbingan tersendiri dalam

21
memelihara nilai dan tradisi keluarga. Tujuan utama kedua yang dicapai yaitu

bahwabantuan berorientasi tugas sering seringkali diberikan oleh keluarga besar,

teman dan tetangga. Unsur penting dari bantuan ini tidak hanya memberi tahu

keluarga menemukan bagaimana sumber bantuan di komunitas, tetapi juga

memberikan bantuan langsung.

5. Dukungan Sosial terhadap penderita kanker payudara

Dukungan sosial merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu,

salah satunya adalah penderita kanker. Menerima kenyataan bahwa telah terdiagnosa

kanker payudara adalah pengalaman yang sangat menegangkan bagi wanita.

Awalnya, diagnosis tampaknya mengancam jiwa dan menyebabkan perasaan cemas

dan depresi. Pada tahap selanjutnya, wanita yang di diagnosis akan terkejut dan

merasa tidak percaya kemudian mulai menyangkal kenyataan dan menerima tekanan

psikologis (Stanton & Bower 2015). Dukungan sosial dapat meningkatkan kualitas

hidup orang yang di diagnosis kanker payudara. Dukungan social juga berperan

penting bagi kelangsungan hidup penderita kanker payudara karena dengan adanya

dukungan social dari orang-orang terdekat maka pembentukan mekanisme koping

akan berdampak positif terhadap kualitas hidup yang lebih baik (Chou, Stewart, Wild,

& Bloom, 2012).

6. Dukungan social dengan budaya minangkabau

Masyarakat minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang menganut sistem

kekerabatan matrilineal yang mengikuti alur keturunan ibu. Dalam masyarakat

22
matrilineal juga dikenal suatu istilah “samande” yang menjadikan jaringan sosial

antar kerabat perempuan menjadi aset sekaligus social capital yang dapat diandalkan

untuk menjaga subsistensi dan kebutuhan mereka (Jendrison (2000) dalam Putri

(2017)).

Kekerabatan matrilineal juga menciptakan suatu pola kebiasaan yang

membentuk suatu pola pemukiman yang disebut matrilokal (Mardotillah, Mila,

2016). Dalam pola matrilokal perempuan akan tinggal dekat dengan keluarga

keturunan ibu. Walaupun sorang perempuan tersebut sudah menikah, mereka akan

tetap tinggal di lingkungan nya dan membentuk keluarga baru / keluarga inti, namun

tetap dalam lingkungan keluarga luas (Thaib, 2016).

Pola pemukiaman matrilokal dianggap menguntungkan dalam sistem suport

sosial. Menurut Jendrison (2000) dalam Putri (2017) tidak terlihat kecenderungan

adanya unequal power relations antara kerabat yang memiliki status sosial berbeda,

dikarenakan adanya rules dan keyakinan bahwa mereka yang lebih beruntung sudah

sepantasnya membantu kerabat yang tengah kesulitan dan adanya kesadaran serta

keyakinan bahwa apa yang diperoleh seseorang tidak terlepas dari bantuan

kerabatnya. Hal ini menunjukkan bahwa kerabat perempuan memiliki peran dan

makna yang penting dalam masyarakat Minangkabau dari kelompok manapun, begitu

juga jarak tempat tinggal kerabat serta Status Sosial-Ekonomi tidak secara langsung

mempengaruhi hubungan antara kerabat.

23
Hubungan yang dekat antara perempuan dengan keluarga nya memungkinkan

terjadinya dukungan social yang diterima secara langsung oleh perempuan tersebut.

Dukungan social yang diberikan oleh keluarga secara langsung akan lebih berarti

mengingat keluarga adalah kelompok social utama yang memiliki ikatan emosi yang

paling besar dan dekat dengan perempuan penderita kanker payudara. Dengan adanya

dukungan langsung dari keluarga seorang penderita kanker payudara akan

mendapatkan suatu harapan baru dalam hidupnya. Sehingga Pola pemukiman yang

berpusat pada lingkungan social perempuan memungkinkan pola dukungan social

pada perempuan penderita kanker payudara yang ada diminangkabau menjadi lebih

efektif.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan metode-

metode untuk engeksplorasi dan memahami makna dari sejumlah individu atau

sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Menurut

Afiyanti & Rachmawati (2014), penelitian kualitatif adalah penelitian yang pada

umumnya menjelaskan dan memberi pemahaman dan interpretasi tentang berbagai

perilaku dan pengalaman individu dalam berbagai bentuk. Salah satu cara untk

memahami prilaku tersebut adalah memberikan intisari (essence) dari pengalaman

hidup atau fenomena yang dialami individu atau sekelompok individu dengan lebih

menekankan pada hubungan sebab akibat dalam menjelaskan perilaku tersebut.

Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi digunakan untuk

mengeksplorasi arti dan makna pengalaman dukungan sosial survivor kanker

payudara pada perempuan minangkabau, sehingga klien bisa mengekspresikan dan

menceritakan persepsinya dan pendapatnya tenteng dukungan sosial yang diterima

berdasarkan pola sosial yang dimilikinya. Penelitian fenomenologi dapat dkatakan

sebagai penyokong semua riset kualitatif karena berfokus pada penafsiran individual

terhadap pengalaman sendiri. Menurut Afiyanti & Rachmawati (2014) mengatakan


25
bahwa fenomenologi berkontribusi mendalami pemahaman tentang berbagai perilaku,

tindakan, dan gagasan masing-masing individu terhadap dunia kehidupannya melalui

sudut pandangnya yang diketahui dan diterima secara benar.

B. tempat dan waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. M Djamil Padang tepatnya di poliklinik

bedah umum. Digunakanya rumah sakit ini sebagai tempat penelitian dikarenakan

rumah sakit ini menjadi tempat perawatan kanker payudara terbesar di sumatera barat

dan mayoritas pasien kanker payudara dirumah sakit ini adalah wanita dengan etnik

minangkabau.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan studi awal yang dilakukan pada tanggal 28

maret 2019 di poliklinik bedah umum RSUP Dr. M.Djamil Padang.

C. Partisipan

Partisispan pada penelitian ini adalah perempuan yang mengalami kanker

payudara dengan etnik minangkabau. partisispan yang dipilih dengan kriteria:

1. Penderita kanker payudara yang berobat di RSUP Dr M Djamil Padang

2. penderita kanker payudara dengan latar belakang etnik minangkabau

3. Bersedia menjadi informan dengan memberikan lembar persetujuan.


26
Prinsip dasar jumlah informan pada penelitian kualitatif adalah adanya

saturasi data yaitu informan pada titik kejenuhan sudah tidak ada informasi baru yang

didapat dan pengulangan sudah tercapai. (Sugiyono, 2013). Penentuan jumlah

sampel pada penelitian kualitatif di dasari pada fokus atau tujuan, topik penelitian,

lokasi penelitian dan situasi atau konteks yang menjadi sampel yang diteliti.

Selain itu penentuan sampel juga bergantung pada berbagai keputusan tentang siapa

atau objek apa saja yang di seleksi untuk menjadi sampel penelitian baik

dilakukan sebelum pengumpulan data atau pada saat pengumpulan data berlangsung.

Pada penelitian kualitatif bukan hal yang wajib dilakukan peneliti untuk

menentukan jumlah sampel secara tepat di awal penelitian. Peneliti cukup

menentukan rentang jumlah sampel yang di perlukan (misal di perlukan 3-10

partisipan) disertai sumber referensi yang menjadi rujukanny (Afiyanti &

Rachmawati, 2014).

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka dan semi terstruktur dengan tujuan

agar peneliti dapat menggali permasalahan secara terbuka. menurut Afiyanti &

Rachmawati (2014) wawancara semi terstruktur sering digunakan untuk studi yang

terfokus pada life-world yang berupa memahami tema kehidupan sehari-hari dari

perspektif masing-masing individu. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan

27
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak

ditemukan melalui observasi.

2. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi alat atau instrument utama adalah

peneliti sendiri. Streubert dan Carpenter (dikutip dari Afiyanti dan Rachmawati,2014)

menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif, pengumpul data utama dan

instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal ini dikarenakan

peneliti sekaligus sebagai sumber data, analisa data, menafsirkan data, dan membuat

kesimpulan atas temuan nya. selain itu, peneliti juga menggunakan alat bantu berupa :

a. Pedoman Wawancara

Menurut Afiyanti & Rachmawati (2014) pedoman wawancara berisi beberapa

topic penelitian atau urutan pertanyaan secara rinci, walaupun hal ini tidak perlu

diikutu secara ketat. Pepedoman berguna untuk menjamin peneliti mengumpulkan

jenis data dari para opartisispan. Wawancara dilakukan oleh peneliti sesuai dengan

pedoman wawancara yang telah dibuat.

b. Voice Recorder

Menggunakan apikasi voice recorder dari mobile phone. Menurut Afiyanti &

Rachmawati (2014) Voice recorder adalah alat untuk merekam proses verbal

28
wawancara antara peneliti dengan partisispan dan membantu peneliti untuk

mengingat kata demi kata dari partisispan sehinga akan mudah dibuat transkrip.

c. Field Note (Catatan Lapangan)

Catatan lapangan berisi deskripsi tentang hal-hal yang diamati, dan sesuatu

apapun yang dianggap peneliti penting. Catatan lapangan adalah catatan lengkap yang

sudah disempurnakan yang berisi deskripsi wawancara/observasi/studi dokumen dan

bahkan sudah diberi refleksi oleh peneliti yang dibuat disetiap selesai suatu

pengamatan.

E. Etika Penelitian

Prinsip etika yang jharus dilakukan diperhatikan dalam metode penelitian kualitatif

pada ilmu keperawatan meliputi (Susilo, 2015) :

1. manfaat (beneficence)

Penelitian dalam ilmu keperewatan harus memberikan keuntungan bagi

partisispan dengan cara memperhatikan hak partisispan untuk bebas dari kerugian dan

ketidak nyamanan serta memperhatiakan hak partisipan untuk bebas dari ekploitasi

dengan cara memberikan informasi yang mereka berikan hanya akan digunakan pada

penelitian ilmu keperawatan.

Dalam penelitian kualitatif ini, sebelum memberikan pertanyaan kepada

partisispan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian

yang dilakukan serta manfaat yang dapat diperoleh partisispan. sehingga para

29
partisispan benar-benar dapat memahami manfaat yang diterima dari hasil kajian

empiris pada riset ilmu keperawatan.

2. menghormati martabat (respect for human dignity)

Penelitian dalam bidang ilmu keperawatan menghargai hak-hak

partisispanpenelitian, kerena partisisan berhak menentukan nasib sendiridan berhak

untuk mengungkapkan sepenuhnya pengalaman yang dirasakan pada pendekatan

fenomenologi. Partisipan berhak memutuskan untuk mdengambil bagian dalam

penelitian ini, berhak untuk mengajukan pertanyaan, berhak untuk menolak

memberikan informasi, maupun berhak untuk menolak partisipasi dalam proses

penelitian wawancara.

Dalam penelitian ini, setelah peneliti menjelaskan maksud tujuan, dan manfaat

penelitian, peneliti member kesempatan kepada partisispan untuk memilih

berpartisipasi dalam penelitian atau tidak. Peneliti juga memberikan kesempatan

partisispan untuk bertanya jika ada hal-hal yang kurang jelas, kemudian peneliti akan

menjawab dan menjelaskan hal yang ditanyakan tersebut berkenaan dengan topic

riset yang dikaji.

3. keadilan (justice)

Prinsip keadilan mencakup hak para partisispan untuk mendapat perlakuan

yang adil dan hak akan privasi. Salah satu aspek keadilan adalah pemerataan manfaat

dan beban penelitian. Prinsip penelitian membebankan kewajiban pada individu

tertentu yang tidak mampu melindungi kepentingan mereka sendiri (pasien sakit atau
30
sekarat) untuk memastikan bahwa mereka tidak di eksploitasi. Keadilan terasuk tidak

melakukan deskriminasi terhadap partisispan. Hak atas perlakuan yang adil berarti

peneliti dalam penelitian fenomenologi harus memperlakukan orang-orang yang

menolak untuk berpartisipasi ( atau yang menarik diri setelah kesepakatan awal)

secara non prejudicial: bahwa para partisipan penelitian wawancara harus

menghormati semua perjanjian yang dibuat dengan peneliti. hak akan privasi bahwa

privasi partisipan akan dipertahankan secara terus-menerus.

4. Bentuk Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent merpakan bentuk persetujuan antara partisispan dan peneliti

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan pada partisispan

untuk menjelaskan tujuan penelitian, prosedur penilaian, dan waktu penilaian. Selain

itu, informed consent diberikan kepada partisipan untuk menjelaskan hak-hak para

partisispan, antara lain hak untuk mendapatkan kebebasabn dari kekerasan dan

ketidak nyamanan, hak untuk perlindungan dari ekploitasi, hak untuk menentukan

nasib sendiri dimana partisispan berhak menolak dan mengundurkan diri. partisispan

juga berhak untuk mengungkapkan sepenuhnya informasi (keterbukaan) kepada

peneliti dan berhak sepenuhnya akan privasi.

Dalam penelitian kualitatif ini, setelah partisispan memutuskan untuk

berpartisispasi dalam penelitian, peneliti memberikan sebuah surat persetujuan yang

akan ditanda tangani oleh partisipan sebagai bukti bahwa mereka bersedia

berpartisispasi dalam penelitian.

31
5. Kerahasiaan (confidentiality)

Dalam penelitian, peneliti tidak menampilkan identitas partisipan

(anonymity). Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya dengan menggunakan kode responden.

semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan nya oleh peneliti dan

disimpan peneliti pada file pribadi, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian. Kerahasiaan dalam penelitian kualitatif ini dilakukan

dengan cara partisipan menuliskan nama partisipan dengan inisial saja. Kemudian

informasi yang telah diberikan oleh partisipan dalam sebuah folder pribadi peneliti

dan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti mengurus surat perizinan dengan mendapatkan surat pengantar

penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang di tujukan RSUP

Dr. M Djamil Padang.

b. Setelah itu peneliti datang ke RSUP Dr. M Djamil Padang, kemudian

meminta izin untuk malaksanakan penelitian ditempat tersebut, dan meminta data

yang diperlukan.

32
c. Setelah mendapatkan izin penelitian dari RSUP Dr. M Djamil Padang,

Peneliti mengunjungi bangsal bedah untuk melakukan studi pendahuluan yang

dilakukan pada objek penelitian.

d. Peneliti mendapatkan calon partisipan, peneliti membina hubungan saling percaya

dengan partisipan dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik.

e. Peneliti memberikan penjelasan kepada partisipan tentang maksud, prosedur,

manfaat dan resiko yang mungkin timbul selama penelitian dan meminta

kesediaan untuk menjadi partisipan, kemudian memberikan informen consent

kepada partisipan, dan setelah partisipan menandatangani serta menyetujui

menjadi pertisipan baru kemudian peneliti mananyakan kepada partisipan

kesediaan waktu dan wawancara.

f. Kesepakatan waktu, meliputi kapan waaktu boleh kunjungan wawancara.

g. Pada saat dilakukan wawancara, jika pertisipan bersedia di wawancara pada

saat itu juga dan menyepakati tempat yang nyaman untuk dilakukaan wawancara.

2.. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara kepada partisipan. Tahap

ini dilakukan melalui 3 fase, yaitu fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi.

a. Fase Orientasi

Fase orientasi dilakukan setelah menandatangani informed consent sebagai

bukti persetujuan menjadi responden. Semua wawancara awal dilakukan di rumah


33
sakit, sesuai waktu yang telah disepakati, pelaksanaan wawancara dilakukan

dengan membuat suasana senyaman mungkin, peneliti dan pasrtisipan duduk

berhadapan dan jarak kedekatan kurang lebih 50 cm, peneliti menyiapkan alat

tulis dan alat perekam, agar selama wawancara perekam dapat berjalan dengan

baik. Setelah menjalin hubungan saling percaya kemudian peneliti melakukan

wawancara mendalam.

b. Fase Kerja

Wawancara mendalam dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara dan

menggunakan komunikasi terapeutik. Pedoman wawancara digunakan sebagai

panduan wawancara yang berisikan pertanyaan. Ketika partisipan tidak mampu

memberikan jawaban, peneliti mencoba memberikan ilustrasi yang hampir sama.

c. Fase Terminasi

Proses wawancara diterminasi saat partisipan telah menjawab semua

pertanyaan. Peneliti menutup wawancara dengan mengucapkan terimakasih kepada

partisipan atas kesediaan partisipan sebagai narasumber. Peneliti membuat kontrak

kembali untuk pertemuan selanjutnya dengan pasrtisipan yaitu melakukan validasi

data.

3. Tahap Akhir

Tahap terminasi akhir dilakukan peneliti setelah semua partisipan

memvalidasi hasil transkip verbatim dan rekaman wawancara. Pada tahap ini

34
tidak ada perubahan data baik penambahan atau pengurangan informasi. Peneliti

memastikan hasil transkip verbatim maupun wawancara sudah sesuaindengan

fakta. Peneliti melakukan terminasi akhir dengan parsipan dan mengucapkan

terimakasih atas partispan telah ikuy aktif serta dalam proses penelitian dan

menyampaikan bahwa proses penelitian telah selesai.

G. Pengolahan Data

Menurut polit & beck (2012) dalam Afiyanti & Rachmawati (2014) beberapa

kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi, antara lain:

1. Bracketing

Bracketing merupakan proses mensupresi, mengurung atau menyimpan

berbagai asumsi, pengetahuan, dan keyakinan yang dimiliki peneliti tentang

fenomena yang diteliti. Tujuannya yaitu memperoleh data atau informasi yang benar-

benar alamiah dan berasal dari cerita atau ungkapan langsung dari para partisipan

tentang berbagi oengalaman yang dialaminya tanpa dipengaruhi oleh berbagi asumsi,

pengetahuan dan keyakinan peneliti.

2. Intuisi

Dalam melakukan intuisi, langkah awal yang harus diperhatikan yaitu ketika

mengumpulkan data atau informasi dengan cara mengekplorasi pengalaman

partisipan tentang fenomena yang diteliti melalui pengamatan langsung,

35
wawancara, penemuan dokumen tertulis, dan menuliskan berbagai catatan

lapangan selama pengambilan data. Ketika melakukan iniuisi, peneliti tidak

diperbolehkan memberikan kecaman, evaluasi, opini atau segala hal yang

membuat peneliti kehilangan konsetrasi terhadap data atau informasi yang

sedang diceritakan para pasrtisipannya.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan kegiatan akhir dari pengumpulan data analisis data.

Peneliti menuliskan deskripsi atau interpretasinya dalam bentuk hasil-hasil temuan

dan pembahasannya dari fenomena yang diteliti untuk mengkomunikasikan hasil

akhir penelitian kepada pembaca dengan memberikan gambaran tertulis secara

utuh fenomena yang diteliti. Kemudian membandingkannya dengan hasil-hasil

penelitian yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya serta memberikan

kritisi berasarkan pola hubungan tema yang terbentuk dari fenomena yang

diteliti.

H. Analisa Data

Peneliti mengidentifikasi dan menganalisis data atau informasi yang

ditemukan. Menurut Colaizzi (1978) dalam Afiyanti & Rachmawati (2014) kegiatan

analisis data dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. membaca kembali semua data atau seluruh pernyataan partisispan tentang

fenomena yang sedang diteliti.

36
2. membaca ulang seluruh pernyataan (trankrip verbatim) dari fenomena yang

diteliti dan memilih kata kunci (proses koding).

3. mengidentifikasi arti dari beberapa kata kunci yang telah teridentifikasi (proses

kategorisasi).

4. mengelompokkan beberapa arti yang teridentifikasi ke dalam bentuk tema-tema

(prosdur tematik)

5. menulis pola hubungan antar tema kedalam suatu narasi sementara

6. mengembalikan narasi tersebut untuk divalidasi dan dikenali kepada para

partisispan

7. mendeskripsikan data hasil validasi dan menuliskannya ke dalam suatu narasi

akhir ( akhir penelitian) untuk disampaikan pada laporan penelitian.

I. Keabsahan Data

Kualitas data atau hasil temuan suatu penelitian kualilatif ditentukan dari

keabsahan data yang dihasilkan atau lebih tepatnya keterpercayaan, keautentikan,

dan kebenaran terhadap data, informasi, atautemuan yang dihasilkan dari hasil

penelitian yang telah dilakukan.

37
Menurut Afiyanti & Rachmawati (2014), ada empat istilah yang umum

digunakan dalam menyatakan kebsahan data (trusthwortiness) dalam penelitian

kualitatif, yaitu sebagai berikut :

1. Kredibilitas (Keterpercayaan) Data

Kredibilitas data merupakan keterpercayaan, ketepatan dan keakurasian

suatu data yang dihasilkan dari studi kualitatif yang menjelaskan derajat atau

nilai kebenaran dari data yang dihasilkan termasuk proses analisis data tersebut

dari penelitian yang dilakukan (Afyanti & Rachmawati, 2014).

Beberapa cara yang dapat dilakukan peneliti untuk memperoleh

kredibilitas yang tinggi terhadap hasil penelitiannya, antara lain dengan

perpanjangan pengamatan, peningkatan keturunan dalam penelitian, triangulasi,

diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative dan member check

(Sugiono, 2013).

2. Transferabilitas (Keteralihan Data)

Seberapa mampu suatu hasil penelitian kualitatif dapat dialihkan dan

diaplikasikan pada keadaan atau konteks lain atau kelompok atau partisipan lainnya

merupakan pertanyaan untuk menilai kualitas tingkat keteralihan atau

transferabilitas. Penelitian keteralihan suatu penelitian kualitatif ditentukan oleh

para pembaca (Afiyanti &Rachmawati, 2014).

38
Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif

sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka

peneliti dalam pembuatan laporanya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,

sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas

atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya

untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain (Sugiono, 2013).

3. Dependabilitas (Ketergantungan)

Dependabilitas mempertanyakan tentang konsisteni dan reabilitas suatu

masalah yang digunakan lebih dari sekali penggunaan yang menunjukan bahwa

data mempunyai kestabilan dari waktu ke waktu. Peneliti melakukan suatu analisis

data yang terstruktur dan mengupayakan untuk menginterprestasikan hasil

penelitinnya dengan benar sehingga pembaca dapat membuat kesimpulan yang

sama(Afiyanti & Rachmawati, 2014).

4. Konfirmabilitas

Afriyanti & Rachmawati (2014), menyatakan bahwa uji konfirmabilitas

yaitu ketersediaan peneliti untuk mengungkapkan secara terbuka proses dan

elemen - elemen penelitiannya. Cara peneliti menginterpretasikan, mengimplikasikan,

dan menyimpulkan, konfirmabilitas temunnya dapat melalui audit trial dan

menggunakan teknik pengambilan sampel yang ideal yaitu dengan

caramemaksimalkan variasi sampelnya sehingga dapat mengurangi bisa hasil

penelitian. Konfirmabilitas dapat dilakukan bersamaan dengan proses

39
transferabilitas. Afiyanti & Rachmawati (2014) menjelaskan bahwa peneliti akan

mengontrol hasil penelitiannya dengan merefleksikannya pada jurnal terkait, peer

review, konsultasi dengan peneliti ahli dalam hal ini pembimbing, dan melakukan

konfirmasi informasi dengan partisipan.

40

Anda mungkin juga menyukai