Anda di halaman 1dari 1

JURNAL REFLEKSI

DWI MINGGUAN
MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

PERISTIWA (FACTS)

Modul 1.4 dimulai tanggal 13 Agustus 2022. Materi


begitu padat dan sarat makna yang disajikan
meliputi teori disiplin positif dan nilai kebajikan
universal, teori motivasi, penghargaan, hukuman,
keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia, posisi
kontrol guru, dan segitiga restitusi.
Pada ruang kolaborasi, CGP menganalisis 4 kasus
disiplin positif. Kesimpulannya penerapan disiplin
positif tentu perlu kolaborasi seluruh pihak dalam
Ruang Kolaborasi
menanamkan keteladanan dan kesadaran atas nilai-
nilai kebajikan yang diyakini, sebagai motivasi
instrinsik. Dari lima posisi kontrol guru, yaitu posisi
penguhukum, pembuat rasa bersalah, teman,
pemantau, dan manajer. Dan posisi manajer yang
paling ideal, Sebagai manajer, guru menempatkan
diri sebagai teman dan pemantau untuk
mewujudkan identitas murid yang berhasil ketika
melakukan praktik segitiga restitusi.
Segitiga restitusi merupakan tahapan penyelesaian
Demonstrasi Kontekstual konflik atau masalah dalam penerapan budaya
Praktik Segitiga Restitusi positif. Langkahnya: menstabilkan identitas, validasi
tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.
Kebutuhan dasar manusia ada lima, kesenangan,
penguasaan, kasih sayang dan diterima, kebebasan,
dan bertahan hidup. Tolok ukur bahagia seseorang
adalah ketika dari kelima kebutuhan dasarnya telah
terpenuhi dengan baik.
Aksi nyata dilakukan dengan praktik menyusun
keyakinan kelas bersama murid dan membuat forum
berbagi pemahaman bersama rekan sejawat.
Elaborasi Pemahaman

PEMBELJARAN
(FINDINGS) PERASAAN (FEELINGS)
Saya terus belajar dan memberikan keteladanan
dalam proses menumbuhkan budaya positif di
lingkungan sekolah. Terus menanamkan
pemahaman pribadi bahwa budaya positif akan Mempelajari modul ini, saya merasa tersadar
hadir ketika pikiran kita sudah positif. diingatkan kembali atas nilai kabajikan yang
Pembelajaran penting adalah saling terbuka
menerima dan berbagi pemahaman dengan
seharusnya menjadi keyakinan diri. Yang selama ini
rekan sejawat untuk menumbuhkan lingkungan kita dan banyak orang tahu, namun aplikasinya
positif sehingga dapat membantu terciptanya cenderung abai. Begitu juga dengan murid saya,
budaya positif sekolah.
perlu pemahaman untuk menunjukkan nilai
PERUBAHAN (FUTURE) kebajikan dan meyakininya. Oleh karena itu, saya
merasa penting sekali menjadi teladan
Saya akan terus melakukan perbaikan diri dan Sempat bersedih ketika melakukan kegiatan segitiga
membangun komunikasi dengan wali murid
untuk memberikan keteladanan pada murid
restitusi atas kejadian/masalah yang terjadi antar
agar budaya positif bisa tercapai dan terus murid, ternyata salah satu dari mereka kurang puas
dilaksanakan secara berkelanjutan dalam atas kesepakatan penyelesaian masalah dan merasa
proses pembelajaran di sekolah dan rumah.
guru perlu untuk menghukum temannya tersebut.
Saya terus melakukan pendekatan dari hati ke
hati dengan murid, berusaha menyelami dunia Sehingga saya merasa tertantang dan bertanggung
mereka agar lebih memahami kebutuhan yang jawab atas kekurang pahaman maksud dari restitusi.
diperlukan sehingga tujuan akhir agar mereka Murid terbiasa melihat temannya dihukum ketika
bisa memaknai proses pendidikan ini dengan
menyenangkan dan menyadari betapa
berselisih. Sehingga saya harus mengingatkan
pentingnya pendidikan untuk keselamatan dan kembali maksud dari nilai persaudaraan dengan
kebahagiaan mereka sebagai individu maupun kasih sayang. Tentunya hal ini perlu keteladanan dari
bermasyarakat. seluruh warga sekolah, juga ketika di rumah.

Anda mungkin juga menyukai