Anda di halaman 1dari 3

Saudara mahasiswa, dalam Sesi 3 ini kita akan membahas materi sekaligus

mendiskusikan materi tentang menguraikan tentang pendekatan penelitian hukum


doktrinal dengan menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach),
pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach),
pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual
(conceptual approach).

Berikan pendapat saudara dan diskusikanlah bersama-sama mahasiswa lainnya yaitu :

HARMONISASI DAN SINKRONISASI REGULASI AGRARIA

(KAJIAN OVER REGULASI DI BIDANG AGRARIA)

Potret hyper/ over/ obesitas regulasi banyak terjadi di berbagai bidang. Di


Indonesia setidaknya terdapat 62 ribu lebih aturan. Beberapa saat lalu, Menteri Dalam
Negeri membatalkan 3.143 peraturan daerah (Perda), termasuk di dalamnya peraturan
menteri dalam negeri (Permendagri).
Tujuan pembatalan perda ini tak lain adalah memperkuat daya saing bangsa di
era kompetisi. Perda itu merupakan aturan yang dinilai menghambat pertumbuhan ekon
omi daerah dan memperpanjang jalur birokrasi, hambat investasi,
dan kemudahan berusaha,
dan karena Perda tersebut tidak sejalan dengan aturan di atasnya. Berlebihnya peratur
an daerah itu sebagai contoh bentuk terjadinya hyper/
over/ obesitas peraturan. Hiper dan obesitas regulasi juga bisa disebabkan adanya tum
pang tindihnya regulasi di Indonesia.
Hal ini telah kerapkali muncul sebagai bahasan sekaligus keprihatinan karena ribuan pe
raturan itu akhirnya bermasalah, regulasi-regulasi itu menimbulkan tumpang tindih dan
konflik kewenangan antar kementerian atau antar lembaga.
Selain itu, persoalan ini juga menjadi salah satu sebab terhambatnya investasi dan kegi
atan-kegiatan ekonomi di pusat dan daerah. Persolan hyper/
over/ obesitas serta tumpang tindihnya peraturan “merasuk” ke hampir di semua bidang
, termasuk di dalamnya bidang agraria (termasuk pertanahan). Peraturan di bidang pert
anahan dan keagrariaan terjadi saling berbenturan, saling overlap. Peraturan-peraturan
tersebut disusun sendiri-sendiri (sektoral)
yang selanjutnya menimbulkan disharmonisasi kebijakan sebagai implikasinya. Melihat
kenyataan yang demikian, maka kajian tentang hukum seperti ibarat,
“memperlajari keteraturan menemukan ketidakteraturan”.

Sumber : Prosiding KHTN 4, HARMONISASI DAN SINKRONISASI REGULASI


AGRARIA (KAJIAN OVER REGULASI di BIDANG AGRARIA), Rofi Wahanisa

Jelaskan ragam metode pendekatan penelitian dan ten


tukan pendekatan penelitian yang
paling relevan digunakan pada wacana diatas?
Menurut Peter Mahmud Marzuki, terdapat 5 (lima) pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian
hukum, yakni :

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach);


Adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang
terkait dengan masalah/isu hukum yang sedang ditangani/dihadapi. Artinya Pendekatan
perundang-undangan ini akan mengkaji ada atau tidak konsistensi dan kesesuaian antara suatu
undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dan UUD atau
antara undang-undang dan regulasi. Hasil dari telaah tersebut merupakan argument untuk
memecahkan masalah/isu hukum yang dihadapi.

b. Pendekatan kasus (case approach);


Adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu
yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap (inkracht). Yang menjadi kajian pokok pendekatan ini adalah ratio decidendi atau
reasoning yaitu pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada suatu
putusan. ratio decidendi atau reasoning inilah yang merupakan referensi bagi penyusunan
argumentasi dalam pemecahan isu hukum.

c. Pendekatan historis (historical approach);


Adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan
perkembangan pengaturan mengenail isu yang dihadapi. Pendekatan ini akan membantu dalam
memahami perubahan dan perkembangan filosofi yang melandasi aturan hukum tersebut. Dan
dengan pendekatan historis ini dapat memperdalam dan memperkaya pengetahuan mengenai
suatu system atau lembaga atau pengaturan hukum, sehingga dapat dihindari kekeliruan-
kekeliruan baik dalam pemahaman maupun penerapan suatu lembaga atau ketentuan hukum.

d. Pendekatan konseptual (conceptual approach);


Adalah pendekatan yang dilakukan manakala tidak beranjak dari aturan hukum yang ada. Ini
dilakukan karena memang tidak atau belum ada aturan hukum untuk masalah yang dihadapi.
Pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-dokrin di dalam ilmu hukum.

e. Pendekatan perbandingan (comparative approach).


Adalah pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan undang-undang suatu Negara
dengan undang-undang dari satu atau lebih Negara lain mengenai hal yang sama. Selain undang-
undang, dapat membandingkan putusan pengadilan di beberapa Negara untuk kasus yang sama.
Pendekatan perbandingan ini bertujuan untuk memperoleh persamaan dan perbedaan di antara
undang-undang tersebut.

Berdasarkan penjelasan ini, jika dikaitkan dengan kasus Harmonisasi dan Sinkronisasi Regulasi Agraria di
atas, maka kita dapat menggunakan pendekatan perundang-undangan dan Pendekatan Historis untuk
masalah yang dihadapi. Dengan pendekatan perundang-undangan maka kita akan memahami hierarki,
asas-asas dalam peraturan perundang-undangan, materi muatan undang-undang dan interpretasinya,
sehingga tidak mungkin peraturan dibawah akan bertolak belakang dengan peraturan di atasnya, jika
demikian maka peraturan dibawahnya batal demi hukum. Atau dapat menggunakan pendekatan historis
dimana dengan mengacu pada pendapat Satjpto Rahardjo, lembaga hukum yang dibentuk untuk tujuan
apa, fungsinya, perubahannya, diperlukan atau tidak dan bagaimana pola perkembangan umum yang
dijalani oleh lembaga hukum dari system hukum tertentu. Jika ini dipahami maka peraturan yang
tumpang tindih tersebut tidak akan mungkin terjadi.

Sumber :

BMP HKUM4306 Metode Penelitian Hukum Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai