Pedoman Outbreak Pulokulon II
Pedoman Outbreak Pulokulon II
DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN
GROBOGAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan Pedoman tentang outbreak UPTD Puskesmas Pulokulon II. Pedoman
ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan acuan dan kemudahan dalam Pelayanan
kasus KLB atau outbreak di UPTD Puskesmas Pulokulon II.
Pembuktian pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan melalui dokumentasi dan penelusuran,
karena pada prinsipnya seluruh kegiatan harus tertulis dan apa yang tertulis harus dikerjakan
dengan sesuai. Pedoman ini berisi acuan yang dapat digunakan dalam pelayanan kasus KLB atau
outbreak di UPTD Puskesmas Pulokulon II.
Pada kesempatan ini perkenankan saya untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan
apresiasi kepada semua karyawan yang telah terlibat dalam proses penyusunan Pedoman
Pelayanan kasus KLB atau outbreak di UPTD Puskesmas Pulokulon II.
Semoga dengan digunakannya Pedoman Ini dapat mempermudah Petugas dalam
melaksanakan tindakan penanganan pelayanan kasus KLB atau outbreak di UPTD Puskesmas
Pulokulon II.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
Bab I. Pendahuluan ............................................................................................. i
A. Difinisi ..................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman ............................................................................. 1
Bab II. RUANG LINGKUP.............................................................................. 2
Bab III. TATA LAKSANA....................................................……………......... 3
A. identifikasi outbreak......................................................................... 4
B.investigasi kasus............................................................................... 4
C. investigasi kasus.............................................................................. 4
D. mengkomunikasikan temuan................................................................ 5
E. mengevaluasi...................................................................................... 6
Bab.IV.LOGISTIK............................................................................................... 7
Bab.V.KESELAMATAN PASIEN...................................................................... 8
Bab.VI.KESELAMATAN KERJA....................................................................... 9
Bab.VII.PENGENDALIAN MUTU...................................................................... 20
Bab.VIII.PENUTUP............................................................................................... 27
28
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Pasien menular yang akan dirawat di ruang isolasi rumah sakit harus
sesuai kategori transmisi penularan penyakit dengan persyaratan ruang
isolasi sehingga dapat memutus siklus penularan penyakit dan
melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat
sekitar rumah sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Cara transmisi
c. Sumber outbreak
d. Carrier
e. Populasi berisiko
1. Panduan ini di buat sebagai acuan untuk semua pekerja yang berada
di lingkungan rumah sakit, terutama dunkungan dari pimpinan,
manajemen, dan merupakan suatu upaya kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi rumah sakit
2. Pandaun ini dapat diterapkan kepada semua pekerja yang berada dilingkungan
rumah sakit
BAB III
TATA LAKSANA
A. Identifikasi Outbreak
Outbreak adalah peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada ekspektasi normal di di suatu area atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi
tentang potensi outbreak biasanya datang dari sumber-sumber masyarakat,
yaitu laporan pasien (kasus indeks), keluarga pasien, kader kesehatan, atau
warga masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi outbreak bisa juga
berasal dari petugas kesehatan, hasil analisis data surveilans, laporan
kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau media lokal
(suratkabar dan televisi).
B. Inventigasi Kasus
Difinisi Kasus
outbreak);
3. Klasifikasi Kasus
Kasus suspek (suspected case Tanda dan gejala klinis cocok dengan
, penyakit, terdapat
Penemuan Kasus
Kasus pertama yang dilaporkan (kasus indeks) belum tentu sama dengan kasus
primer, yaitu kasus pertama dalam komunitas. Kasus
pertama yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan biasanya hanya
merupakan sebagian kecil dari seluruh jumlah kasus yang ada (“tip of the
iceberg”, puncak gunung es). Karena itu, setelah mendefinisikan kasus,
langkah investigasi selanjutnya adalah mencari kasus (case finding).
d. Faktor-faktor risiko
c. Mengeliminasi kerentanan
Sedang eliminasi sumber patogen mencakup:
c. Mengeliminasi
kerentanan Eliminasi
sumber patogen
mencakup:
a. Eliminasi atau inaktivasi patogen
a. Pertanyaan penelitian
b. Signifikansi penelitian
c. Desain studi
d. Subjek
e. Variabel-variabel
D. Mengkomunikasikan Temuan
BAB IV
LOGISTIK
Prosedur
a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam
mengidentifikasi pasien,
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis,
3. Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4. Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan
membuat daftar obat- obat tersebut,
6. Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang
digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian,
kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
7. Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan
tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check.
b. Benar Obat
1. Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir
obat, baskom obat), dan larutan lain.
2. Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas,
pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak
digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
3. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
4. Petugas melakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah
obat disiapkan jika tidak segera diberikan,
5. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi
( jangan pada saat syringe masih kosong)
6. Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label
hanya untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
7. Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya,
8. Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan oleh
petugas lama dan petugas baru secara bersama,
9. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
10. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang perlu
kewaspadaan tinggi ,
c. Benar Dosis
1. Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double cek)
jika ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan
tinggi,
2. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika ragu,.
3. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.
d. Benar Waktu
1. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
sebelum makan, setelah makan, saat makan.
Perhatikan waktu pemberian:
3 x sehari tiap 8 jam.
2 x sehari tiap 12 jam. Sehari sekali tiap 24 jam. Selang sehari
tiap 48 jam
2. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh dokter,
3. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
1. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk dan
jenis obat :
Slow-Release tidak boleh digerus
Enteric coated tidak boleh digerus.
Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/ sirup,
2. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan jadwal
pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
1. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah
mendapat obat,
2. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf setelah
memberikan obat pada dokumen rekam medik,
3. Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/ dosis/ jadwal/
cara pemberian obat
4. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf jika
penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
5. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping Obat
(ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir Pelaporan
Efek Samping Obat
6. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit Pelayanan
Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke Komite Farmasi dan Terapi,
7. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
1. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
2. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
3. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
4. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
b. Pakailah APD saat bekerja,
c. Orientasi pada petugas baru,
d. Melakukan audit permasalahan yang ada di UGD,
e. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,
f. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
g. Buanglah sampah pada tempatnya,
h. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
i. Dilarang merokok.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan klinis
diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-
langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana
mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam
pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi
pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang
diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai
konsumen.
Pada unit pelayanan Puskesmas Pulokulon II selalu dilakukan rapat intern setiap
bulan untuk membahas pelayanan yang sudah dilakukan dalam bulan tersebut. Jika ada
permasalahan diselesaikan dalam rapat intern rawat iinap untuk segera diputuskan rencana
tindak lanjutnya. Rencana tindak lanjut yang dirumuskan dikonsultasikan pada
penanaggungjawab program untuk disetujui oleh kepala Puskesmas Pulokulon II.
BAB VIII
PENUTUP